Authors pov
Setelah bel pulang berbunyi. Daniel langsung cabut dari kelasnya tanpa memberi salam kepada guru yang masih di kelas. Guru itu pun hanya bisa mengelus dadanya.
Apa yang harus ia perbuat. Ia tidak bisa berbuat apa-apa pada anak pemilik sekolah. Ia masih mencintai pekerjaannya. Jadi mending di sabarin aja.
Kaki panjang nathan berjalan cepat menaiki tangga ke lantai 4 dimana lantai anak kelas 11. Lantai 1 itu ; aula, ruang guru, ruang tata usaha, lapangan indoor dan etc. Lantai 2 itu kelas 12 sampai lantai 3. Lantai 4 sampai 5 itu kelas 11 dan terakhir lantai 6 sampai 7 untuk kelas 10.
Daniel menghela nafas saat ia sudah berdiri di depan jendela kelas deana. Deana kelas 11 ipa 1. Kelas deana belum bubar terbukti masih ada guru yang berdiri di papan tulis. Lalu semua murid serentak mengucapkan salam.
Deana yang sedang merapikan peralatan belajarnya ke dalam tas terkejut dengan datangnya daniel yang langsung duduk di tepi mejanya.
"Daniel kok kamu udah dateng??"
"Udah dong"
"Pasti kamu keluar duluan deh, iyakan??"
"Dih. Pacar aku tau" daniel menujuk pipi dea dengan jari telunjuknya.
Deana menghela nafasnya dan bangkit berdiri sambil memakai tas selempangnya. Kepalanya ia torehkan kepada ketiga sahabatnya; dinda, ica, dan kirana.
"Din,ca,kir. Gue pulang duluan ya" pamitnya.
"Hati-hati ya, de" pesan ica; baik, ramah, pemalu, dan motivator antara ketiga temannya.
"Jan lupa ntar malem kita-kita main kerumah lo" ucap dinda; baik, gokil, ngomong blak-blakan, toa, dan memiliki jiwa pemimpin bagi ketiga sahabatnya.
"Apaan sih din. Bukan main tapi belajar. De, jangan lupa ya. Siapin banyak makanan" ucap kirana; ramah, baik, rajin, hobby makan tapi ga gendut-gendut, tingkat percaya diri tinggi, dan tempat menampun curhatan ketiga temannya karna kirana yang memiliki pemikiran dewasa untuk mengatasi masalah.
Dea menampilkan senyumnya "yaudah. Lo semua hati-hati ya. Bye"
"Woi!! Dan. Jagain sahabat gue lu!!. Kalo ga bonyok" toa dinda. Daniel mengacungkan ibu jarinya.
Daniel menjajarkan langkahnya dengan deana yang tadi sudah berjalan duluan meninggalkannya dikelas.
"De. Tungguin daniel dong"
Deana tidak mengubris daniel. Kepalanya masih ke depan.
"Marah ya??. Dea...de... maafin daniel deh"
Deana menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah daniel
"Dea bilang apa sama daniel?? Daniel lupa"
Daniel menundukkan kepalanya saat deana sudah akan mengomelinya. Daniel paling takut kalo deana sudah mau marah. Dan daniel fine fine aja. Soalnya marah-marah tanda peduli. Filosofi nya danile.
Murid-murid yang berlalu lalang di sekitar mereka di koridor menahan senyumnya saat melihat danile berdiri sambil menunduk dengan kedua tangan menaut kebelakang. Menurut mereka daniel seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya.
"Apa dea harus bilang sama daniel lagi?? Dea kan udah bilang. Jaga sikap, nil. Ga bisa??"
Daniel mengangguk pelan. Ini bukan acting. Daniel sungguh takut. Karna hanya deana yang berani memarahinya sekaligus membuatnya jatuh cinta dan tidak ingin melepaskan dea.
"Jawab dea. Bisa ga jaga sikap??"
"Bisa dea"
"Lain kali. Jangan keluar sebelum berdoa dan memberi salam"
Daniel kembali mengangguk dan mendongakkan kepalanya.
"Udah ga marah lagi kan??"
Deana menggeleng membuat senyum lebar terbit di wajah daniel.
"Sebelum pulang mampir ke cafe biasanya yuk. Daniel laper~~" rengeknya melingkarkan kedua tangannya di lengan dea.
Dea terkekeh melihat tingkah daniel yang selalu lucu. Ini kenapa dea ga bisa marah-marah lama sama daniel. Daniel punya cara sendiri untuk meluluhkan hatinya. Daniel yang luarnya nampak berandalan bahkan dicap pentolan disekolah siapa sangka dalamnya berhati hello kitty.
Karna akreditasinya sebagai murid super bandel. Pernah tawuran dan berakhir di rumah sakit. Pernah bolos sampai pulang. Kegap ngerokok di gudang sekolah. Namun itu daniel yang dulu.
Daniel yang sekarang sudah berubah hanya karna cewek yang mampu membuatnya jatuh cinta. Sampai-sampai merasakan yang namanya perjuangan merebut hati dea yang berkali-kali ditolak olehnya. Deana cewek di cap berprestasi mampu menaklukkan sang pangeran kegelapan.
Kemudian semua tingkah daniel yang buruk langsung di kekang oleh deana. Deana sendiri ingin daniel lebih baik dan ia tidak peduli daniel anak pemilik sekolah yang paling ditakuti.
Daniel sendiri juga kaget ada satu orang yang tidak takut padanya. Karna rasa penasarannya itulah yang membuat ia jatuh hati pada deana. Gadis pendiam dan cuek namun siapa sangka didalam hatinya memiliki keberanian, kebaikan, kepintaran, dan kasih yang besar.
Itu kenapa daniel tidak mau melepaskan deana dan rasa sayangnya semakin besar pada deana kala deana selalu memarahinya, memerhatikannya, dan selalu memaafkannya atas segala kesalahan yang ia perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime
Short StoryJauh waktu berjalan kita lalui bersama Betapa di setiap hari, ku jatuh cinta padanya Dicintai oleh dia ku merasa sempurna Semua itu karena dia Utuhkanlah rasa cinta di hatiku... Hanya padanya, untuk dia