2nd piece : Insomnia

1.7K 275 45
                                    

Ketika Seungwan tidak bisa tidur, maka Chanyeol juga tidak akan bisa tidur.

*

INSOMNIA

***

"Hah!"

Seungwan menghembuskan napas lelahnya dengan kasar. Jari-jari lentik dengan kuku mengilap miliknya sibuk menari-nari di atas keyboard laptopnya sejak tiga jam yang lalu. Sementara sepasang maniknya lihai menatap layar yang menampilkan jajaran paragraf di sana.

Aneh. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, dan Seungwan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan tidur, bahkan matanya terasa segar-segar saja. Memang, sejak makan malam tadi ia langsung mengurung diri di kamar, melakukan kegiatan rutin yang bernilai wajib di matanya.

Gadis berambut cokelat itu baru saja membaca tuntas sebuah fanfiction berchapter di situs internet. Jika di hitung dengan yang sebelumnya, Seungwan sudah membaca tiga fanfiction berchapter yang jumlahnya itu terhitung lebih dari jumlah jari tangannya.

"Hah!"

Dia menghembuskan nafas lagi. Setelah menekan tombol enter, gadis itu terdiam beberapa saat, menunggu feedback yang ia berikan di fanfiction itu terupdate. Setelah feedbacknya sudah muncul, ia langsung memilih option tanda silang berwarna merah di pojok kanan atas pada tampilan Mozilla Firefox di laptopnya. Seungwan berniat mengakhiri kegiatan membacanya untuk malam ini, mengingat matanya sudah terasa perih dan berair -jangan salah! Itu bukan karena ia mengantuk. Sejurus kemudian ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, sambil menunggu laptopnya benar-benar non-aktif, sekaligus berharap barangkali ia bisa langsung mengantuk dengan begitu.

Sayangnya, ketika layar laptopnya telah menghitam sempurna, mata Seungwan tidak merasa berat sama sekali. Sedikitpun tidak!

Seungwan mendengus sebal, merutuki syndrom buruknya yang datang tanpa di undang. Besok memang hari libur sekolah, tapi tetap saja Seungwan kesal. Apa yang akan ia lakukan selama menunggu dirinya mengantuk? Membaca fanfiction pun matanya sudah tak sanggup lagi.

Masih dengan merutuk dalam hati, Seungwan meletakkan laptopnya di atas meja belajar. Dan di saat yang bersamaan ponsel miliknya di atas meja belajar bergetar dua ketukan, menandakan bahwa ada pesan masuk. Dengan cepat Seungwan membukanya, sedikit heran siapa yang mengiriminya pesan tengah malam begini. Matanya langsung membulat ketika membaca nama pengirimnya.

Park Chanyeol!

Insomnia lagi, huh? Kalau begitu kutunggu di balkon.

Hanya membacanya saja, dua sudut bibir Seungwan tertarik secara berlawanan, membentuk sebuah senyum kecil sarat bahagia. Chanyeol memang selalu mengerti dirinya.

Tangan Seungwan meraih selimutnya guna menghangatkan tubuh, walaupun piyamanya terbilang cukup tebal, namun tetap saja ia akan merasa kedinginan jika keluar. Langkah kakinya denga tergesa menuju balkon kamarnya. Dan ketika kepalanya menoleh ke samping kanan, dia menemukan Chanyeol tengah terduduk bersandar di samping balkon yang membatasi rumah mereka.

Seungwan dan Chanyeol memang tinggal di sebuah perumahan dengan rumah siap huni. Jadi, tidak heran jika sepanjang jalan ada beberapa rumah dengan gaya dan nuansa yang mirip, seperti rumah Seungwan dan Chanyeol. Rumah mereka berhimpitan, terhitung ada enam rumah yang berhimpitan dengan gaya dan nuansa yang sama. Enam rumah itu berlantai dua dengan balkon berpagar yang celahnya cukup renggang dan tingginya di bawah dada jika Seungwan berdiri di belakangnya.

Pieces of LoveWhere stories live. Discover now