5th piece : Daydream

844 130 27
                                    


Hujan mendatangkan masa lalu,
...bagi mereka yang merindu.
.
.
.

***


"Wendy!"

"Chanyeol?!"

Laki-laki itu terkekeh geli melihat respon tetangganya yang terlihat begitu lucu di matanya. Dari bawah sana, dia masih bisa melihat jelas mata indah yang membulat terkejut mendapati dirinya berdiri dengan cengiran bodohnya.

"Haiiiiiii!"

Alih-alih merespons, gadis itu memandang langit mendung di atas sana. Dilihatnya serdadu awan kumulus berarak mengisi ruang, ditemani embusan angin yang bertiup cepat dan kilat yang menampakkan diri sesekali. Nampaknya hujan lebat akan segera bersambut.

Wendy bergidik ngeri, lalu menatap Chanyeol dengan mata memicing.

"Apa yang kau lakukan di sana?"

Chanyeol tak menjawab, ia justru menengadahkan wajahnya. Memejamkan mata, menghadap langit. Wajahnya terlihat damai, seolah ia benar-benar menikmati embusan angin yang menerpa tubuhnya tanpa permisi. Bahkan senyum tipis itu terulas kala setetes air mengenai ujung hidungnya.

Chanyeol berharap itu adalah tetesan air hujan yang pertama sore ini.

"Chanyeol, wajahmu pucat. Sebaikanya kau segera masuk sebelum kau kehujanan!"

Wendy memperingatkan sahabat sekaligus tetangganya itu dengan tegas. Bahkan tubuhnya yang bersandar ke depan pada balkon semakin mencondong hanya untuk sekedar Chanyeol mendengarkan ucapannya. Seolah tidak peduli, Chanyeol tidak juga bergerak untuk menurutinya, bahkan tidak juga membuka mata untuk sekedar memberi respons.

Tetes demi tetes air hujan berjatuhan tanpa bisa dicegah. Semakin lama semakin deras, membasahi apapun di bawahnya. Dinginnya menyergap kulit dalam hitungan detik. Membuat Wendy menggigil sekilas, tapi ia tak peduli. Wendy justru terpaku menatap Chanyeol di bawah sana. Laki-laki itu mengembangkan senyumnya, sebelum akhirnya Chanyeol membuka mata. Didapatinya Wendy tengah menatapnya. Sejurus demikian, Chanyeol tersenyum bahagia.

"Mau bermain hujan bersamaku?"

...

Layar dalam ingatan itu memburam, seperti kaca yang tertetesi air satu persatu, semakin banyak, dan perlahan meluruh yang kemudian berganti gelap.

Wendy dengan enggan membuka matanya kala dirasanya angin dingin menyergap tubuhnya, menembus pori-pori kulit hingga ke tulang. Ketika mata itu terbuka sempurna, yang didapatinya hanya hujan yang mengguyur dengan derasnya.

Wendy tercenung lagi.

Hujan ini, mengingatkannya pada seseorang dalam memori. Memori masa lalu yang terputar ulang tanpa permisi. Wendy hanya bisa memejamkan mata setelah itu, membiarkan dirinya menyerah pada keinginan hatinya untuk melihat orang itu meski sekilas lalu, meski dalam memori masa lalu.

Wendy jelas merasakan, dirinya merindu.

"Memikirkanku?"

Suara itu, telinga Wendy merasa sangat akrab dengan suara itu. Suara yang pernah mengisi hari-harinya sebelum ini, yang jelas Wendy inginkan untuk menyapanya saat ini.

Pieces of LoveWhere stories live. Discover now