رقم الاول (1)

204 6 0
                                    

Maryam Azalea.

(Maryam)

Hidupku seperti huruf abjad A sampai Z yang begitu teratur urutannya. Bukan aku yang memilih hidup seperti itu, tapi ini sudah tuntutan rutinitas yang kadang membuatku bosan. Yang kuinginkan adalah hidup bebas. Barangkali aku bisa kabur ke luar negeri seperti negeri Korea dan bergabung bersama Girlband yang cantik-cantik itu, lalu menikah dengan cowok tinggi putih berwajah innocent dan memesona. Atau aku bisa berlibur ke Eropa menelusuri Menara Eiffel, atau berfoto ria di Taj Mahal, atau pergi mengukur berapa panjang tembok China. Ah! Aku mulai gila!

Tapi ini serius! Aku bahkan rela jika harus jadi TKI di Arab, atau berubah kewarganegaraan, jika itu terjadi pun tak akan ada yang menyadari jika aku gadis Indonesia, aku memang keturunan Arab asli, aku akan melakukan apa saja asal bisa terbebas dari jerat jeruji rumah mewah yang dibangun Ayahku sejak kecil.

Aku hanya seorang Siti Maryam  yang tidak melahirkan Isa. Aku Siti Maryam Azalea bin Yusuf Ahmad. Aku masih gadis, tapi tak sebebas gadis-gadis lain. Aku terpenjara di dalam kerajaan yang dibuat oleh ayahku sendiri, entah apa yang terjadi, tapi inilah hidupku.

"Mau makan sesuatu, Nona?" seorang pelayan menghampiriku, aku hanya menggeleng dan kembali memandang halaman besar yang luas dari jendela kamar.

"Tapi Anda belum makan sejak tadi malam." pelayan yang selalu ada untukku mulai khawatir, aku berbalik menatapnya dan tersenyum menenangkan.

"Aku tidak mau makan, khodimah. Aku akan baik-baik saja. Kau tahu? Hidupku tak akan pernah berubah dengan makan atau tidak."

"Nona..." dia mendekat dan menatapku lekat, aku tersenyum lagi, dia hanya tergugu prihatin, ia tahu aku tak pernah bisa keluar bebas dari rumah besar ini sejak usia 11 tahun. Aku hanya merasakan kebebasan saat duduk di Sekolah Dasar dengan pengawalan ketat, setelah itu aku terkurung dan belajar hanya dengan guru privat yang khusus didatangkan oleh Ayah yang kusebut Abi.

Kesibukan terlihat disemua titik rumah besar Tuan Yusuf Ahmad. Beliau adalah ayahku, pengusaha tambang emas yang cukup sukses. Terbukti dari aset dan materi yang ia miliki. Rumah mewah desain Arabian yang lengkap dengan taman luas serta area pacuan kuda ada disana. Ada juga budi daya bunga beraneka ragam yang dijaga olehku, putri semata wayangnya.

"Azam, apa sudah kau periksa lorong bawah tanah? Pintu rahasia dan jalur-jalur kereta tambang lewat?" ayahku duduk dengan cerutu di belahan bibirnya dan menikmati secangkir teh sahi yang mengepul asapnya.

"Kholas, Sayid! (Sudah, Tuan!)" jawab Azam sambil menunduk.

"Kembali bekerja, jangan lupa perintahkan para khodimah untuk mendandani Maryam, akan ada tamu besar malam ini." Azam langsung merunduk dan meninggalkan ayahku, ia berjalan menjalankan perintah, menuju ke ruangan para khodimah (pembantu kepercayaan) di lantai dua.

Aku yang sejak tadi bersembunyi dekat ruangan Abi mendapat angin segar. Aku harus menemukan pintu rahasia bawah tanah yang sejak dulu belum kutemukan, aku harus kabur! Hidup seperti Tuan Putri yang diatur ini dan itu sangat membosankan. Aku butuh liburan tanpa dikenal dan dilayani pelayan, aku ingin bebas.

***

"Assalamu'alaikum ya khodimah." Azam menyeru dari luar ruangan, ada beberapa khodimah yang keluar.

"Wa'alaikassalam ya Sayid Azam. Ada apa?" dua orang khodimah menunduk sejenak dengan sopannya. Azam memang salah satu kepercayaan Tuan Yusuf sejak lama, dan ia menempati kedudukan penting di rumah tersebut.

"Dandani Nona Maryam, dan pastikan tak ada masalah apapun." ujarnya tegas dengan wibawa yang sangat menghipnotis siapa saja. Ia seperti Tuan Muda di rumah besar ini, ia memang bahkan seperti putra Tuan Yusuf sendiri. Padahal awalnya, dia hanya seorang anak khodimah dan ibunya yang mengabdi pada Tuan Yusuf sudah meninggal tiga tahun lalu. Azam sejak kecil memang sudah akrab dengan suasana rumah besar yang seperti kerajaan itu, dan ia yang dipercaya menjadi orang terdekat dengan Tuan Yusuf.

Siti Maryam AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang