رقم الثانى (2)

97 5 0
                                    

Siti Maryam Azalea Part 2.

"Ssssstt!!!!!" Maryam menaruh telunjuk di depan bibirnya yang merah merona dengan mata menyipit. Menyiratkan perintah diam kepada khodimah kepercayaannya yang sudah panik bukan main.

Melihat suasana lorong rumah besarnya sepi, gadis ini langsung berlari tanpa sandal ke kamarnya sendiri.

"Nona, Anda kemana saja? Kami hampir saja mengatakan jika kau hilang pada Tuan Yusuf." khodimah yang bernama Ana itu terlihat begitu ketakutan. Seharian ini dia berbohong tentang Maryam yang sakit, Maryam yang tak mau ditemui siapapun, Maryam yang bla bla bla.

"Aku dari Surga, ahaha..." Maryam menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang besar yang sudah pasti empuk.

"Surga?? Kau bercanda! Apa Tuan Azam mencarimu?? Dia sangat khawatir kau pergi, dan meminta aku serta khodimah lain untuk berbohong. Aku berdosa...." Ana memutar-mutar ujung bajunya kalut. Kesalahan terbesar selama menjadi khodimah adalah berbohong kepada tuannya sendiri.

"Tak apa, Ana. Terimakasih sudah membantuku. Sekarang kau bisa tenang dan kembali bekerja." Maryam duduk dengan hijab yang sudah awut-awutan. Ana langsung mengangguk dan berjalan keluar kamar besar itu.

Tok, Tok, Tok!!

"Binti... Apa kau masih sakit, nak?"
Maryam membolakan mata saat mendengar suara ayahnya bertanya dari luar. Ia langsung bergegas menarik selimut dan berlindung di baliknya, susah payah ia membereskan penampilan di balik selimut agar ayahnya tak curiga jika ia baru saja datang. Lama tak dijawab, Tuan Yusuf akhirnya memilih masuk ke kamar Maryam dan menggelengkan kepala melihat putrinya terpejam di balik selimut.

"Tak panas." Tuan Yusuf bergumam heran. Kening Maryam tak panas sama sekali. Maryam berusaha tetap tenang meski resiko terbesar mungkin saja terjadi.

"Ya, syafakillah binti... (Ya, lekas sembuh putriku)" meski heran, akhirnya Tuan Yusuf memilih mengecup kening Maryam dan keluar kamar putrinya. Maryam bernafas lega, namun setelah ayahnya ke luar kamar ponselnya di tas selempang berdering.

From: No name
Jadi saya jemput, Ma'am?

"Ya! Lupa!" Maryam menepuk dahinya sendiri, yang mengiriminya pesan sudah pasti Putra supir Taksi tadi pagi.

To : No name
Maaf, tidak jadi. ^^

Maryam bergegas membersihkan badan, namun ponselnya berdering lagi. "Sudah dibalas tidak jadi, kan?" geram Maryam malas. Tapi ternyata, pesan kedua bukan dari Putra.

From: Al Mahera
Take a rest. Jangan nekat lagi, Nona Azalea.

Azam melihat pintu kamar Maryam dari kejauhan dengan hati lega. Akhirnya kejadian hari ini tak berdampak apa-apa pada keadaan di rumah besar ini.

***

Merasa berada di atas angin. Mungkin seperti itu yang Maryam rasakan saat ini. Kabur pertama yang dibantu kembali oleh Azam, Maryam jadi ketagihan. Kini, ia bahkan menikmati serunya bermain di pasar malam tanpa dikenali siapapun bersama Azam meski pemuda itu hanya mengekor.

"Bebas itu menyenangkan. Betul, kan?" Maryam mendelik pada Azam dengan satu kembang gula di tangannya. Jajanan seperti itu sungguh jauh dari camilannya sehari-hari. Jika Tuan Yusuf tahu, masalah besar pasti terjadi. Maryam setiap harinya selalu diberi makan empat sehat lima sempurna. Camilan di rumahnya bahkan lebih banyak berbahan dasar sayur dan buah-buahan.

"Bebas tidak selalu menyenangkan." Azam yang menenteng belanjaan jajanan pasar milik Maryam buka suara, suaranya bahkan beradu dengan suara bising musik dari pasar malam dan kerumunan manusia.

Menikmati malam langka di tengah keramaian, Maryam tak berhenti tersenyum melihat atraksi badut-badut di tengah pasar.
"Kapan aku boleh keluar kota?" suara Maryam sontak membuat Azam yang juga sedang melihat atraksi menoleh ke samping.

Siti Maryam AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang