رقم الرابع (4)

124 5 0
                                    

Siti Maryam Azalea Part 4.


Sebelumnya...

Menginjakkan kaki lagi di taman bunga setelah sekian lama terkurung membuat Maryam tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Ia yang sejak kecil merawat taman bunga ini bersama ibunya, dan saat sedih, hanya bunga-bunga indah itu yang mampu redakan kesedihannya.
Terdapat satu Gazebo di tengah-tengah taman bunga dan itu tempat favorit ia dengan ayahnya. Khodimah Ana bilang Tuan Yusuf menunggu di sana, namun saat Maryam tiba di sana, yang ia lihat bukan ayahnya tapi Tuan Faris.

"Assalamu'alaika, kau lihat ayahku?" tanya Maryam tanpa basa-basi. Faris yang asik duduk bersandar langsung berdiri dan menyambut Maryam.

"Wa'alaikisaalam, Apa kabar Maryam?" tanya pemuda gagah itu yang langsung menyiapkan tempat duduk untuk Maryam hingga akhirnya mereka duduk berhadapan dengan meja penuh bunga di tengahnya.

"Aku baik, kau belum jawab pertanyaanku, Tuan..." singgung Maryam mendelik.

"Tuan Yusuf baru saja pergi lima menit yang lalu." jawabnya, Maryam jadi bingung. Hari ini pertama kalinya ia diizinkan keluar dan ia malah dipertemukan dengan Faris. Sehebat apakah Faris hingga ayahnya mengizinkan ia ditemui lelaki kaya itu tanpa seorang pun Khodimah mengawalnya.

"Padahal Khodimah bilang Abi menungguku disini." Maryam meraih sekuntum mawar putih di meja dan menghirup aromanya.

"Beliau ada kepentingan dan langsung pergi, tapi beliau memberiku amanat untuk disampaikan kepadamu." Faris duduk tenang memerhatikan putri jelita di hadapannya.
"Amanat apa?"

"Amanat... Yaa, dengarkan aku."

"Ini sedang kudengarkan." Maryam yang sangat cuek tanpa senyum hari itu membuat Faris jadi gemas.

"Bicaralah..." sergah Maryam ingin tahu amanat ayahnya.

"Oke, Maryam. Bersiaplah, karena 48 jam dari sekarang aku dan keluarga besarku akan datang untuk mengkhitbahmu secara resmi." ujar Faris dengan tenangnya, dan senyum manis tergambar rapi di wajahnya.
Maryam langsung terdiam mendengar hal itu. 48 jam lagi?

"Jangan bercanda!" sergah Maryam langsung berdiri.

"Aku serius, Maryam! Ayahmu sudah menetapkan itu, dan ini tidak main-main...!" Faris ikut berdiri, ia jadi tak mengerti pada Maryam yang ada di hadapannya saat ini.

"Beliau bilang kau bersedia jadi pengantinku." lanjut Faris.
Maryam bergeming tak menanggapi. Setelah dikurung, ia menjelma menjadi Siti Nurbaya era Modern. Ia tak habis pikir apa yang ayahnya inginkan.

Tanpa bicara apapun, Maryam langsung berbalik dan berjalan secepat yang ia bisa meninggalkan Faris di taman yang memanggil-manggil namanya.

Ia meredam amarah memuncak dengan air mata yang ia tahan. Ia seperti boneka, yang untuk pernikahan pun ayahnya tak meminta persetujuannya.

***

Khodimah Ana melihat Tuan Putrinya tanpa senyuman sedikit pun langsung memasuki kamarnya dan menguncinya dengan cepat. Ia heran, hari ini ia baru saja dibebaskan untuk bisa keluar kamar lagi, namun Maryam malah masuk dan mengunci diri di kamarnya tanpa mengatakan apapaun padanya Khodimah Ana.

"Nona Maryam kenapa lagi?" tanya Khodimah Hafsah pada Ana, Ana hanya menggeleng tak mengerti.

"Aku melihat Tuan Faris tadi di Gazebo taman bunga, sepertinya ia sedang membicarakan hal yang penting dengan Tuan Yusuf, apa ada hubungannya?"

"Mungkin saja, ah! Kasihan sekali Nona Maryam, ia hanya tersenyum beberapa detik tadi. Namun sekarang sudah sedih lagi." tukas Ana sambil memangku dagu. Mereka berdua sedang membersihkan cermin besar di depan kamar Maryam dan bisa langsung melihat Maryam yang baru saja lewat dan memasuki kamar.

Siti Maryam AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang