Nama gue Radina Safitri Nugroho, biasa di panggil Dina, sekarang gue kelas 9 di SMP Cempaka. Dan gue punya satu orang sahabat dari awal gue masuk SMP, namanya Sarifa Aulia, yang biasa di panggil Sari, dia adalah sahabat yang selalu ada di saat gue butuh dia, selalu buat gue tersenyum, bahkan dia selalu mempertahankan rasa sedihnya agar gue nggak tahu dan nggak kepikiran dengan dia. Itulah alasannya mengapa gue sangat sayang sama Sari.
Awalnya, dia sangat jutek dan cuek ke gue, dan bahkan bisa dibilang kalau dia nggak suka sama gue. Mungkin karena gue adalah orang yang pendiem dan kalem. Dan gue pun sama, gue sangat sangat tidak menyukai Sari. Apalagi kalau dia sedang sok berkuasa di sekolah.
Disini, gue duduk sebangku dengan Sari, orang yang gue benci dan ia juga membenci gue. Namun, pada saat ulangan Matematika, ia seperti memanfaatkan gue, dapat dibilang TKB, so pasti kalian tau lah TKB itu apa. Yups Teman Kalo Butuh.
"Din, nomor 7 caranya gimana sih", bisik dia, namun gue nggak menghiraukan dia, gue tetep fokus sama apa yang ada di depan mata gue.
"Din, ah elah", dia pun berusaha memanggil gue berkali-kali, dan akhirnya gue nyerah, dan dia berhasil bikin fokus gue buyar karenanya.
"Apa?", jawab gue datar.
"Nomor 7 gimana caranya, liat dong", pintanya. Dan karena gue lagi nggak mood buat nyari masalah, gue pun ngasih lembaran kertas ulangan gue ke dia.
"Nih, lo liat aja sendiri", jawab gue.
"Nah, dari tadi kek, elah", ucapnya sambil menyalin cara nomor 7 yang super duper panjang.
Setelah ulangan berakhir, Sari menghampiri gue yang sedang duduk terdiam menunggu bel istirahat berbunyi.
"Din, makasih ya buat contekannya", ucapnya.
Tumben lo bilang makasih, biasanya sinis mulu ke gue, batin gue.
"Iya", jawab gue.
Setelah kejadian itu, Sari dan gue mulai deket, dan makin deket.
***
Dan kedekatan gue sama Sari udah berlalu lama. Kita selalu berdua, dan banyak yang bilang kalau kita kaya surat sama perangko yang nggak bisa dipisahin. Karena Sari, sifat gue yang pendiam dan kalem pun ilang. Gue jadi seseorang yang ceria dan selalu semangat dalam menjalani hari-hari gue. Apalagi kalau di jalani bareng Sari.
Pada saat pelajaran olahraga, dan tepatnya gue lagi bareng Sari, Desi menghampiri kita. Dia temen sekelas gue dan Sari, namun kita tidak akrab. Nama lengkapnya adalah Desica Ratnasari.
"Eh, gue boleh gabung nggak sama kalian nggak?", ucapnya.
"Gabung aja, iyakan Din", ucap Sari sambil menengok ke arah gue. Dan gue tau apa maksud dari Sari. Untungnya gue peka. "Iya dong, siapapun boleh gabung sama kita", jawab gue.
Dan sahabat gue pun nambah, namun Desi nggak selalu bareng kita, alhasil persahabatan yang utuh ya persahabatan gue dan Sari.
Kring!!!
Bel berbunyi, yang menandakan istirahat. Sontak semua murid kegirangan, itu hal biasa bagi seorang murid yang selalu merindukan bel istirahat, bel pulang, ataupun jam kosong.
Gue dan Sari nggak ke kantin, kita hanya berbincang-bincang di kelas. Kita saling cerita awal mula kita dekat dan bisa sahabatan seperti sekarang.
"Din, jujur ya, dulu waktu pertama kali gue liat lo, gue benci sama lo", ucapnya.
"Iya gue tau kok. Tapi emang kenapa sih?", jawab gue penasaran.
"Lo anaknya pendiem dan kalem, gue pikir orang yang pendiem dan kalem itu orangnya cengeng, dan gue nggak suka sama orang yanh cengeng",ucapnya.
"Gue nggak cengeng kali, dan nggak semua orang pendiam itu lemah ya, buktinya gud strong strong aja tuh", jawab gue nggak mau kalah.
"Gue juga dulu nggak suka sama lo Sar", tambah gue yang membuat Sari penasaran.
"Kenapa?", ucapnya penasaran.
Akhirnya lo penasaran juga Sar, wkwk, batin gue.
"Lo keliatan sok berkuasa, sok cantik, sok sok-an deh pokoknya. Dan gue nggak suka sama orang yang sok sok-an kaya lo", pernyataan gue.
"Enak aja lo. Tapi, emang iya sih, wkwk. Tapi, buktinya gue asik kan", tantangnya.
"Ya lumayanlah".
***
Istirahat pun telah berakhir, dan kini adalah jam pelajaran b.inggris, dan gue nggak suka pelajaran ini, namun lain halnya dengan Sari, ini adalah pelajaran kesukaannya. Sedangkan gue lebih suka pelajaran Matematika dibandingkan pelajaran abal-abal kaya gini.
"Hh, kenapa harus ada pelajaran abal-abal kaya gini sih", ocehan gue. Yang tanpa gue sadari, Sari mendengarnya.
"Enak aja lo ngatain pelajaran kesukaan gue pelajaran abal-abal. Mendingan b.inggris lah dari pada Matematika", ucapnya keras.
"Iyadeh serah lo", jawab gue.
Pelajaran yang membosankan, batin gue.
Setelah gue nunggu kelenyapan pelajaran ini sampe gue ngantuk dan bikin gue laper, akhirnya kelar juga nih pelajaran abal-abal.
"Akhirnya nih pelajaran selesai juga", ucap gue kegirangan.
"Lo sih, gimana mau pinter b.inggris kalo setiap pelajarannya aja lo mah ngantuk gitu", kata Sari.
"Enak aja lo. Maksudnya gue bego pelajaran abal-abal ini gitu? Yang penting gue jago Matematika", jawab gue dengan senyum gue yang miring.
"Heh serah lo", ucap Sari.
***
Haii
Gw bikin cerita kedua gw woyy, duh nggak nyangka ya wkwk => alay
Ini bisa jadi cerita fakta gw ya, tapi udah gue rubah semua.
Gw cuma mau nyalurin kenangan gue doang kok, anjay.Tolong di baca dan vomment-nya ya.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ter-Lupakan(?)
Teen FictionDulu, dia memang sahabatku, sahabat yang selalu aku banggakan, selalu aku sanjung-sanjung, selalu aku puji-puji. Namun, setelah lama dia mempunyai sahabat baru, aku di lupakannya, hingga saat ini kita menjadi seseorang yang bahkan seperti orang asin...