***
Seluruh siswa seketika langsung mengerubungi Arum dan berkenalan langsung sambil menunggu pak Roni. Lebay banget sih, batin gue.
"Lo kenapa din? Kaya nggak suka gitu sama Arum?", ucap Sari.
"Nggak tau. Kayanya tuh orang sok pinter banget udah keliatan dari mukanya", jawab gue acuh tak acuh.
"Oh gue ngerti maksud lo sekarang. Tenang aja kali Din, nggak ada yang bisa nyaingin lo kok hehe", katanya yang sama sekali nggak gue tanggepin.
Ngeeeeeek!!
Terdengar suara pintu, sontak seluruh siswa yang tadinya berisik seperti di pasar, seketika menjadi hening. Ternyata pak Roni lah yang memasuki ruangan kelas ini.
Setelah pak Roni menjelaskan materi mengenai pesan syair di bab 2 ini, beliau menyuruh semua siswa agar mengerjakan soal yang ada di buku paket. Saat mengerjakan, semua berjalan dengan lancar, namun di tengah-tengah, ada pertanyaan yang membuat seluruh siswa kebingungan. Dan saat itu juga pak Roni keluar dari kelas.
Seluruh siswa bertanya pada Arum si anak baru itu. Sedangkan gue yang mendengar jawaban dari Arum hanya kesal sendiri. Semua siswa mengikuti jawaban Arum yang "katanya" anak pintar itu. "Ish apaan sih lo rum, itu tuh jawabannya yang b, udah jelas-jelas ada di buku. Dan kalian, percaya aja sama anak baru!!", teriak gue karena kesal sendiri dengan gaya si Arum.
"Biarin kek, sirik aja lo! Emang kenyataannya jawaban Arum bener!", jawab si Rohim sang ketua kelas.
"Idih apaan gue sirik sama Arum? Ya nggak lah. Terserah kalian aja deh mau ngikutin jawaban siapa!!", akhirnya gue menyerah karena memang sudah banyak anak yang terpengaruh.
Akhirnya gue dan Sari sudah bodo amat dengan masalah ini. Gue selalu meluhat gerak-gerik Arum. Dan gue melihat dia mengganti jawabannya menjadi sama kaya gue. Gue hanya memberikan tatapan sinis andalan gue ke Arum. Dan setelah tugas itu di nilai, jawaban yang tadi diributkan, yang benar adalah jawaban milik gue, dan si Arum mengikuti jawaban gue. Benci banget deh gue. Ish.
Kriing!
Terdengar suara bel berbunyi yang menandakan istirahat pertama sudah berlangsung. Hampir dari seluruh siswi putri kelas gue menghampiri Arum dan mengajaknya ke kantin bersama. Lain hal nya dengan gue dan Sari. "Kantin yok Sar, males gue liat dia!", ucap gue sambil menarik pergelangan Sari.
"Selaw mba bro. Kan gue udah bilang, nggak ada yang bisa ngalahin lo, lo kan yang paling pinter di kelas", jawabnya.
"Auah, gue nggak suka liat muka topeng itu!", kata gue lagi serambi mengambil pesanan gue tadi.
Saat gue dan Sari sedang makan makanan kita. Tiba-tiba ada orang yang menghampiri kita. Sontak gue langsung mendongak untuk melihat mukanya. Dan ternyata orang itu adalah Arum. "Hai, gue boleh gabung sama kalian nggak?", katanya yang sok polos.
"Boleh, gabung aja", gue langsung membelalakkan kedua bola mata gue saat mendengar kata itu keluar dari kulut Sari.
Setelah Arum duduk di antara gue dan Sari dia memecahkan keheningan lagi. "Nama gue Arum", katanya sambil mebgulurkan tangannya. "Udah tau!", jawab gue sekenanya. "Gue Sari, dan dia Dina, Dina emang orangnya gitu jadi maklumi aja ya, tapi dia baik kok", jawab Sari. Gue memilih diam.
***
Lama-kelamaan gue udah mulai menerima Arum gabung ke gue dan Sari. Ini semua gara-gara Sari yang nggak pernah mikir perasaan gue. Untung Sari sahabat gue, batin gue.
Dua bulan kemudian gue harus pindah sekolah ke luar daerah, karena bokap gue yang dipindahkan ke suatu daerah. Dan kebetulan bokap gue di pindahkan ke Semarang, tempat kakek dan nenek gue dari nyokap gue tinggal. Dan akhirnya gue sekolah di sana.
Ini adalah hari terakhir gue sekolah di sekolah gue tercinta ini. Dan ini saatnya untuk perpisahan. Orang pertama kali yang gue kasih tau rencana kepindahan gue adalah Sari, sahabat gue. "Sar, lo jaga diri lo baik-baik ya, jangan telat mulu, pokoknya lo harus terbiasa dengan nggak adanya gue. Oiya, jangan pikirin pendamping dulu, sekolah dulu. Oke?!", kata perpisahan gue kepada Sari.
"Lo kaya mau pergi aja Din pake gitu-gitu segala. Dan masalah cowo lo tenang aja, gue bakal dengerin semua ucapan lo", jawabnya.
"Emang gue mau pergi dodol! Gue mau pindah ke Banjar tempat nenek gue", ucap gue lagi.
"Lo seriusan? Lo mah bercanda mulu. Lo boong kan!", jawabnya dengan suara yang amat pelan.
"Gue serius Sar, besok gue udah nggak sekolah disini. Jangan lupain gue ya, lo harus hubungin gue ya. Jangan sedih lagi, kan masih ada Arum", kata gue menenangkan Sari.
"Iya gue bakal hubungin lo terus. Dan lo baik-baik ya di sekolah baru lo", jawabnya dengan mata mulai berkaca-kaca.
Gue nggak membalas perkataan Sari lagi. Kita pun berpelukan dengan erat. Sebenernya gue nggak mau ninggalin sahabat gue. Tapi mau nggak mau gue harus pergi. Suatu saat lagi kita pasti bakal ketemu lagi kok Sar, batin gue.
***
Malam ini gue dan bonyok sudah siap untuk pergi ke Banjar. Gue menaiki mobil dan duduk di belakang supir. Gue mencoba melupakan masa lalu gue dan berbuat yang terbaik untuk masa depan. Gue menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 8 jam. Nuansa Banjar sangatlah berbeda dengan Jakarta. Di sini lebih sejuk dibandingkan Jakarta. Kebetulan gue sampe sini masih petang, jadi gue masih bisa istirahat dulu sebelum pergi ke sekolah baru.
***
Gue ngerasa ada yang menggoncang-goncangkan tubuh gue. Namun, gue belum bisa membuka mata karena masih mengantuk. Dan goncangan itu pun semakin keras. Dan terdengar "Din, bangun nanti kesiangan!", gue berusaha membuka mata dan mengumpulkan semua nyawa gue. Dan saat gue sudah berhasil membuka mata gue dengan sempurna, gue melihat nyokap gue yang tadi menggoncangkan tubuh gue berkali-kali.
"Iya mah", jawab gue sambil berusaha duduk menyamai nyokap gue. "Mandi sana, abis itu langsung ke ruang makan!", katanya lagi, sedangkan gue hanya mengangguk dan pergi ke kamar mandi.
Setelah gue selesai mandi dan sudah rapi dengan seragam gue. Gue langsung ke ruang makan seperti yang dibilang nyokap gue tadi. "Pagi semua", sapa gue setelah sampai di ruang makan dan duduk di kursi dekat nenek.
"Pagi sayang, gimana udah siap belum buat ke sekolah barunya?", kata bokap gue.
"So pasti dong pah", jawab gue dengan pedenya.
***
Haiii
Hehe, baru update lagi nih. Tambah berantakan? Iya.
Gpplah ya, masih belajar wkwk
Vomment-nya di tunggu lhoo.
Dan please jangan di baca doang, oke.
Udah deh.Terimakasih😉
(11/1/17)
KAMU SEDANG MEMBACA
ter-Lupakan(?)
Dla nastolatkówDulu, dia memang sahabatku, sahabat yang selalu aku banggakan, selalu aku sanjung-sanjung, selalu aku puji-puji. Namun, setelah lama dia mempunyai sahabat baru, aku di lupakannya, hingga saat ini kita menjadi seseorang yang bahkan seperti orang asin...