1

96 21 3
                                    

Hai, mau tanya dulu sebelumnya,

Apa kabar?

Gak jamuran kan? Hehe damai

Gak nyangka aja ada yg nungguin cerita ini wkwk, nidia chapter terbaru, maaf kalo sedikit dan tidak memuaskan hehe

Ku apdet karena hari ini masehun sedang saengil~ yeyeyeye kalo gue saengil nya 2 hari yg lalu (gada yg tanya)

Cekidot~

*

Belum saatnya aku mengeluarkan payung saat ini. Tadi subuh memang sempat hujan, tapi sekarang sudah reda dan malah matahari terlihat dengan jelas muncul dari peraduannya. Satu-satunya masalah pagi ini adalah jalanan becek yang sangat berpotensi mengotori sepatuku. Aku harus hati-hati.

Mencoba mengingat apakah ada yang tertinggal di rumah, aku berjalan dengan santai di trotoar, tempatnya para pejalan kaki. Namun kesantaian itu berubah menjadi kesialan begitu kurasakan siraman air dari sebelah kananku yang tidak lain dan tidak bukan adalah jalan raya.

"AAAA!!" teriakan reflek lolos dari mulutku. Astaga aku baru sadar teriakanku fals sekali. Namun begitu sadar apa yang telah terjadi, aku segera mengedarkan mataku mencari pelaku sialan yang telah menyiramku dengan begitu tidak terhormatnya. Oh itu dia, pengemudi mobil SUV hitam yang saat ini tengah menepi.

Tunggu, menepi? Ini kesempatan bagusmu, Rista!

Dengan langkah lebar-lebar kuhampiri mobil SUV hitam tersebut yang pengemudinya sekarang sudah turun dan memandang ke arahku. Oh bagus, rupanya ia tau bahwa ia telah melakukan sebuah tindakan tercela.

Sambil melangkah kuteliti si pengemudi untuk mengira-ngira bagaimana kepribadiannya. Tentu saja aku harus mengetahui kepribadian si pelaku untuk bisa memenangkan adu bacot nanti dengannya, dengan pernyataanku sebagai korban yang bisa dijadikan sebagai bukti aku yakin akan menang adu bacot dengannya. Terlebih aku adalah Kania Rista Lubis, yang tak pernah kalah dalam berargumen.

Sejujurnya aku agak kesulitan untuk meneliti si pengemudi karena aku tidak memakai softlense akibat softlense ku baru saja robek sepulang dari kondangan kemarin, akibat sudah gatal ingin cepat-cepat hapus make up yang malah membuatku berlaku serampangan dan tidak sabaran pada setiap hal yang kulakukan dan berakhir pada robeknya softlense di jariku. Yang kutau dari si pengemudi adalah ia seorang laki-laki yang mengenakan kemeja putih berbalut jaket berwarna navy dengan celana panjang yang warnanya mirip dengan rok seragamku.

Rasa percaya diriku semakin besar begitu menyadari bahwa sepertinya ia salah satu murid di sekolahku. Langkahku sudah semakin besar saja.

Detik berikutnya mataku sukses membulat sempurna begitu mengetahui dengan baik siapa si pengemudi dan secara otomatis kuhentikan langkah dan kubalikkan badanku.

Astagaa, di antara miliyaran orang di dunia ini kenapa harus dia sih pelakunya? Rutukku dalam hati.

"Hei!" panggilnya. Astaga astaga mendengar suaranya saja sudah membuatku merinding. Langsung kuambil gerakan seribu langkah untuk kabur sejauh mungkin dari dia. Sambil berjalan cepat, kulirik rok seragam dan jaket merahku yang setengah basah, bagian kemeja putih yang tidak tertutup jaket warnanya sudah berubah kecokelatan akibat insiden tadi. Kugenggam sejumput rambutku yang ikut basah tersiram, dan jangan lupa wajahku, astaga setelah kuusap ada tanah-tanah tidak jelas di pipi kananku. Ah rasanya aku ingin menangis saja bertemu dengannya dengan penampilan seperti ini.

"Hei tunggu!" panggilnya lagi yang entah mengapa suaranya semakin dekat. Apa dia mengejarku? Kupercepat langkahku dan wajahku kutundukkan dalam-dalam.

Another Time to Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang