2.5

55 12 1
                                    

Awalnya Osi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang sedang Junies dan Andi perbincangkan, selain karena ia tahu bahwa hal tersebut pasti tidak jauh-jauh dari tugas kelompok mereka, ia juga sedang mendengarkan lagu dari earphone yang menyumbat pada kedua telinganya. Tapi ketika Junies mencondongkan tubuhnya dan suara gadis itu naik 1 oktaf, Osi yang duduk persis di sampingnya pun mau tak mau tergerak untuk memberikan perhatian lebih pada perbincangan mereka.

"Katanya bagi tugas, aku kan udah kerjain bab 1, katanya kamu bab 3, ya kerjainlah bab 3 nya." suara Andi menimpali dari sebelah kanan, terdengar dengan jelas karena saat ini Osi sudah melepas salah satu earphone nya.

"Di, bab 3 itu banyak asal kamu tau, deadline besok, bagian kamu udah selesai, gak tergerak gitu buat bantuin aku?" sekarang gantian Junies yang menimpali dari sebelah kiri.

"Yaaa itu sih urusan kamu lah, suruh siapa belom selesai."

Oh, Andi cari mati ini namanya. Hanya dalam hitungan detik Junies pasti akan meledak.

"Heh! Kamu kira ngerjainnya gampang apa!? Bisa copas gitu aja dari internet!? Gabisa! Mikir!"

Benar saja kan, tanpa perlu melihat Osi sudah tau pasti wajah gadis itu memerah menahan kesal dan Andi pasti hanya menanggapinya dengan cengengesan tak jelas bin watadosnya.

"Kalo perlu aku ingetin lagi ini tugas kelompok ya, bukan tugas individu! Emang kamu-"

Osi memajukan tubuhnya dan menghadapkan wajahnya ke arah Junies, menghalangi pandangan gadis itu untuk melihat Andi. Junies yang tidak menduga sama sekali tindakan Osi termangu sesaat sebelum akhirnya tersadar dan mencoba untuk mencari celah untuk melanjutkan sesi marahnya.

"Emang kamu mau di-blacklist!? Kamu tau sendiri kan kalo telat ngumpulinnya bakal di-blacklist sama si Agan!?" lanjut Junies namun wajah Osi tetap mengikuti kemana matanya bergerak mencari celah.

"Apasih, Si?" protes gadis itu.

Namun satu protesan kecil dari Junies tidaklah berpengaruh apapun pada Osi, karena nyatanya saat ini ia masih melakukan hal yang serupa pada Junies, bahkan menatap tepat pada mata gadis itu.

Junies mau tak mau balas menatap mata Osi, hendak membuka mulutnya namun malah tertawa. Bagaimana tidak? Usaha Osi untuk menghentikannya saat ini sungguh lucu.

"Yaudah, pokoknya kamu Di bantuin aku kerjain bab 3!" ujar Junies di sela tawanya dan beralih pada Osi, "nyebelin banget sih kamu?" dan meraih salah satu earphone milik Osi yang menggantung di udara, "dengerin apa?"

Andi yang merasa sudah tidak ada urusan lagi dengan Junies memilih minggat dari sana sebelum mood gadis itu rusak lagi.

Tinggallah Osi dan Junies di bangku itu.

"Jangan marah-marah dong, garong amat."

"Bilang aja kamu iri gara-gara ga punya urat marah, lempeng mulu hidupnya!" balas Junies sewot. Cara bicara gadis itu memang tidak pernah santai, tipikal Junies sekali.

"Oh iya lupa." Junies tiba-tiba teringat sesuatu yang sempat dilupakannya, buru-buru ia melepas earphone milik Osi dan bangkit hendak pergi.

"Mau kemana?"

"Little brief."

Tanpa menjelaskan lebih lanjut, gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Osi.

*

"Junies, kapan giliran kita-kita? Om-om mulu yang dilayanin."

Junies menghentikan langkahnya ketika ia baru saja keluar dari koperasi, di hadapannya saat ini ada 3 siswa laki-laki yang Junies kenali sebagai kakak kelasnya. Dahinya mengerut sebentar sebelum menjawab, "maksudnya apa ya?"

Salah satu dari ketiga siswa itu melangkah maju, memasang wajah mengejek sebelum membalas, "gak usah sok bego. Lo sendiri sebenernya pasti ngerti maksud kita-kita."

Junies mencoba memahami apa sebenarnya yang sedang dibicarakan oleh kakak kelasnya itu, hingga sebuah fakta menyadarkan dirinya, sebuah senyuman kecil terlukis di wajah gadis itu.

Melihat perubahan raut wajah Junies, kakak kelas itu menambahkan, karena ia yakin gadis itu pasti sudah mengerti, "udah inget, cantik? Kalo gitu pulang sekolah langsung aja."

"Maaf aja ya kak, saya gak mau sama kakak-kakak sekalian" jawab Junies santai dan hendak pergi dari tempat itu. Namun kakak kelas itu menahan dirinya untuk beranjak dari sana.

"Emang berapa bayaran lo, hah?"

Junies mendelik pada kakak kelas itu sebelum menjawab, "saya kenal kakak aja nggak, udah minta-minta yang nggak jelas."

"Yaudah kenalin nama gue Sam, selesai kan?"

"Nggak tuh." Junies pun berlalu begitu saja.

"Heh pelacur, lo itu--" Junies tak dapat mendengar kelanjutan perkataan Sam, berbalik karena penasaran Junies sudah mendapati Sam tersungkur dengan Osi di hadapannya.

"Osi!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Time to Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang