"..........Bruk..."Selang beberapa langkah setelah Nicky menjauh dari pintu rumah Mella yang telah tertutup, terdengar sebuah suara seperti orang terjatuh didalam rumah Mella.
Nicky langsung berlari membuka pintu dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat Ibunya Mella duduk memangku kepala Mella yang terjatuh dilantai dan mengeluarkan darah dari kedua hidungnya.
"Mella..!" Teriak Ibunya berusaha membangunkannya dengan menepukkan tangan kirinya ke wajah bagian sebelah kiri Mella dengan cepat namun lembut berharap Mella dapat mendengar suaranya dan terbangun. "Bangun, Nak..." Suara Ibunya mulai sedikit panik dan meneteskan air mata.
Melihat kejadian tersebut Nicky langsung mendekat kesebelah Mella tanpa melepaskan sepatunya dan memegang leher serta dahi Mella untuk mengetahui kehangatan suhu badannya yang ternyata terlampau hangat.
"Kayaknya ini harus dibawa kerumah sakit deh, bu." Ucap Nicky kepada Ibunya Mella yang hanya mengangguk sambil menangis panik memikirkan kondisi Mella.
Tanpa berfikir panjang, Nicky langsung sedikit membungkukkan badannya kedekat Mella, tangan kirinya menopang punggung Mella dan tangan kanannya menopang kedua kaki Mella, kemudian ia mengangkatnya,membawanya kedalam mobil pribadinya, dan meletakkannya dikursi panjang bagian tengah sedangkan ibunya duduk di kursi depan. Setelah mereka melarikan Mella ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya dirumah sakit, mereka duduk di kursi yang berada diruang tunggu UGD, menunggu kabar tentang kondisi Mella dari dokter atau suster yang menangani Mella saat mereka melarikan Mella ke ruang UGD tersebut.
"Bukan yang pertama kalinya Mella mimisan begini." Ucap ibunya Mella sambil menatap kosong ke lantai rumah sakit.
Nicky melepaskan kedua tangannya yang berada didahinya menutupi sebagian wajah termasuk matanya kemudian membuka matanya lalu menegakkan posisi duduknya yang terbungkuk dan berkata "Maksud ibu..?"
"Iya. Sebelumnya sudah beberapa kali Mella mimisan seperti ini. Terlebih lagi setiap kali dia kelelahan, tetapi baru kali ini dia sampai pingsan. Sudah berkali-kali ibu sama bapak menyuruhnya periksa ke dokter, tapi dia nggak pernah mau dengerin omongan ibu sama bapak. Bahkan, teman dekatnya, Nita pernah marah dan memaksanya untuk pergi kerumah sakit tetapi dia tetap saja kekeuh tidak ingin memeriksakan kondisinya. Sudah lama sekali ibu mencemaskan kondisinya itu."
"Mungkin Mella takut sama diagnosa dokter, bu."
"Mungkin, Nak. Atau mungkin dia memang tidak ingin membuat ibu sama bapak cemas atau khawatir terhadapnya. Terlebih lagi, dia adalah anak yang mandiri dan paling tidak suka merepotkan kami yang sudah sepuh. Untung bapak sudah memberikannya jaminan kesehatan. Jadi, kalo ada masalah kayak gini kami nggak akan pusing memikirkan cara membayar biaya rumah sakitnya."
"Mungkin sih, bu..." Nicky menghela nafas dan bersandar. "Saking sayangnya Mella sama om dan tante, dia rela ngorbanin kondisi kesehatannya cuma karna dia ngga mau bikin om sama tante khawatir. Itu jelas keputusan yang nggak bisa dibilang baik karna itu sama aja kayak nyiksa dirinya sendiri. Tapi dibalik itu semua, dia cuma nggak mau buat orang-orang yang paling dia sayang sedih dan khawatir karnanya." Lanjutnya.
Tidak lama kemudian, dokter tua berbadan kurus, berbaju putih panjang, berkacamata dengan rambut putih yang hanya tubuh dipinggiran kepalanya saja keluar dari ruangan UGD.
"Gimana keadaan anak saya dok...?" Tanya ibunya Mella yang dengan cemas berdiri dan mendekat kearah dokter tersebut bersama Nicky.
Nicky hanya menunggu jawaban dari dokter atas pertanyaan yang sudah diwakilkan oleh ibunya Mella.
Dokter tersebut menghela nafas, tertunduk dengan raut wajah khawatir dan berkata. "Saat ini saya belum bisa memastikan apakah kondisi anak ibu baik-baik saja. Tetapi, saya sudah menjalani scan dan melakukan beberapa test untuk memastikan kondisi pasien. Besok hasil scan sudah dapat dilihat. Malam ini lebih baik pasien beristirahat disini agar kita dapat memantau kondisinya lebih baik lagi."
"Baik dok.." Jawab Ibunya Mella dan Nicky hanya menunduk.
"Apakah anak ibu memiliki alergi obat..?" Tanya pak dokter.
"Saya kurang begitu yakin, dok. Dia jarang sekali mengonsumsi obat ketika sakit." Jawab Ibunya Mella
"Baiklah kalau begitu." Jawab pak dokter. "Mari kita berusaha untuk tidak terlalu cemas kecuali cemas adalah satu-satunya pilihan yang kita punya." Lanjutnya sambil tersenyum meninggalkan mereka.
Mella yang masih belum sadarkan diri kemudian dipindahkan keruangan biasa dengan infusan yang masih menempel ditangannya. Ibunya Mella tertidur disofa panjang sedangkan Nicky duduk disebelah kanan ranjang Mella dengan kursi lipat besi. Ia memperhatikan raut wajah Mella yang sedang tertidur lelap dengan rautan wajah yang lesu.
Ia kemudian meraih rambut halus Mella dan mengusapkan kepalanya dengan tangan kirinya sambil memandangi wajah cantiknya.
Ia menengok kearah ibunya Mella yang sedang tertidur lalu kembali memandangi raut wajah cantik Mella, kembali memeriksa apakah ibunya benar-benar tertidur lelap atau tidak, lalu kembali memperhatikan wajah Mella lagi.
Selang beberapa waktu ia mengusap wajah Mella.
"Are you okay....?" Ucap Nicky.
kemudian ia mencium punggung tangan Mella yang sejak tadi ia genggam dengan erat.
"I love you....."
Air mata Nicky kemudian menetes tanpa ia sadari.
———————
It's been sooooo long!! I'm sorry.. :'(
I thought y'all had forgotten this story but some of you actually care about the continuation of this story.....Well.. thank you!
It means a lot.<3
Maaf agak pendek. Ini draft yang aku buat dulu supaya aku masih bisa ngikutin akhirnya udah sampai mana. Cerita yang agak panjang ada di next chapter yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
#Complete Grandma's Secret Perfume (Gxg)
RomanceEngkau adalah senja terindah.... Sampai pada akhirnya malam datang menjelang meredupkan indahnya cahayamu.