[4] Love? I Mean No.

273 8 0
                                    

"Hey.." orang itu menoleh.

Ganteng..
Satu kata yang dapat mendeskripsikan lelaki itu. Atau mungkin tidak, ganteng saja tidak cukup untuk mendeskripsikannya.

Hidung mancung, bibir merah merekah, alis tebal, mata tajam, dan rahang kokoh terpahat indah di wajahnya.

Sungguh dia adalah lelaki paling tampan yang baru Ira temui sepanjang umurnya.

"Hei" balas lelaki itu yang sontak membuyarkan lamunan Ira. Lelaki itu tersenyum, manis banget.

"Lo mu--murid baru kan?" Ira gugup. Karena ya, kalian tahu kan, diantara mereka berempat--Ira, Lea, Okta, Lily-- Ira lah yang paling tidak bisa dekat dengan cowok, apalagi cogan.

Kemudian cowok itu mengangguk pelan.

"Gue Ira, ketua OSIS," Ira mengulurkan tangannya yang bermaksud untuk mengajak berkenalan. Cowok itu langsung menyambutnya dengan senang hati.

"Zaidan Pratama" ucap cowok itu dengan senyuman manis yang masih terpahat indah dibibir merahnya.

Oh, Zaidan.

Ira mengangguk pelan, dan ia pun ikut tersenyum. "Ayo gue anter ke kelas lo," Ira berucap lantas berjalan mendahuluinya.

Dalam perjalanan keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Membuat keheningan langsung menyeruak ke permukaan.

Untuk mengalihkan rasa kegugupannya, Ira memainkan jari-jemarinya. Sesekali dia menggigiti kukunya ataupun menyubiti telapak tangannya sendiri sampai dia melupakan suatu hal, dia tidak tahu dimana Zaidan ditempatkan.

Seketika langkah Ira terhenti yang membuat Zaidan lantas menatapnya dengan tatapan tanya.

"Lo masuk kelas mana?" tanya Ira bingung. Toh kemarin dia hanya diberi tahu jika akan ada murid pindahan.

"11 IPS-3" jawabnya singkat, padat dan jelas. Mendengar itu, Ira hanya ber-oh ria, lantas melanjutkan langkahnya.

Akhirnya, mereka sampai di kelas yang Zaidan sebutkan tadi. Kelas yang super ribut mengingat makhluk apa saja yang ada didalamnya, ditambah lagi sekarang sedang jam kosong. Hancur sudah kelas itu.

Ira masuk dengan aura kepemimpinannya yang mendominasi. Lagu All We Know milik The Chainsmokers terputar di speaker yang disimpan di meja guru, sangat keras. Matanya coklat tajamnya menyapu seluruh sudut kelas. Disana, ada yang duduk dimeja, sebagian besar lelaki mojok dibelakang memandangi satu laptop yang mereka letakkan ditengah-tengah menggunakan kursi, yang cewek pada pegang sisir malah ada yang sambil catokan.

Melihat itu, Ira mendengus kesal. "Ekhm.." dehamnya keras bermaksud agar semua perhatian langsung tertuju padanya. Tapi hasilnya? Nihil. Masih tidak ada yang mempedulikanya. Dia mencobanya sekali lagi. Dan tetap tidak ada yang mendengarnya.

'Tek'

Musik itu tiba-tiba menghilang. Sontak, semua murid yang merasa tak terima menengok ke meja guru. Mereka ingin melihat siapa pelakunya, tapi saat pandangan mereka menatap jika pelakunya adalah Ira, yang berdiri dengan tangan bersidekap dan tatapan mengintimidasi, mereka menelan ludah susah payah lalu berangsur bubar menuju tempat duduk masing-masing.

"Udah ributnya?" nada sinis terdengar jelas dari pertanyaan yang diucapkan Ira. Gadis itu maju selangkah.

"Saya mau minta perhatianya sebentar. Hari ini, kelas kalian kedatangan murid baru. Ayo masuk!" Ira memberi isyarat Zaidan untuk masuk ke dalam kelas, setelah sebelumnya Ira memintanya untuk diam dulu diluar sebelum gadis itu memanggilnya.

Perlahan, Zaidan melangkahkan kakinya memasuki kelas. Sepersekian detik kemudian, semua pandangan siswi tertuju padanya. Terpesona? Ya, mereka semua langsung tunduk dibawah pesona seorang Zaidan.

The Crazy Girl's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang