Jungkook membuka kedua matanya saat mendengar Eunha meracau. Sudah ketiga kalinya Jungkook terbangun. Pria itu menyibakkan selimut yang mengerubungi tubuh Eunha, lantas menepuk pelan pipinya. Sambil memanggil-manggil nama Eunha. Beberapa saat kemudian, Eunha tersadar. Keringat membasahi wajahnya, namun ia menggigil keras.
"Jung... kook...." Lirih Eunha. Kedua matanya terbuka separuh dan bibirnya kering.
"Kuambilkan minum dulu, ya? Tunggu sebentar." Ujar Jungkook. Ia lantas beranjak menuju dapur dan mengambilkan segelas air hangat untuk Eunha. Tak lama Jungkook kembali dan meminta Eunha untuk duduk.
"Minumlah, Eunha."
Eunha pun menurut. Ia meneguk air hangat yang diberikan Jungkook. Kemudian kembali merebahkan diri dan menarik selimut. Jungkook memperhatikannya dengan gelisah. Sejak tadi pagi Eunha sudah demam. Dan Jungkook yakin kalau itu ada sangkut pautnya dengan saat dimana mereka bertemu Eunwoo. Eunha baik-baik saja sebelumnya, karena tidak ada tanda-tanda kalau ia akan sakit.
Dengan lembut Jungkook mengusap kepala Eunha, lantas mencium keningnya. Demamnya masih tinggi meskipun tidak separah tadi siang. Pria itu kembali berbaring di samping tubuh kekasihnya, lantas melingkarkan tangannya di atas tubuh Eunha. Ia tidur dengan Eunha, sementara Sinbi memilih tidur di ruang tengah. Awalnya memang dirinyalah yang menemani Eunha. Namun karena Eunha terus menerus mengigau menyebut-nyebut nama Jungkook, akhirnya Sinbi meminta Jungkook yang menemani Eunha saja.
Sebelum memejamkan matanya lagi, Jungkook sempat melihat jam di nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Pukul 2 dinihari. Ia harus kembali tidur karena besok ada jam kuliah pagi. Namun sepertinya kedua mata Jungkook sudah tidak mau terpejam. Akhirnya, Jungkook perlahan turun dari tempat tidur dan menyalakan laptopnya.
Tugasnya sudah ia selesaikan. Dan tiba-tiba saja ia teringat akan laporannya tentang sengketa lahan di Incheon beberapa waktu yang lalu. Jungkook membuka filenya dan ia membacanya kembali. Entah mengapa ia selalu tergelitik setiap kali membaca kasus tersebut. Rasanya seperti ada sesuatu yang membuatnya untuk terus berkubang di dalamnya. Meskipun sebenarnya Jungkook tahu kalau itu sama sekali tidak berpengaruh pada hidupnya.
Mungkinkah?
Jungkook membuka tab browser dan mencari tentang kasus tersebut di situs pencarian berita. Banyak artikel online yang membahas tentang sengketa lahan tersebut. Memang artikel lama, ditulis sekitar empat sampai lima tahun lalu. Satu per satu link Jungkook buka dan semakin banyak informasi yang ia dapatkan. Sebagian informasi yang tidak Jungkook cantumkan dalam laporannya kemarin. Salah satunya adalah tentang hakim yang menangani kasus si pengusaha property, Jung Sang Hun.
Kala itu, yang bertindak sebagai hakim ketua adalah Cha Donghwan. Lantas Goo Junhyuk dan Shin Jeongmin sebagai hakim anggota. Tiga jaksa penuntut umum menuntut Jung Sang Hun dengan hukuman 8 tahun penjara dan denda sebesar 300 juta won. Namun anehnya, hakim Cha Donghwan hanya menjatuhkan sanksi denda pada Jung Sang Hun, tidak beserta hukuman penjara. Hal itulah yang menimbulkan asumsi kalau Cha Donghwan telah menerima suap dari Jung Sang Hun agar membebaskannya dari hukuman penjara.
Pihak pemerintah daerah Incheon sempat mengajukan banding. Namun belum sampai diproses, kasus itu tiba-tiba saja menghilang. Kebetulan beberapa hari setelah kasus tersebut naik banding, perhatian publik dialihkan oleh skandal yang terjadi di antara salah seorang pejabat dewan dengan artis yang tengah naik daun. Jadilah kasus Jung Sang Hun semakin hilang dan terlupakan. Tidak ada yang mengangkatnya lagi, sampai detik ini.
Jungkook membuka tab baru dan mengetikkan nama Cha Donghwan di kolom pencarian. Dalam sedetik, muncullah beberapa artikel yang membahas tentang Cha Donghwan. Termasuk biodata, kehidupan keluarga, bahkan tentang dugaan suap yang menyeret dirinya. Jungkook meng-klik salah satu artikel yang menerangkan secara singkat biografi sang hakim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan 🌸 Jungkook-Eunha ⛔️
FanficTentang Jungkook si pecinta hujan dan Eunha yang hidup dalam luka lama juga trauma. ©autumn quartz 27092016