Sebelum turun dari mobil, Zenata kembali mengingatkan kepada Darrel. "Rel pokonya nanti malem harus dateng!" Suruh Zenata
Melihat reaksi Darrel yang hanya berdeham langsung membuat Zenata menjitak kepala temannya. "Astaga, Nata kepala gue udah di fitrah lho, iya iya dateng bawel lagian juga ya itu acara lo sama tunangan lo, ngapaiin coba gue dateng-dateng." Gerutu Darrel.
Sebenarnya setelah kemarin acara lamaran pertunangan Zenata dan Theo. Theo memang sudah merencanakan makan malam bersama malam ini. Dan karena itu mereka berteman sudah hampir berpuluh-puluh tahun membuat Zenata harus mengundang keluarga temannya.
Zenata memeluk Darrel sebentar, "gitu dong kalo lo gak dateng siap-siap aja lo tau apa yang terjadi besok." Ancam Zenata. Darrel hanya mendengus kesal kearah temannya, Zenata hanya terkekeh melihat tingkah Darrel. Darrel itu satu-satunya teman cowok terprotektif yang Zenata punya.
Setelah keluar dari mobil Darrel, dia melihat mobil Darrel menjauh dari kafe miliknya. Darrel itu memiliki paras yang sangat tampan padahal dulu waktu kecil ingusnya kemana-mana dan sekarang menjelma jadi pria tampan. Dia juga punya pesona yang memikat yah, harus Zenata akui, dulu dia pernah memiliki rasa namun harus dia tepis. Dan hasilnya berhasil saat ini Zenata sudah memiliki tunangan bernama Theo, namanya Theo Faaris adalah kakak tingkat-nya di universitas awalnya dia tidak tertarik tapi, hampir setahun Theo mendekati sampai akhirnya Zenata luluh dan tada Zenata sudah bertunangan dengan dia.
Zenata memasuki kafe yang dibangun dari nol, sama seperti Darrel. Mereka bertaruhan untuk mendirikan sebuah perusahaan sendiri tanpa campur tangan orang tua mereka dan Darrel dengan segala kejeniusannya dia berhasil menduduki peringkat ke tiga sebagai pengusaha muda dan tampan.
Sedangkan Zenata membuka usaha kafe juga cukup dibilang sukses walaupun tetap suksesan Darrel.
Saat Zenata memasuki kafe-nya semua karyawan mulai menyapanya. "Duileh si bos mukanya cerah bener, di perebutin dua cowok sekaligus lagi." Ledek Via, sahabat perempuan Zenata dari awal mereka kuliah dan kini dia juga merangkap menjadi asisten Zenara.
"Gila aja lo, gue udah tunangan nih sama Theo." Zenata memerkan jarinya yang sudah ada cincin melingkar manis.
Sontak mendengar itu Via menyembur baju Zenata dengan kopi yang sedang dia minum. "Via astaga lo jorok banget sih." Omel Zenata
"Sorry, sorry, gila lo beneran tunangan sama Theo bukan sama Darrel?" tanya Via.
Zenata menyipitkan mata dan menoyor kepala Via supaya sadar. "Gila, gue sama Darrel itu udah temenan kali dari orok."
Via hanya menggelengkan kepala. "Lo tau gak sih Nat dari fakta di dunia ini 99,9% cewek sama cowok yang sahabatan itu akan berakhir pacaran bahkan sampe nikah tapi, lo ko gak?"
Zenata hanya terkekeh mendengar itu. Ah, memang sih dirinya sering mendengar pernyataan itu tapi, dia dan Darrel bisa membuktikan gak semua lawan jenis yang bersahabatan berakhir seperti itu. "Tapi, buktinya gue sama Theo ko tunangannya." Tegas Zenata.
"Berarti gue boleh dong mepet Darrel?" tanya Via.
"Bego, mepet bahasa lo aneh amat." Zenata membuka ponsel dan mengirim pesan kepada tunangan-nya.
"Tapi, Darrel masih doyan one night stand Nat?" tanya Via.
Zenata melihat Via dan menghembuskan nafas secara kasar. Memang bukan rahasia lagi Darrel emang sering sekali bergonta-ganti pasangan tiap malam. Padahal dia sering memperingatkannya kalo itu tidak baik untuk kesehatannya. Tapi, tetap saja Darrel punya 1001 jawaban.
"Lo tau lah dia gimana mau mulut lo sampe berbusa nih cuma masuk lewat doang deh omongan lo," ucap Zenata sambil membuka laptopnya.
Via menganggukan jawabanku. "Makan siang lo sama Theo?" tanya Via.
Zenata kembali memusatkan perhatiannya ke arah Via dan tersenyum kecut. "Baru ngelamar gue kemarin dia udah sibuk aja. Katanya dia lagi banyak urusan gitu."
Theo Faaris adalah seorang archipreneur (architect-enterpreneur) dia adalah arsitek yang mengembangkan usahanya sendiri. Dia membangun dan merancang banyak resort, villa sampai rumah megah. Dan sekrang dia mendapat projek untuk membangun resort di wilayah Bali.
"Yah, dia kerja kan buat modal lo nikah," ujar Via. Zenata hanya menganggukan kepala.
"Jadi lo makan siang sama siapa di kafe sendiri apa di luar?" tanya Via lagi.
"Gue mau makan siang bareng sama anak curut," jawab Zenata sambil mengecek laporan keuangan bulan ini.
Via menganggukan kepala dan berpamitan untuk ke ruangannya sendiri.
***
Siang harinya Zenata sudah menunggu Darrel dengan pakaian yang berbeda karena tidak mungkinkan dia memakai pakaian yang sudah kotor akibat semburan maut Via. Darrel berjanji akan menjemputnya untuk makan siang bersama. Soal mobilnya yang tadi dia bawa ke apartement Darrel sudah di bawa oleh salah satu supirnya dibawa ke rumah.
Tidak lama kemudian Darrel sudah datang. Zenata dengan cepat masuk ke dalam mobilnya. "Mau makan dimana Rel?" tanyaku.
"Daerah Thamrin aja deh kan banyak tuh." Jawab Darrel sambil membenarkan letak kacamata hitamnya. Zenata hanya menganggukan kepala.
Jalanan Jakarta yang menyentuh jam makan siang lumayan padat. "Rel, lo tau gak sih kata Via tadi lawan jenis yang sahabatan biasanya berakhir pacaran atau gak sampe pernikahan," ucap Zenata memecah keheningan diantara mereka.
Darrel mengelus dagunya sebentar, "tapi kita bisakan matahin konsep itu secara lo aja udah mau tunangan bahkan nikah sama Theo yang gantengnya gak seberapa." Ledek Darrel.
"Tapi, dia gak doyan tidur dengan beda-beda cewek kaya lo." Cibir Zenata
Mendengar itu Darrel hanya tertawa. "Hei, itu kebutuhan gue, kalo gue tahan nanti junior gue yang sakit. Lagian tunangan lo mana bukannya makan siang bareng malah sok sibuk." Sahut Darrel tidak mau kalah.
"Dia lagi cari nafkah buat gue, Rel." Jawab Zenata tenang karena dia percaya dengan tunangannya.
Darrel menaikkan alisnya sebelah, "sesibuk-sibuknya pria dia harus bisa ngeluangin waktu dengan pujaan hatinya."
Mendengar itu kontan Zenata tertawa keras. "Gila Rel, lo sejak kapan berubah puitis gini."
"Yeh, dibilangin gak percaya ini baru makan siang besok-besok bisa aja pas cari gedung pernikahan lo dia gak bisa ikut."
Zenata langsung menabok lengan Darrel yang mengakibatkan dia mengaduh. "Lo kalo ngomong Rel buset dah, bukannya doaiin sahabat lo yang cantik ini bisa nikah dengan lancar." Zenata membuang pandangannya kearah jendela.
Zenata merasa puncak kepalanya di elus dengan lembut oleh Darrel. "Iya maaf deh yah sahabatku, kan itu perumpamaan gue doaiin deh semuanya lancar."
Zenata menganggukan kepala dan tiba-tiba mobil sudah berhenti di sebuah restoran Perancis yang terletak di daerah Thamrin.
Saat Zenata sedang melihat-lihat menu makanan tiba-tiba dia merasa gigi Darrel bergemelatuk. "Rel lo kenapa?" tanya Zenata sambil memegang tangannya.
Tapi, sedetik kemudian Zenata bisa lihat wajah Darrel kembali normal. "Gapapa udah cepetan lo pesen!" Perintah Darrel.
Zenata hanya menganggukan kepalanya walaupun dia masih binggung kenapa tiba-tiba Darrel seperti itu.
****
Akhirnya bisa lanjut juga, part ini gimana menurut kalian?jangan lupa vote dan comment yaa. Sudah mendekati liburan wahh siap-siap bakal update tiap harii😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah (TERBIT)
Romantik[BEBERAPA PART DI PRIVATE DAN HANYA BISA DI BACA OLEH FOLLOWERS] Temenan dari orok sampe segede gini? Darrel Ivander Louis dan Zenata Pakelika Enes. Pertemanan mereka sangat bertolak belakang. Darrel yang gantengnya gak ketulungan tapi punya pemik...