keluarga Zenata sudah siap tinggal menunggu keluarga Theo dan Darrel. Sebenarnya Zenata masih bingung ada apa dengan Darrel karena, semenjak pulang dari restorant itu dia hanya diam saja. Bahkan Zenata sesekali memergokinya sedang mencengkram stir-nya dengan sangat kuat setiap di tanya dia hanya menjawab 'tidak apa-apa'. Jawabannya itu malah membuat Zenata semakin penasaran.
Suara bel membuyarkan lamunan Zenata tentang kejadian tadi siang. Zenata dengan sigap membuka pintu dan terlihat keluarga Darrel.
"Oh, Darling ternyata kamu bertunangan dengan pria lain padahal Tante berharap kamu menikah dengan Darrel lho." Tante Sandra, dia sosok Ibu yang baik, periang dan jangan lupakan dia juga sangat sayang kepada Zenata. Tapi, tunggu Tante Sandra mengharapkan ku menjadi menantunya, astaga. Batin Zenata
"Duh, Tante kita kan cuma sahabatan." Tegas Zenata sambil melirik Darrel yang mengedipkan matanya kearahnya.
Tiba-tiba Om Pram, Ayah Darrel, memelukku. "Gak usah di dengerin kata Tante dengan siapapun kamu berjodoh semoga dia yang terbaik buat kamu." Zenata membalas pelukan Om Pram, ah dia sosok yang sangat tegas dan tentu saja baik.
Setelah mengurai pelukan Om Pram dia mempersilahkan mereka masuk. Tapi, Darrel masih saja di depan sambil memperhatikan temannya. Di perhatikan seperti itu dengan Darrel membuat Zenata salah tingkah sendiri dan dia menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba Darrel mengangkat dagu Zenata. Mata mereka saling bertatapan. "Kenapa nunduk Princess?"
"Gak-papa," jawab Zenata gugup.
Darrel memberi senyum manisnya, senyum ini yang sering membuat jantungnya berdetak cepat. "Apa gue pernah bilang sahabat gue yang satu ini cantik? Ah, malam ini lo cantik. Tapi, gak, gak, lo cantik everyday, every moment and everytime." Darrel menatap mata Zenata, astaga Zenata bahkan tidak bisa mengkontrol detak jantungnya sendiri.
Zenata menyipitkan matanya. "Lo gombal kan?"
"Emang," setelah mengucapkan itu Darrel melenggang pergi sambil tertawa keras.
"DARREL, I HATE YOU!" Darrel sialan.
Masih terdengar tawa Darrel, "Ya, Aku juga sayang kamu." Zenata hanya mendengus sambil berjalan kearah meja makan.
Kini semua orang menatap Zenata heran karena dia menekuk wajahnya. Sedangkan si pelaku Darrel hanya tertawa geli. "Udah cantik ko cemberut sih?" tanya Mami. Zenata hanya menggelengkan kepala sambil menunjuk Darrel.
"Lho, kok gue?" Darrel menunjuk dirinya sendiri. Om Pram yang berada di samping Darrel langsung menjewer telinganya.
"Aduh, aduh Pah ko di jewer sih," rintih Darrel.
Dan Zenata tersenyum puas. "Terus Om jewer sampe putus sekalian telinganya."
"Papa lepas astaga ini namanya penganiayaan." Darrel berusaha melepaskan tangan Papa-nya. Semua orang yang disitu ikut tertawa. Om Pram langsung melepaskan jewerannya dan Darrel mengusap-usap telinganya yang terasa panas.
Om Pram memang begitu dia sudah menganggap Zenata sebagai anak karena yah, memang Darrel anak satu-satunya sama sepertinya. Om Pram bisa langsung menghukum Darrel kalo dia sampai membuat Zenata kesal bahkan nangis. Seperti waktu kecil mainan Zenata di rusak oleh Darrel dan alhasil Darrel di hukum untuk membantu Mbok Mina, pembantu di rumah Darrel, membersihkan kebun. Padahal Darrel orang yang sangat malas untuk melakukan itu semua.
Tiba-tiba Tante Sandra berbicara, "padahal tante sama Mami kamu pengennya kalian berdua menikah lho." Itu lagi yang di bahas.
"Mami pikir juga gitu lagian kalian cocok tau!" Ujar Mami.
Zenata dan Darrel tidak tahu harus menjawab apalagi. "Kamu juga Rel, Rel harusnya tuh kamu cari calon istri Mama-mu ini kan juga pengen gendong cucu." Tante Sandra mengeluh lagi.
"Iya, Ma, nanti aku cari tinggal aku tunjuk yang mana juga mereka mau." Jawab Darrel sambil mencomot kentang goreng kesukaannya.
"Rel, kamu Mama suruh cari istri bukan pacar, milih istri harus bener contoh itu Zenata. Dia tipe-tipe mantu yang baik sama mertua."
Ok, sekarang Zenata butuh penyelamat dan dia berdoa agar Theo secepatnya datang ke rumah. Intro dari lagu Demi Lovato - Body Say membuat yang ada di ruang makan melirik ke arah ponsel Zenata.
Zenata tersenyum dan pamit untuk mengangkat telfon dulu. Mereka hanya menganggukan kepala dan Tante Sandra kembali menceramahi Darrel panjang lebar.
"Halo, sayang kamu dimana semuanya udah kumpul lho," ucap Zenata.
"....."
Zenata yang mendengar ucapan Theo jadi lemas seketika. "Ta-tapi kan kemarin kamu yang ngerencanaiin ini semua."
"...."
Zenata menggigit bibir bawahnya menahan semua gejolak yang menyesakkan ini. "Kamu kan setidaknya bisa luangin waktu kamu satu jam dulu buat buat makan malam ini."
"...."
"Yaudah kamu kerjanya semangat." Zenata langsung memutuskan panggilan tersebut. Dia berjalan ke arah taman belakang dan duduk diayunan, biasa kalo Zenata sedang sedih atau banyak pikiran, ini yang sering dia lakukan menatap langit malam.
Sedih, sudah pasti sangat sedih pasalnya makan malam bersama dengan keluarga, Theo yang merencanakan tapi, lihat sendiri dia sibuk dengan proyek-proyeknya.
Kecewa, sangat amat. Bagaimana dia menjelaskan kepada kedua orang tuanya dan orang tua Darrel kalo makan malam ini di batalkan. Zenata memejamkan mata dan mendesah berat.
Saat Zenata membuka mata, Zenata kaget dengan kehadiran Darrel yang sudah di depan matanya.
"Bisa tolong kasih tau kapan makan malamnya di mulai tuan putri karena hamba sangat teramat lapar." Cetus Darrel sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Zenata hanya bisa menggeleng pasrah. Dan dia bisa melihat Darrel mengernyitkan dahinya. "Maksudnya apaan sih Nat, ko malah geleng-geleng kepala?"
Zenata berdiri dan menatap sendu Darrel. "Lo makan aja, tunangan gue gak bisa dateng banyak kerjaan katanya." Zenata ingin melangkahkan kakinya tapi, lengannya sudah di cekal oleh Darrel.
"Maksud lo dia gak dateng? Dan lo bilang juga tadi ini rencana dia? Kenapa dia gak dateng?" Cecar Darrel.
Zenata berusaha melepaskan cekalan tangannya. "Yang ngerencanaiin emang Theo, katanya dia banyak kerjaan, gue mau ke dalem dulu bilang yang lain."
Zenata meninggalkan Darrel yang wajahnya sangat terlihat menahan amarah tapi, Zenata tidak ambil pusing dia menghirup udara sebanyak-banyaknya dan melangkahkan kaki ke ruang makan.
Mereka yang tadinya sedang asik bercanda tiba-tiba berhenti melihat kedatangan Zenata. "Muka kamu kenapa sayang terus Darrel mana?" tanya Mami-ku.
"Mah, Pah, Om, Tante, Nata minta maaf yang sebesar-besarnya makan malam ini batal soalnya Theo masih ngurusin proyeknya. Maaf sekali lagi dan selamat malam." Setelah mengucapkan itu Zenata bergegas berlari kearah kamarnya yang berada di lantai dua. Dan dia juga bisa mendengar Darrel meneriaki namanya.
Setelah Zenata masuk, dia mengunci kamar dan tumpahlah air matanya. Sedih, kesal dan kecewa semua jadi satu. Untuk pertama kalinya Theo benar-benar mengecewakannya
****
Ayok jangan lupa vote dan commentnya 👍👌💋❤💙💚💛💜
![](https://img.wattpad.com/cover/89895571-288-k43280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah (TERBIT)
Romance[BEBERAPA PART DI PRIVATE DAN HANYA BISA DI BACA OLEH FOLLOWERS] Temenan dari orok sampe segede gini? Darrel Ivander Louis dan Zenata Pakelika Enes. Pertemanan mereka sangat bertolak belakang. Darrel yang gantengnya gak ketulungan tapi punya pemik...