I. Pertemuan

226 6 0
                                    

Kisah sederhana ini dimulai dari sebuah jalan di area kampus salah satu universitas di  Yogyakarta.

Terlihat dua orang gadis berjalan  menyusuri trotoar sambil bercanda, layaknya mahasiswa-mahasiswi kampus lainya.

Lena, perempuan cantik, putih, tinggi, dan supel ini mengenakan celana jeans kesayangannya dengan kemeja putih yang membuatnya semakin bersinar. Sedangkan perempuan di samping Lena, Mika, adalah seorang perempuan manis, berkulit sawo matang yang selalu ramah dengan semua orang. Kali ini, Mika memakai celana jeans kesayangannya dengan kemeja cokelat dan sepatu cokelat yang menambahnya semakin terlihat manis.

Lena dan Mika berjalan keluar kampus setelah menunggu hujan reda sesaat kuliah mereka selesai.

Saat asyiknya mereka berjalan tiba-tiba 'srott!!!' semburan air dari genangan yang diterjang sebuah mobil sport merah menyiram Lena dan Mika. Tentu saja kejadian itu membuat Lena dan Mika terkejut. Sontak Lena berteiak, "Woe! Berhenti! Jalan sembarangan!". Sedangkan Mika yang masih syok hanya terdiam, bengong melihat sahabat di sampingnya, Lena, basah dan baju yang tadinya putih bersih menjadi cokelat akibat terkena lumpur.

Tiba-tiba, mobil itu berhenti, lalu keluarlah seorang pria memakai kaos putIh dan jaket biru, tak lupa kaca mata hitam, celana jeans dan sepatu sportnya.

Melihat mobil yang menyiramnya berhenti, Lena pun pergi menghampiri mobil dan pria yang menungganginya.

"Heh! Kamu punya mata kan?! Kalau nyetir tuh lihat-lihat! Jangan mentang-mentang kamu punya mobil, terus seenaknya aja nyetir!", bentak Lena.

Ternyata, pria ganteng dan keren itu adalah salah satu anak populer di kampus mereka. Raffi, nama pria itu. Tidak ada satu orang pun yang tidak mengenalnya. Para perempuan selalu berebut untuk bisa kenal dan dekat dengannya.

"Okey, sorry. Aku nggak sengaja. Aku buru-buru dan nggak lihat kalau ada genangan," kata Raffi sambil melepas kaca matanya.

Begitu menyadari siapa lawan bicaranya, Lena pun menjadi salah tingkah namun ia tetap memberanikan bicara untuk membela diri. "Iya, kamu gampang bilang sorry. Tapi lihat ni, baju kesayangan aku jadi cokelat gara-gara kamu!"

Melihat perdebatan Lena dan Raffi yang semakin panas, Mika mempercepat langkahnya menghampiri mereka berdua.

"Len, Lena! Udah dong, dia kan udah minta maaf," Mika mencoba meredam amarah Lena.

"Tapi maaf aja nggak cukup, Mik! Lihat ni bajuku jadi kotor begini," jelas Lena.

Sibuknya Lena dan MIka berargumen, membuat mereka tak sadar kalau sang sumber masalah tiba-tiba diam, tak berisik lagi. Beberapa menit kemudian, Lena dan Mika menyadari hal itu, mereka pun berhenti bicara dan malah terheran melihat sikap Raffi yang tiba-tiba menjadi diam seperti orang yang kena sihir. Matanya tak lepas memperhatikan sosok gadis di depannya. Entah apa yang menarik perhatian Raffi hingga hanya bisa diam terpesona.

"Woe!" Lena menyadarkan Raffi.

"Eh, iya. Sorry-sorry, aku bener-bener minta maaf. Aku beneran nggak sengaja. Sorry..." pinta Raffi.

"Iya, udah nggak papa. Tapi lain kali tolong hati-hati," kata Mika ramah.

"Oya, pasti. Thanks ya kalau gitu," balas Raffi dengan senyum manisnya.

"Heh! Ya nggak bisa gitu aja dong! Ganti rugi dulu! Tanggung Jawab!" sahut Lena.

"Heh! Aku udah coba minta maaf baik-baik dan bersikap sopan sama kamu ya! Tapi kamu malah nyolot gitu! Terserah deh!" balas Raffi sambil masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi meninggalkan Lena dan Mika.

"Jadi kayak gitu ya sikap seorang Raffi yang udah bikin heboh anak sekampus?! Apanya yang bisa dibanggain coba?" kata Lena ketus.

"Udahlah, kita kan bisa bawa baju kamu ke laundry dan pasti nanti jadi bersih lagi. Udah yuk pulang!" ajak Tina.

***

Di dalam mobil, Raffi ternyata masih membayangkan sosok gadis yang tak sengaja ditemuinya tadi. Raffipun hanya senyum-senyum sendiri di dalam mobil sport merah miliknya.

Rupanya pertemuan tak sengaja itu akan menjadi awal kisah mereka bertiga selanjutnya.

Bersambung...

Cokelat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang