VI. Tanda Tanya

49 0 0
                                    

Hari pun berganti. Pagi itu, ketika hati penuh beban dan pikiran begitu kacau, Mika memutuskan pergi ke gereja untuk berdoa. Mika masih memikirkan masalahnya dengan Lena. Tak disangka ternyata Lena lebih dulu ada di gereja dan sedang berdoa. Sebenarnya, Lena juga sangat sedih dengan adanya masalah ini. Dia pun tidak ingin kehilangan sahabat seperti Mika, tapi ego dan emosinya terlalu besar. Di gereja ini, Lena berdoa, berharap masalahnya segera selesai dan bisa kembali bersahabat dengan MIka.

Selesai berdoa, Lena segera beranjak keluar dari gereja, namun, begitu terkejutnya dia ketika melihat seseorang di pintu gereja. Ternyata Mika sengaja menunggu Lena. Mereka berdua bertatapan sejenak, kemudian Mika mendekat ke arah Lena.

"Kita harus bicara," ucap Mika. Lena pun tak bisa menghindar lagi. Mereka pun memutuskan untuk bicara di taman belakang gereja.

"Kamu mau ngomong apa lagi?"

"Lena, aku ke sini dengan maksud baik. Aku nggak mau persahabatan kita rusak cuma gara-gara salah paham."

"Hmmm... ya udah... , " Lena mulai melunak.

"Aku dan Raffi sungguh nggak ada hubungan apa-apa."

"Hmmm..."

"Pelukan yang kamu lihat kemarin itu cuma ungkapan terima kasih Raffi. Ungkapan terima kasih karena aku udah nemenin dia Sabtu kemarin. Tunggu. Kamu jangab berpikir yang macam-macam dulu. Sebenarnya aku mau ajak kamu juga, tapi kata Raffi kamu lagi ada acara, jadi ya udah aku yang nemenin Raffi," Mika menjelaskan semuanya dengan penuh penyesalan.

Lena ingat bahwa Sabtu kemarin di rumahnya memang sedang ada acara keluarga. Dan Minggu pagi, ia hendak mengirimkan makanan kepada Mika, tapi yang terjadi ia melihat Raffi dan Mika berpelukan. Tak disangka kebohongan Raffi ternyata benar. Lena melihat kesungguhan dari mata Mika, "Jadi, kalian berdua beneran nggak ada apa-apa?"

"Iya. Aku dan dia cuma sebatas teman. Jadi tolong jangan marah lagi ya Len..." pinta Mika memohon.

Lena pun tersenyum setelah mendengar penjelasan Mika. "Mik, maafin aku udah salah paham sama kamu."

"Jadi, kita sahabatan lagi?"

Lena mengangguk pelan dan Mika langsung memeluknya erat.

***

Malam minggu, Mika dan Lena jalan-jalan menyelusuri Malioboro untuk merayakan kembalinya persahabatan mereka. Mereka menikmati malam ini dengan makan bersama di salah satu tempat makan yang begitu ramai pengunjung. Di malam yang cerah dipenuhi bintang, Mika dan Lena makan dengan tawa dan canda ditemani juga alunan musik akustik yang disuguhkan oleh pemusik lokal untuk menghibur para pengunjung.

Pada waktu dan tempat yang sama, Raffi dan teman-temannya juga menikmati malam minggu itu. Dari kejauhan, Raffi melihat seseorang yang ia kenal sedang tertawa lepas sambil menikmati makanan di depannya. Raffi yang mengenali sosok perempuan itu bermaksud menghampiri. Namun, sebelumnya ia mampir ke sebuah toko cokelat. Setelah membeli cokelat, Raffi mengajak teman-temannya untuk makan di tempat yang sama dengan Mika dan Lena.

"Hai...," sapa Raffi yang tentu mengejutkan untuk Mika dan Lena.

"Hai... hai... Fi...," balas Lena yang masih kaget dengan kedatangan Raffi, sedangkan Mika hanya tersenyum.

"Kalian cuma berdua?" tanya Raffi dengan senyum mautnya.

"Iya, kita cuma berdua."

"Kalau gitu, kita boleh gabung dong?"

"Ya... tentu aja boleh. Sini duduk!" ajak Lena.

Raffi dan teman-temannya pun ikut bergabung dengan Mika dan Lena. Lena terus memperlihatkan senyum terbaiknya karena bisa bertemu Raffi malam ini. Hal yang berbeda ditunjukan Mika. Mika hanya tersenyum seadanya, terus diam, dan terus menghindari tatapan Raffi.

Raffi menyadari hal itu dan berusaha supaya Mika bicara dan menatapnya. "Mika, aku punya cokelat buat kamu. Kamu suka cokelat kan?" Raffi mengeluarkan cokelat yang tadi sengaja dibelinya dan memberikannya pada Mika. Mika mau tidak mau akhirnya menatap Raffi dan Lena bergantian dengan perasaan yang sungguh tidak nyaman. Sekilas Mika menangkap raut wajah Lena berubah cemberut.

"Ehm, maaf Fi. Makasih buat cokelatnya, tapi aku nggak bisa terima. Aku... aku lagi diet. Maaf ya... " bohong Mika. "Aihsss, udah jam delapan. Sepertinya aku harus balik sekarang," ucap Mika sambil melihat jam tangannya.

"Lho kok malah balik? Ini baru jam delapan kok," Raffi bingung dengan sikap Mika yang tiba-tiba ingin pulang.

"Len, aku balik duluan nggak papa kan? Maaf banget ya... Kalian lanjutin aja makan dan ngobrolnya," pamit Mika sambil membereskan barang-barangnya, kemudian berdiri dan beranjak pergi.

"Mika! Aku anter ya," kata Raffi tiba-tiba.

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok. Bye..., " Mika terus melangkah sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

Raffi sungguh tidak mengerti dengan sikap Mika yang terus menghindar darinya. Tanda tanya besar yang membayangi Raffi tak bisa ia tahan lagi. Tiba-tiba, Raffi berdiri dari kursinya lalu mengejar Mika. Lena hendak mencegahnya, tapi Raffi terlanjur pergi. Lena hanya duduk terdiam dengan perasaan kecewa.

Ramainya pejalan kaki di Malioboro membuat Raffi kesulitan mengejar Mika. Beberapakali ia menabrak orang yang berjalan di depannya, tapi itu tak menyurutkan niatnya untuk segera menyusul Mika. Tak lama Raffi berlari, akhirnya dia melihat Mika sedang menyetop taksi. Tepat sebelum Mika masuk ke taksi, Raffi sudah menahan lengan Mika, mencegahnya masuk ke taksi.

"Mika..," ucap Raffi dengan napas terengah-engah.

Begitu terkejutnya Mika ketika memalingkan wajah ke arah Raffi. Tiba-tiba, suasana ramai di sekitar mereka seolah berhenti. Raffi dan Mika bertatapan. Mata mereka bertemu dan keduanya diam seketika.

Tiiinnnnn... suara klakson mobil mengembalikan kesadaran mereka.

"Mika, tunggu! Biar aku yang mengantar kamu!"

"Nggak usah Fi. Lebih baik kamu kembali ke Lena dan teman-teman kamu. Tolong lepasin tangan aku!"

"OK. Tapi jawab pertanyaanku dulu! Apa aku punya salah sama kamu?"

Mika tersenyum getir. "Nggak. Kamu nggak punya salah apa-apa sama aku."

"Tapi kenapa sikap kamu berubah?! Kalau aku emang punya salah, tolong bilang aja dan jangan bersikap seperti ini!"

"Apa ada yang salah dengan sikapku?!"

Pertanyaan balik Mika membuat Raffi bingung harus menjawab apa.

"Fi, bukan kamu yang salah, tapi keadaan," ucap Mika sambil melepaskan genggaman tangan Raffi.

Raffi menjadi semakin bingung dengan ucapan Mika dan tanda tanya di kepalanya semakin membesar. Akhirnya, Raffi punmembiarkan Mika masuk ke dalam taksi, berlalu pergi meninggalkannya sendiri.


Bersambung...

Cokelat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang