III. Cinderela

80 2 0
                                    

Matahari mulai menunjukan keperkasaannya. Panas menyengat, membuat ruangan ber-AC pun tetap terasa panas. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat para pemain teater yang terus berlatih untuk menyajikan penampilan terbaik pada acara  penggalangan dana malam nanti. Di antara para pemain, terlihat salah satu pemain wanita tengah melantunkan sebuah lagu. Ya, kali ini mereka membuat drama musikal bertajuk "Cinderela", sebuah cerita yang sudah melegenda. Sekalipun jalan ceritanya sudah banyak diketahui orang, tapi kali ini para pemain teater ini ingin menyuguhkan sesuatu konsep yang berbeda.

Dan tak'kan pernah ada yang lain di sisi,

segenap jiwa hanya untukmu

Dan tak'kan mungkin ada yang lain di sisi,

ku ingin kau di sini tepiskan sepiku bersamamu

hingga akhir waktu

Di saat bersamaan, segerombolan mahasiswa berjalan melewati panggung tempat sang pemain wanita melantunkan lagunya. Mereka pun mendengar nyanyian merdu itu dan sekitka menghentikan langkah, kemudian mencari sumber nyanyian itu. Seorang di antara mereka menatap gadis itu dengan senyum simpul di bibirnya. Sejenak ia hanyut dalam nyanyian. Tiba-tiba, teman di sampingnya menepuk dan menyadarkan dari lamunannya.

"Woe!!! Fi, ayo lanjut jalan! Telat masuk kelas neh!"

"Aihsss.... emang harus pake nabok segala ha! Nggak tau orang lagi seneng apa?!" omel Raffi sambil mengelus lengannya yang panas.

"Abisnya, dipanggil-panggil kagak nyahut sih! Lagian kau ini liatin tuh cewek mpe segitunya. Ati-ati matanya keluar!" ledek sang teman yang langsung merangkul Raffi.

"Heh! Asal kau tau... Pertama kali aku ketemu tu cewek, aku nggak bisa kedip. Kayaknya ada sesuatu yang beda dari cewek itu," Raffi membalas rangkulan sang teman.

"Hei, Bung! Kau ini laki-laki yang selalu dikejar-kejar dan selalu menolak para gadis cantik. sampai aku pikir, kau nggak doyan cewek hehehe... tapi kenapa tiba-tiba bisa  nggak berkedip liat tu cewek?"

Raffi hanya diam, sedangkan temannya yang lain menyahut lagi, "Ehm, suaranya emang bagus sih. Dan kalau dilihat-lihat dia emang cukup manis. Mungkin aja si Raffi kita ini udah bosen lihat cewek cantik, jadi lebih milih yang coklat manis itu."

"Hahahahaha...." tawa mereka pun pecah setelah berhasil membuat Raffi tak berkutik.

Dari arah berlawanan Lena datang menghampiri sang gadis yang menjadi bahan pembicaraan Raffi dan teman-temannya.

"Mika!" teriaknya dan tentu mengalihkan perhatian setiap orang yang mendengar, termasuk yang empunya nama. Mika pun tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Lena.

"Gimana persiapan buat nanti malem?" tanya Lena setelah berhadapan dengan Mika.

"Ya, lumayanlah. Doain ya biar semuanya lancar dan sukses."

"Amin! 1000 persen aku dukung kamu! Jadi, nanti malem harus keren ya!"

"Siap Boss! Yang penting kamu harus nonton dibarisan paling depan, Ok?"

"Pasti dong! Aku nggak bakal lewatin debut calon aktris penerus Atiqah Hasiholan hahaha...." ucap Lena yang berhasil membuat Mika ikut tertawa.

"Eh, kira-kira Raffi nonton juga nggak ya?" tanya Lena kemudian.

"Nggak tahu deh?!" jawab Mika sekenanya.

"Asyik kali ya kalau bisa nanton bareng dia. Pasti tambah seru hehe...."

"Eh, bukannya kamu punya kontaknya? Coba aja kamu ajak, sapa tahu mau," usul Mika.

"Iya sih, tapi masak aku yang nggajak duluan? Kan malu."

Cokelat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang