Sabtu tiba, saatnya libur sejenak dari aktivitas kampus. Silau matahari dari sela-sela ventilasi membangunkan Mika. Doa syukur ia ucapkan untuk pagi yang indah dan tidur malamnya yang lelap. Selanjutnya, ia bereskan tempat tidur yang sudah tak berbentuk lagi, kemudian mandi. Selesai membereskan kamar dan dirinya sendiri, Mika keluar kamar menuju dapur. Baru saja ia akan membuat sarapan, tiba-tiba lonceng pintu depannya berbunyi. Ting... Ting... Ting...
Mendengar bunyi lonceng itu, Mika pun bergegas membukakan pintu. Ketika pintu terbuka, betapa terkejutnya ia melihat seorang pria yang berdiri di depannya.
"Hai! Pagi Mika," sapa pria itu ramah.
"Hai?! Ra...ffi?!" Mika tergagap bingung melihat Raffi bisa datang ke rumahnya.
"Iya, aku Raffi. Belum lupa sama aku kan?"
"Ha? Iya, tentu. Tapi, kenapa tiba-tiba kamu bisa ke sini?" tanya Mika penuh kebingungan.
"Hmmm, aku nggak dipersilakan masuk dulu nih?"
"Oh, iya. Masuk!" ajak Mika.
Mereka pun duduk di ruang tamu. "Jadi, ada angin apa Fi, tiba-tiba ke sini?" tanya Mika penasaaran.
"Kamu udah sarapan?" Raffi balik bertanya.
"Sarapan?"Mika teringat kalau tadi dia baru akan membuat sarapan. "Gimana aku mau sarapan? Baru aja aku mau buat, kamu tiba-tiba udah ada di depan rumah," jawab Mika sedikit kesal.
"Jadi kamu baru mau masak buat sarapan? Wah kebetulan, aku juga belum sarapan hehe..."
"Astaga, jadi kamu jam segini udah bertamu di rumah orang cuma mau numpang makan ha?!"
"Aduh, udah deh Mik, jangan marah-marah dulu. Perutnya belum keisi nih," rajuk Raffi dengan senyum menawannya.
mika yang tetaplah seorang gadis biasa tidak bisa menyangkal bahwa Raffi memang tampan dan memiliki senyum menawan yang membuat jantungya berdetak tak karuan. "Ok deh, tunggu di sini! Aku buatin, tapi jangan protes!" ucap Mika sambil menuju dapur.
Raffi yang ditinggal sendirian mulai bosan. Ia mencari kegiatan dengan memperhatikan foto-foto Mika dan keluarganya yang terpajang rapi di ruang tamu. Selanjutnya, dia beranjak ke ruang tengah dan sampailah dia di dapur.
"Udah selesai belum sih? Ada tamu malah dicuekin," kata Raffi sambil memperhatikan Mika memasak.
"Dasar kau ini! Sapa suruh kamu bertamu jam segini?!" balas Mika.
"Hehehe... sorry deh. Sebagai permintaan maaf, aku bantuin deh. Jadi apa yang bisa ku bantu?"
"Hissss, ya udah siapin piring aja di meja makan! Bentar lagi juga selesai."
"Baiklah nyonya," kata Raffi yang berhasil membuat Mika tersenyum.
Makanan sudah siap. Mereka berdua pun siap untuk sarapan.
"Makan gih! Tapi sorry aku cuma bisa masakin kamu mie goreng sama telur."
"Nggak, nggak papa. Terima kasih malah, udah mau buatin aku sarapan. Selamat makan."
"Raffi, omong-omong pertanyaanku tadi belum dijawab."
"Pertanyaan yang mana?"
"Kenapa kamu tiba-tiba bisa datang ke sini? Terus, kok kamu bisa tau alamatku?"
"Oh itu, aku tahu alamatmu dari Lena. Awalnya aku ragu-ragu, tapi akhirnya aku beraniin buat main ke sini deh," jawab Raffi disela-sela makannya. "Terus, kenapa aku ke sini? Hmmm, sebenernya aku mau minta tolong ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat Cinta
Teen FictionCinta itu seperti cokelat. Terkadang terasa manis, namun tak jarang juga terasa pahit. Setelah segala kepahitan terlewati, akhirnya manisnya cinta pun tercipta dan kebahagian meliputi mereka yang penuh dengan cinta.