Prolog: Absurd Morning, Absurd Proposal

6.5K 687 32
                                    

This is not happening..

Aku memejamkan mataku dan mengulang kalimat yang sama hingga lebih dari sepuluh kali dalam kepalaku dan ketika aku membuka mataku, cincin berukuran besar yang melingkar di jari manisku tetap tidak menghilang. Tanganku melayang dan mengacak rambutku sendiri.

"Jangan melakukan itu. Nanti rambut yang kau agungkan setinggi semesta itu bisa rontok."

Nah, siapa lagi yang bisa mengatakan kalimat penuh nada sarkasme itu selain teman sekamar kesayanganku, si binal Jeon Jungkook.

"Kurasa aku bisa gila."

Jungkook menghempaskan tubuhnya di sebelahku dengan tangan yang memegang sebuah roti, dia menggigit roti itu dan mengapitnya di antara bibirnya kemudian memandangku. "Kenapa?" tanyanya kemudian dia menelan potongan roti itu.

"Aku tidak percaya ini terjadi. Maksudku, apa ini benar-benar kenyataan?"

Jungkook mendecih dan melanjutkan kegiatannya mengunyah roti. "Kau tidak bisa menerima kenyataan kalau kau baru saja dilamar oleh bujangan paling diminati kurang dari empat puluh menit lalu? Berikan calon suamimu padaku."

"YYA!" bentakku padanya. Duh aku ini masih dalam masa-masa tidak yakin akan kenyataan kenapa Jungkook justru menambah beban pikiranku?

Jungkook menatapku dengan alis terangkat, "Apa? Aku bersedia kok dilamar oleh Namjoon Kim. Aku juga tidak masalah dia tidak membawakan cincin dan berakhir dengan memberikan cincin yang kebetulan dipakainya." Jungkook mendesah keras, "Hell, aku bahkan tidak keberatan jika dia melamarku hanya dengan tubuhnya. Aku akan menerimanya tanpa pikir panjang."

Bibirku mengeluarkan desisan pelan, "Ingat si vokalis kesayanganmu."

"Ah, V?" Jungkook mengibaskan tangannya, "Aku terbuka untuk pria baru yang lebih berkualitas."

"Jesus Christ! Jeon Jungkook!" pekikku, "Kau dan dia sudah berhubungan terlalu jauh!"

"Apanya yang jauh? Kami hanya tidur bersama empat kali dalam dua minggu ini." elak Jungkook seolah hal itu sama ringannya seperti berpegangan tangan setelah dua minggu berkencan.

"Dan kau bilang itu tidak jauh? Aku benar-benar tidak habis pikir padamu."

Jungkook tertawa menggemaskan, dia meremas bungkus roti yang sudah dihabiskannya menjadi bola dan meletakkanya di meja. "Aku hanya mencari pria yang tepat."

"Karena itu berhentilah memberikan tubuhmu secara cuma-cuma pada pria yang kau kencani. Kau membuat si 'pria tepat' itu kehilangan kejutan yang bisa kau berikan setelah kalian menikah nanti."

Jungkook terbahak, dia menatapku dengan pandangan genit andalannya yang selalu digunakan ketika kami datang ke kelab malam. "Aku punya banyak kejutan, Jin. Banyak sekali." Jungkook tertawa dengan nada seksi dan aku langsung mendorong wajahnya dengan kedua telapak tanganku.

Jungkook mengelak dari jemariku dengan gesit, aku selalu bingung melihat bagaimana cepatnya dan lenturnya dia bergerak, kemudian menatapku. "Tapi aku serius, jangan pernah membeli kucing dalam karung."

"Maksudmu?"

"Ya kau harus memastikan semua yang ada di calonmu itu sempurna. Kau juga harus mencoba apakah gaya bercintanya sesuai denganmu atau tidak? Apakah ukurannya sesuai dengan kriteriamu atau tidak? Lalu bagaimana rasanya? Kau harus memeriksanya dulu. Jangan sampai kau menyesal setelah menikah."

Tuhanku, tolong ampuni mulut binal wanita di hadapanku ini..

Aku menatap Jungkook, "Aku tidak berniat memeriksanya."

Passion [The Second Piece] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang