Keesokkan harinya, calon suamiku (aku masih tidak percaya aku bisa mengatakan ini) datang dengan sebuah cincin yang indahnya tidak main-main dengan berlian berwarna pink (tolong jangan tanya berapa harganya karena aku tahu berlian pink itu langka dan pastinya mahal) dan juga tiket penerbangan menuju Seoul. Namjoon bilang dia ingin menemui kedua orangtuaku untuk melamarku secara resmi.
Dan ketakutan lainnya menyergapku.
Maksudku, keluargaku adalah keluarga asia timur yang bisa dibilang agak kolot. Mereka sangat menjunjung tinggi pernikahan suci yang dilakukan satu kali seumur hidup dan juga penganut paham bahwa seks sebaiknya dilakukan sesudah menikah dan hanya dengan suami atau istrimu. Makanya aku yang sudah terdoktrin ini berhasil menjadi perawan selama tinggal di Seattle sejak kuliah.
Waktu itu ibuku adalah yang paling menentang keputusanku untuk tinggal di Seattle. Dia tahu budaya barat yang terlalu bebas tentunya bisa mempengaruhiku. Apalagi kampus adalah surganya para pria playboy maniak one night stand, kan?
Hmm..
Untungnya ayahku bersifat kooperatif dan mengizinkan aku tinggal di Seattle dengan syarat aku harus mengunjungi mereka tiap liburan dan juga aku diminta untuk mencari roommate yang bisa menemaniku. Lalu aku mengenalkan Jungkook pada mereka dan Jungkook adalah orang yang bisa diajak bekerja sama dengan baik. Dia berperan sebagai gadis manis yang lugu dan polos saat orangtuaku datang berkunjung. Berbanding terbalik dengan sifat aslinya yang liar dan binal.
Yah, walaupun meminta Jungkook berakting itu tidak gratis sih. Aku harus merelakan kartu kreditku dipakai untuk membayar 'mainan' Jungkook yang dibelinya di online shop. Aku malu sekali saat pergi ke bank untuk membayar tagihan kartu kreditku. Disana tertera jelas aku menggunakan kartu kreditku untuk membeli lubricant, dildo, serta beberapa vibrator model terbaru.
Kalau saja Jungkook bukanlah seseorang yang dipercaya orangtuaku untuk menjadi roommate, aku pasti sudah mencekiknya dan menendangnya dari rumah kami sejak aku mengetahui sifat binalnya yang luar biasa.
Dan kali ini, apa kiranya yang harus aku katakan pada orangtuaku ketika mereka bertemu Namjoon?
Hei Bu, ini Namjoon, calon suamiku, kami bertemu kurang lebih seminggu yang lalu.
Bagus, bunuh saja aku. Aku yakin ibuku akan pingsan.
Ayah, Ibu, ini Namjoon. Dan kami akan menikah. Aku dan dia berkenalan saat aku interview untuk magang di perusahaannya. Itu terjadi sekitar seminggu yang lalu.
Kurasa kali ini ayahku yang akan tercengang.
Intinya, tidak ada skenario bagus yang bisa kusiapkan untuk membawa Namjoon ke depan orangtuaku. Aku dan Namjoon baru saja saling mengenal, aku bahkan tidak tahu tanggal lahirnya kalau aku tidak mencarinya di internet. Mana ada orang yang bertunangan dengan orang yang baru kau temui dalam hitungan hari?
Aku yakin dua ribu persen ayah dan ibuku akan mengira Namjoon menghamiliku makanya kami menikah secepat ini.
Ayah dan ibuku tahu aku tidak punya pacar selama di Seattle, jadi mana mungkin tiba-tiba aku mengatakan aku akan menikah kalau bukan karena 'berisi' sebelum waktunya?
Aku mengacak rambutku frustasi. Di hadapanku saat ini adalah koperku yang terbuka lebar dan penuh dengan pakaian yang kujejalkan secara asal-asalan. Sungguh, baru kali ini aku sefrustasi ini karena seorang pria yang tiba-tiba melamarku.
"Kau belum selesai? Bukankah pangeranmu akan menjemput 45 menit lagi?"
Suara dengan nada ceria itu menyentakkan lamunanku dan aku melihat Jungkook berdiri di ambang pintu kamarku. Gadis itu berdiri dengan bersandar di ambang pintu seraya menyilangkan kakinya yang dibalut celana super pendek. Kaki Jungkook itu panjang dan jenjang, setara dengan kaki para Angelnya Victoria Secret, dia benar-benar perwujudan kata seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion [The Second Piece]
Fanfiction[PART 3 DIUNPUBLISH DULU UNTUK SEMENTARA WAKTU] It's like some kind of my wildest dream that become true. / NamJin, GS! Seokjin and Jungkook. Romance. Contains mature/sexual intercourse scenes. / The continuation story from 'Desire'. Tahap kedua da...