(Namakamu) mengangguk dengan wajahnya yang imut itu saat Keira--anak baru yang sudah akrab dengannya--menyetujui ucapannya
Keira meneguk habis air lemonnya yang memang sudah sedikit lalu menatap lekat-lekat (Namakamu), "Kalau gue jadi lo, gue bunuh diri, serius deh! Masa Ia, di umur jagung ini gue udah nikah? Helaaw jijay bajaai!!"
Seruan Keira yang penuh semangat itu lagi-lagi menyita perhatian murid kantin, Banyak yang gak nyangka, Keira si murid baru dengan tampang super polos itu ternyata cerewet begini kalau diajak ngomong
Bahkan (Namakamu) yang dari tadi udah ngomong sama Keira masih kaget-kaget 'manja' dengan puluhan reaksi berbeda dari Keira.
Bagi (Namakamu), Keira ini 'gue banget!'
"Yakali gue bunuh diri ker! Gue masih ngerasa banyak dosa, dan gue masih mau berbuat baik, jadi ya.. gue pasrah," ujar (Namakamu) santai, Keira akhirnya hanya mengangguk karena mangkuk kedua dari bakso-nya sudah datang.
(Namakamu) geleng-geleng kecil, ini anak mak nya ngidam apa ya, kok unyu begini? Wahh gue ada saingan cewek unyu nih! Setidaknya itu ucapan batin (Namakamu).
"Astaga Iqbaal! Lo habis ngapain?!"
"Yaampun kak Iqbaal!!"
"Siapa yang buat lo begini?"
Seketika kantin heboh karena.kedatangan Iqbaal, Nata, dan beberapa temannya yang lain. Dan pertanyaan tadi adalah, dari Nata, dan hampir seluruh murid di kantin ikut bertanya.
(Namakamu) menoleh dan menemukan Iqbaal yang sudah duduk lemas dengan beberapa luka lebam di wajah tampannya. Darah merah kental itu mengalir disekitar pelipis nya. Matanya memejamkan seperti menahan sakit, tangan kanannya menekan bagian samping perutnya. Dan Iqbaal juga menggigit bibir bawahnya kuat.
(Namakamu) sudah sangat menahan diri untuk tidak datang dan menghampiri Iqbaal, akibat kejadian 'berpelukan diladang' semalam, (Namakamu) mulai berambisi untuk tidak membesar-besarkan perasaanya pada Iqbaal. (Read: Move on)
Keira mulai mengoceh lagi tentang keadaan Iqbaal, karena terlalu bingung dengan perasaanya yang mulai bergejolak, (Namakamu) tidak bisa mengalihkan pandangannya pada Iqbaal.
"Baal, kita ke UKS, serius luka lo parah, baal!" Seru Nata sangat khawatir dengan keadaan Iqbaal. Iqbaal sedari tadi selalu menolak ajakan Nata. Membuat Nata jengkel sendiri.
"G-gak, kalau ke UKS ujung-ujungnya gue ba-bakalan ke BK, please kalian rahasiain ini dari guru, p-please!" Iqbaal berucap dengan nafas tersengal-sengal
Nata melengos dan tidak mau bertanya lagi pada Iqbaal. Tidak ada gunanya.
Keira mengerutkan kening, lalu melambaikan tangannya didepan wajah (Namakamu), "helaaw, lo dengerin gue gak sih?!" Tanya Keira kepo, (Namakamu) tertegun dan mengangguk kecil. Anggukkan nya berkawan arah dengan fakta
"Astaga, Baal!"
Nata berseru hebat saat Iqbaal mengeluarkan darah dari mulutnya, dan saat itu juga (Namakamu) langsung berlari kearah Iqbaal. (Namakamu) tidak peduli bahwa kursi kantinnya tadi sampai terjatuh ke lantai.
"Kak, kita harus bawa dia ke UKS!" Ujar (Namakamu) dengan nada khawatir bercampur takut,
"Gue udah coba, tapi Iqbaal gak mau," balas Nata singkat, (Namakamu) memutar bola matanya
"Lo mau Iqbaal mati sekarang?!" Tanya (Namakamu), nadanya meninggi dan itu membuat semuanya tertegun. "Dan lo, jangan bantah gue, kita ke UKS sekarang," ujar (Namakamu) pada Iqbaal, nada bicaranya kembali normal.
Iqbaal hanya diam, sepertinya sudah tak sadarkan diri.
**
"Setelah gue cari tau, ternyata Fari," jawab Nata dengan pandangan menunduk, (Namakamu) membulatkan mata nya, tidak menyangka. Ternyata Fari-lah yang sudah membuat Iqbaal babak-belur.
"Lo jangan prasangka buruk dulu sama Fari, Fari pasti punya alasan kenapa dia nonjokin Iqbaal, terkahir kali mereka berantem, itu karena masalah yang emang cukup serius," lanjut Fari penuh keyakinan, (Namakamu) menghela nafas.
"Lo tadi lebay, sumpah!" Ujar Nata jujur dengan wajahnya yang kembali polos, tampan dan seakan tak berdosa.
(Namakamu) tertawa, "terserah lo mau bilang apa, yang jelas tadi itu gue panik rasa mau mati!" Balas (Namakamu) dan Nata tidak percaya.
"Elee, bilang aja mau numpang tenar, Haha!"
"Ish, apaan sih kak! Sebel deh!" (Namakamu) memukul keras bahu Nata dan Nata masih tertawa keras
Iqbaal sudah di obati oleh petugas UKS, Tidak ada satu pun guru yang tau soal ini, semua murid sudah dipastikan mengunci mulutnya, dan kalau ada yang ketahuan bocoran soal ini, balasannya bakalan gak terkira.
"Eh, btw temen makan lo tadi siapa? Cantik juga," ucap Nata, (Namakamu) memasang wajah masam.
"Tanya sendiri aja sama orangnya, gak gentle nanya ama gue, kak!"
"Idih!, pelit banget sih, dekk"
"Biarin!"
Gurauan Nata dan (Namakamu) terhenti saat Iqbaal melenguh pelan, (Namakamu) segera menghampiri Iqbaal yang masih terbaring di ranjang pasien, luka lebarnya sudah agak berkurang.
"K-kak? Lo udah sadar?" Tanya (Namakamu) canggung, Nata menatap jahil (Namakamu) karena nada bicara (Namakamu) sangat lembut
"Din.." ucap Iqbaal pelan, masih dengan mata yang terpejam, (Namakamu) mundur satu langkah, perasaanya mulai tak enak
'Jangan sebut nama dia, please' Batin (Namakamu) penuh harap, namun semuanya pupus saat nama itu terucap,
"Dina,." Lanjut Iqbaal, masih terdengar lemah.
"Iqbaal mana?!"
Nata dan (Namakamu) menoleh, itu Dina.
******
HEYOOOO
GUE BALIIIK
MAAAAP KAN DAKU YANG SUDAH MENGGANTUNG CERITA INIGue minta maaf banget serius deh serius.
Gue harap masih pada mau baca,
Dan sorry kalau gaya bahasa nya agak berubah karena gue udah lama gak nulis ini, jadi agak aneh pas ngelanjutinnya
Vomment kalian gue tunggu yaaa
-Manda yang khilaf karena telah menggantung cerita ini-
KAMU SEDANG MEMBACA
Chainsmokers (Unfinished)
Teen FictionIqbaal Dhiafakhri. Cowok tampan, pintar, juga populer seantero sekolah. Namun sayang dia berandal, sering dianggap rival, juga seorang 'Chainsmokers'. Tetapi, Iqbaal tak jauh beda dengan laki laki lain. Dia juga memiliki selera untuk gadis yang pas...