Iqbaal menyesap rokoknya dalam-dalam, memejamkan matanya. Menikmati sensasi yang ia terima setelah menyesap rokok itu. Lalu 5 detik setelahnya, Iqbaal menghembuskan nafas panjang, mengeluarkan asap yang sempat ia tahan di mulutnya. Ya, jangan bilang kalian lupa kalau dia Chain-smokers kelas berat.
Nata dan Fari yang melihat itu cuma menggeleng maklum. Iqbaal memang selalu menghayati sesuatu dengan khidmat.
Bahkan, saat kucing Nata sedang dalam proses melahirkan di dalam kardus saja, Iqbaal melihatnya dengan sangat teliti dan menghayati. Walaupun setelahnya Iqbaal muntah sana-sini.
Kini mereka sedang nongkrong di tempat biasa mereka. Yaitu di warung 'Buk Cantik'. Awalnya sih mereka agak risih nongkrong disana, karena entah sejak kapan banyak banget cewek cewek yang datang ke warung itu. Padahal sebelumnya masih sepi-sepi aja. Alasannya sih hampir sama, 'disuruh mama beli beras'. Padahal kata buk Cantik mereka sering durhaka sama orang tuanya.
Gak cuma itu, bahkan pernah ada adek-adek umur 12 tahun yang PD nge-godain Iqbaal, Nata, sama Fari. pake minta ID line segala. Untung Nata baik, cuma dia yang mau ngasih ID LINE-nya. Walaupun itu ID line lama dan udah error.
"Baal, satu" Fari meminta pada Iqbaal, iqbaal menghela nafas dan memberikan satu bungkus rokok baru yang masih bersegel untuk Fari. Nata melongo, Fari terkekeh.
"Gue minta satu batang, bukan satu bungkus" ujar Fari, mulai ikut-ikutan Iqbaal yang tengah merokok. Sedangkan Nata, ia hanya asyik memainkan ponsel.
Nata tidak ingin merokok. Ia merasa sudah cukup banyak dosa, dan ia tidak ingin menambah dosa itu lagi. Kalau ia pun Nata merokok, berarti dia khilaf.
Nata meletakkan ponselnya lalu menatap Iqbaal. "Baal, jadi gimana nasib tuh cewek? Lo yakin gak ada ngelakuin kekerasan sama dia?" Nata bertanya, ada nada 'kepo' disetiap perkataannya itu.
Iqbaal cuma berdehem. Namun Nata tak terima. Dan Fari naikin alis karena gak ngerti apa yang lagi Nata sama Iqbaal omongin.
"Kalau lo gak ada mukul dia, kenapa dia malah pingsan gak jelas gitu? Jangan bilang dia overdosis karena ngeliat muka lo dari deket?!" Nata menaikkan nada nya di akhir pertanyaan. Iqbaal lagi lagi cuma berdehem.
"Wih, gila lo Baal." Nata menggeleng-geleng tak percaya. Fari menghela nafas
"Gue ketinggalan apa nih?"
"Gak ketinggalan kok, cuma telat aja" Nata menjawab pertanyaan Fari cepat. Lalu Fari memasang tampang yang malas.
"Sumpah, lo Garing banget." Fari menoyor kening Nata, Nata cuma pasrah. Kalau saja dia bukan yang paling kecil di sini, ia pasti akan melawan Fari.
"Kemarin si Koko ngajakin gue berantem lagi, ya gue ladenin, lagian gue juga lagi bosen, eh pas lagi asyik berantem, tuh cewek malah dateng, pake teriak segala" jelas Iqbaal seraya menyesap rokok beberapa kali.
"Trus anehnya, dia malah diem pas koko Mau nonjok dia, ya gue tahan dong tangan koko, trus gue habisin si koko" Iqbaal melanjutkan perkataannya.
Fari menyimak.
Tangan Nata perlahan-lahan merayap kebungkus rokok Fari.
"Gue rasa dia pingsan karena gue bilang mungil, emang mungil sih anaknya" ucap Iqbaal ditambah dengan kekehannya yang cukup membuat Fari terkesima.
Iqbaal mengatakan bahwa setelah itu ia mengantarkan cewek yang pingsan itu kerumah cewek itu. Sebenernya Iqbaal mau aja ninggalin cewek itu, karena kan dia gak ada hubungan kenapa cewek itu pingsan. Tapi mengingat Iqbaal punya sisi putih, ya Iqbaal nganterin cewek itu pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chainsmokers (Unfinished)
Fiksi RemajaIqbaal Dhiafakhri. Cowok tampan, pintar, juga populer seantero sekolah. Namun sayang dia berandal, sering dianggap rival, juga seorang 'Chainsmokers'. Tetapi, Iqbaal tak jauh beda dengan laki laki lain. Dia juga memiliki selera untuk gadis yang pas...