Davin

7 0 0
                                    

"Awas tuh mata copot!" Sahut Rian, 'teman seperjuangan' Davin sejak SMP. Rian tahu betul kebiasaan sahabatnya ini sejak SMP, 'memandang Karin dari jauh'. Ya. Davin sudah menyukai Karin sejak SMP. Tapi ia tidak pernah punya nyali untuk mendekatinya. Jangankan dekat. Menyapanya saja, Davin sudah mati kutu duluan. Dan akhirnya Davin memutuskan untuk hanya menyukai Karin dari jauh. Ya. Dia puas dan bahagia walau hanya bisa memandangnya dari jauh.

"Iler lu noh kemana-mana" Kali ini Brian, 'teman seperjuangan' Davin satu lagi yang Davin sendiri heran kenapa dia harus bertemu manusia macam Brian. Brian tidak satu SMP dengan Davin dan Rian. Mereka bertemu di SMA. Dengan alasan teman sebangku dan se ekstrakulikuler (fotografi), jadilah mereka bertiga, tiga sekawan yang tak bisa terpisahkan.

"Berisik ah lu pada." Davin menyeruput tetes terakhir es jeruknya. Mereka sedang berada di kantin saat itu. Mata Davin masih tertuju pada Karin. Gadis itu sedang sibuk berbincang dan bercanda dengan teman-temannya di taman yang kebetulan berseberangan dengan kantin.

"Gue kasihan dah sama lu lama-lama. Mending lu cari cewek lain. Kenalan gue banyak loh kalo lo mau." Sahut Brian.

"Kenalan lo nggak ada yang kayak dia." Jawab Davin masih tidak melepaskan pandangannya pada Karin.

"Yang kayak dia sih nggak ada. Tapi kalo yang sebelas dua belas ada. Lo mau?" Tawar Brian lagi.

Davin hanya menggeleng .

"Udah lah, Bri. Gue mah udah nyerah sama dia dari dulu. Biarin aja dia mah." Sahut Rian.

"Kalo lo gimana, Yan? Mau gue kenalin sama temen gue nggak?" Tawar Brian kli ini pada Rian sambil menaik turunkan alisnya.

"Idih. Lo buka jasa pencarian jodoh ternyata ya. Gue mah males." Jawab Rian geli melihat seringaian Brian.

"Elah. Gue cuman kasihan aja lihat sahabat gue menjomblo ria. Yang satu gue khawatir bakal jadi prjaka tua gara-gara satu cewek. Yang satu lagi gue khawatir kalau dia homo." kata Brian santai yang lantas dihadiahi tatapan tajam dari kedua temannya.

"Gue nggak homo, nyet!" jawab Rian tak terima.

"Dan gue.. Terlalu dini buat bilang kalo gue bakal jadi perjaka tua. Kali aja gue bakal kawin sama Karin. Amin ya Tuhan... Semoga 1000 malaikat lewat mengamini doa gue. Amin." kata Davin sambil berlagak berdoa.

"Lagian mending kita. Daripada elo, playboy kacangan. Kualat baru taubat lo." lanjut Rian

"Gue nggak playboy ya. Gue cuman belum nemu yang tepat aja. Lagian mumpung masih muda dan masih tampan, harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya." jawab Brian dengan gaya 'sok kegantengannya'.

"Tampan gundulmu," Rian tak terima.

"Berisik ah lu pada. Diem ih. Ganggu konsentrasi gue aja." Davin. Dan mereka diam. Davin sibuk dengan Karin. Rian sibuk dengan HP nya. Dan Brian yang sudah pergi entah kemana.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now