Bag 1 : Kehidupan Baru

1K 23 0
                                    

Aku terjebak di sini. Disebuah ruangan yang mewah. Kamar yang nyaman, tapi, tak cukup bisa menyembunyikan rasa kegelisahanku. Mencoba untuk membuat pandanganku lebih jelas karena terlalu lelah dengan tamu-tamu yang hadir di resepsi pernikahanku, yang memang cukup besar untuk dirayakan. Semuanya berakhir dan waktu menunjukkan pukul 4 pagi tadi. Aku masih sangat mengingatnya. Dia mengacuhkanku, menyuruhku untuk segera tidur dan tak melakukan apapun setelah pesta pernikahan berakhir. Aku pun menuruti saja. Aku terlalu takut dengan konsekuensinya jika tak menuruti apa maunya. Karena terlalu lelah, aku tertidur hingga mendapati jam makan malam sudah terlewatkan.

Kakiku melengkah mendekati pintu kamar, memutar handle pintu dan mulai berjalan untuk keluar kamar. Mataku kini beredar ke sekeliling apartement yang kuakui, desain interior apartement ini sangatlah indah, tentu saja sangat berkelas. Ia membelinya, karena kantornya yang tak jauh dari apartement ini. Kira-kira hanya berkisar 15 hingga 20 menit jika tak terkena macet untuk sampai. Itu yang aku dengar dari ocehan kedua orang tuanya semalam.

Kakiku kembali melangkah, berjalan mendekati teras apartement yang begitu menarik perhatianku. Pintunya yang didesain dari kaca, kubuka dengan menggesernya secara perlahan. Terasa suasana sejuk udara malam menusuk pori-pori kulitku. Untung saja aku menggunakan baju lengan panjang dan training, cukup menghangatkan badanku. Kini aku berdiri tepat di balik pagar teras apartement ini dan mulai memandang pemandangan indah dimalam hari. Gemerlap lampu-lampu kota sudah begitu terang benderang menerangi jalanan yang besar dan luas. Namun, kemacetan masih saja terlihat cukup padat merayap dalam pandangan.

Aku tersentak, lebih tepatnya terkejut. Beberapa kali bunyi kode kunci pintu apartement terdengar ditelingaku. 'Apa dia sudah pulang?' pikirku, entah kenapa aku jadi menegang ditempat.

Aku tahu dia hanya tidur beberapa jam dan setelah itu memaksakan diri untuk berangkat ke kantor. Sebenarnya aku ingin mencegahnya, tapi ketakutanku tak bisa aku pungkiri dan hanya bisa pasrah melihatnya pergi dipagi buta untuk kembali berkutat dengan pekerjaannya yang aku fikir sangat penting untuknya.

Kakiku terasa kaku, aku hanya bisa berdiri ditempat dan menunggunya muncul di hadapanku. Oh tuhan, sekarang aku melihatnya ada di ambang ruangan yang menghubungkan ruang tengah ke arah teras atau beranda apartemen yang sekarang sedang kupijak. Dia menyadari keberadaanku dan pandangan tajamnya seakan membuat persendianku mati rasa ditempat. Bibirku mencoba tersenyum ke arahnya walaupun aku tau pasti terlihat sangat aneh.

"Kamu—sudah pulang?" tanyaku, yang kuakui begitu berat untuk bicara padanya dan melihat matanya. So damn cold! Dia yang terlihat begitu membuatku ingin lari saja dari jangkauannya sekarang juga.

"Apa yang kau lakukan di sana?"

Bibirnya bergerak bertanya padaku. Dalam sekejap, kebingungan pun tengah melandaku. Aku melihatnya berjalan mendekatiku. Tangannya berayun menarik lenganku untuk mengikutinya. Kemudian tangannya yang lain tengah menutup pintu teras apartement ini.

"Ini sudah malam. Kamu bisa sakit jika berdiri terlalu lama di luar!"

Aku terhenyak akan apa yang baru saja dilantunkannya dari bibirnya. Walaupun pandangannya tak mengindahkan untuk menatapku saat mengatakannya. Tapi kurasakan senyum kecil sempat kukembangkan tanpa sepengetahuannya.

"Kamu sudah makan?" ia menatapku tepat dimanik mataku.

Aku menggeleng cepat untuk menjawabnya. Makan? aku saja baru bangun dari tidurku, batinku. Aku juga sama sekali tak berkunjung ke dapur sedikitpun. Ia masih menatapku, dengan aura yang masih dingin namun terasa berbeda.

"Kalau begitu kau tunggu di sini!"

Kakinya berjalan menjauhi diriku. Ia pergi menuju ke arah dapur. Aku masih tidak mengerti maksudnya. Menunggu untuk apa? Aku pun memutuskan untuk duduk di sofa, tanpa menyalakan televisi yang terabaikan di depanku. Suasana hening begitu menerpa disekitarku. Samar-samar ku dengar suara-suara kecil dari arah dapur.

When I See You Again [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang