I

3.9K 581 31
                                    

"Jungkook!" Suara panggilan itu membuatnya menoleh.

"Ah, Hoseok hyung? Lama tak melihatmu." Kata Jungkook sambil tersenyum dan membalas pelukan hyungnya itu.

"Yah! Kita baru bertemu seminggu yang lalu di pesta pertunangan Yoongi hyung dan Jimin!" Hoseok membalas.

Jungkook terkekeh. "Sedang apa kau disini?"

"Namjoon memanggilku. Memintaku mengatur koreografi baru untuk lagu barumu nanti. Kau tahu Yoongi hyung sudah setuju untuk memakai melody-mu kan?"

"Yeah. Jika ia tidak menyetujuinya aku akan membakar bantal lehernya."

Hoseok tertawa keras. "Oh ya, Jimin mencarimu. Kau tak bisa dihubungi sejak semalam katanya."

"Ia terlalu berisik makanya kumatikan ponselku."

"Yah! Jangan terlalu menyulitkannya. Kau tahu ia sekeras itu demi dirimu."

"Aku tahu, hyung. Jimin hyung adalah manajer terbaikku." Jungkook sejujurnya hanya merasa senang saja jika mengerjai manajer tersayangnya itu. "Baiklah, aku pergi, hyung. Sampai jumpa."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"

Yak, cukup untuk hari ini!"

Suara sang fotografer menghentikan Jungkook bergerak. Laki-laki dengan rambut hitam itu tersenyum sembari membungkukkan tubuhnya. "Thanks for your hard work!" Ujarnya sambil tersenyum sopan.

"Kook!" Laki-laki bertubuh pendek berjalan kearahnya. Namanya Jimin. Sang manajer yang selalu disulitkan oleh Jungkook namun ia selalu sabar. "Sudah kubilang kau pasti pantas untuk pemotretan ini. Ini benar-benar style-mu!"

"Ya, ya. Kau yang terbaik, Jiminnie." Balas Jungkook sambil meneguk minuman isotoniknya.

Jimin memelototinya. "Yah! Hyung untukmu! Jiminnie hyung!"

Belum sempat Jungkook bersuara, sebuah suara lainnya memanggilnya.

"Babe!"

Jungkook tersenyum. Laki-laki itu bertubuh tinggi. Wajahnya tampan. Sangat sangat tampan. Kekasihnya, pria yang menyelamatkannya dari keterpurukan, yang mewarnai ruang gelapnya, yang menjadi alasan tersenyumnya. Pria yang datang dengan cahaya baru ketika cahaya lama miliknya menghilang.

"Chanwoo? Kau datang?" Jungkook tersenyum senang sambil memeluk kekasihnya dengan erat.

Jung Chanwoo, mantan aktor cilik, yang sekarang sedang menjadi aktor besar yang terkenal berkat peran utamanya di sebuah film kolosal terkenal. Ia sangat tampan. Posturnya bagus dengan tubuh tinggi. Dan terlebih, dia sangat baik hati dan selalu memastikan bahwa setiap harinya Jungkook harus selalu merasa dicintai.

"Tentu. Lagipula aku merindukanmu." Ujar Chanwoo sambil tersenyum dan mencuri ciuman di bibir mungil Jungkook.

Jungkook tertawa kecil. "Aku lapar." Keluhnya manja.

"Kau tak sedang diet?"

"Tidak, kurasa?"

Chanwoo tertawa dan mencubit pipi Jungkook gemas. "Pizza sepertinya enak."

"Ya!" Jungkook berseru girang. Ia segera menarik tangan kekasihnya itu dan segera berjalan pergi namun suara teriakan Jimin menghentikannya.

"Jangan lupa kau ada janji dengan Namjoon hyung pukul tiga sore! CEO yang baru ingin bertemu denganmu!" Jimin berteriak keras.

"Aku tahu!"

Dan Jungkook berlalu pergi bersama pacarnya yang sempat melemparkan senyuman maaf pada Jimin atas ulah Jungkook yang secuek itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau tahu Yoongi hyung akhirnya setuju untuk memakai melody-ku? Ah, rasanya aku sangat senang. Niatku untuk membakar bantal lehernya batal." Jungkook bercerita, senyumnya merekah saking bangganya. Jelas saja, dua malam ia tidak tidur mengerjakan melody itu. Ia bahkan lupa makan dan tidur. Beruntung Chanwoo akan datang membawakannya makanan di sela istirahat syutingnya.

"Sudah kubilang ia pasti akan setuju. Bahkan Hanbin hyung pun bilang itu akan menjadi lagu yang bagus. Kau tahu sendiri Hanbin hyung jarang memuji lagu lain yang bukan ciptaannya." Chanwoo tersenyum sembari mengambil tisu dan membersihkan saos yang menempel di pipi Jungkook. Si manis itu hanya terkekeh sambil terus memakan pizzanya.

Sudah sejak lama ia tak tersenyum seperti ini. Kejadian lima tahun lalu seolah tak pernah lagi berputar di benaknya. Sosok dengan senyum berbentuk persegi panjang itu sudah lama terkubur dalam kotak masa lalunya.

Jadi setelah makan, tepat pukul tiga Jungkook dengan diantar kekasihnya itu kembali ke kantor manajemen. Awalnya Jungkook menolak, dengan alasan lelah dan Jimin pasti mengerti. Namun Chanwoo sebagai kekasih yang baik selalu mengingatkannya bahwa ia tak boleh bersikap manja dan kekanakan seperti itu. Padahal Chanwoo setahun lebih muda daripada Jungkook, namun sifatnya jauh lebih dewasa dibanding dirinya.

"Kau mau kutemani? Kebetulan aku sedang tak ada jadwal syuting." Tawar Chanwoo, yang langsung dibalas dengan anggukan disertai senyum senang Jungkook.

Pasangan kekasih itu melangkah menuju ruangan CEO. Mengenai CEO ini, sejujurnya meski sudah berada di agensi ini sejak empat tahun lalu, Jungkook belum pernah bertemu CEO baru ini sekalipun. Dua tahun yang lalu ketika ia akhirnya debut, ia memang mendengar CEO yang lama digantikan dengan CEO yang baru. Namun semua yang berkaitan dengan agensi diatur melalui tangan Namjoon, wakil direkturnya, dan sampai saat ini tak ada yang tahu bagaimana wajah sang CEO. Cukup terlihat sombong, bukan? Dan sekarang ia akhirnya menunjukkan wajahnya setelah selama ini?

"Bagaimana jika ia ternyata pria hidung belang dan ingin mengancamku untuk melakukan semua perintahnya?" Jungkook bergumam, ia mengeluh, tangannya mengenggam erat tangan besar Chanwoo.

Kekasihnya itu tertawa. Diciumnya cepat ujung kepala Jungkook sambil berkata, "nah, babe. Kau akan baik-baik saja. Tenang saja."

"Hhh, baiklah.."

Setelah memantapkan diri dan melirik kekasihnya sekali lagi, Jungkook memutar kenop pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan besar itu. Disana ia sudah melihat seorang pria dengan setelan jas hitam, dengan rambut berwarna lavender, duduk dengan punggung menghadap Jungkook. Tak ada tanda-tanda orang lain lagi disana, padahal Jungkook berharap setidaknya Namjoon berada disana bersamanya.

"P-Permisi. Saya Jeon Jungkook. Dan kudengar anda memanggil saya kesini." Jungkook berkata dengan hati-hati. Dan tentu dengan nada yang dibuat sesopan mungkin.

Detik berikutnya, ketika tubuh itu berbalik, berdiri dan memperlihatkan seluruh tubuhnya, dari atas hingga bawahnya, nafas Jungkook tercekat. Ia merasa seolah seluruh oksigen yang ada disekitarnya menipis dengan cepat. Matanya melebar saking kagetnya. Bibirnya terbuka dan bergetar.

"K-Kau-"

Wajah itu. Wajah yang tak dilihatnya selama lima tahun terakhir ini. Wajah tampan dengan mata tajam, hidung mancung, dihiasi dengan senyum kecilnya yang tak berubah sedikitpun. Rambutnya yang dulu berwarna oranye berubah menjadi warna lavender, warna yang sulit didefinisikan dalam kata. Tubuhnya tinggi dan terlihat tegas. Posturnya bagus.

Kotak pandora terlarang itu akhirnya terbuka meski sudah dikuncinya rapat-rapat dengan ratusan kunci dan rantai kuat. Tubuh Jungkook bergetar. Ia merasa lemas seketika.

"Lama tidak bertemu, Kookie." Suara itu, sebuah suara berat yang khas, yang meski ribuan tahun berlalu pun tetap mampu menggetarkan hati Jungkook. Seolah meruntuhkan segala pertahanan dengan tembok besi yang dibuat Jungkook selama lima tahun ini.

Dialah pria dalam kenangan itu. Pria yang memberikan warna hitam pada dunia Jungkook di musim dingin lima tahun lalu. Pria yang meninggalkannya setelah telepon terakhir di hari bersalju. Pria yang menghilang seolah ditelan bumi selama lima tahun ini. Pria itu, pria dengan nama Kim Taehyung.

"Kookie.. Aku merindukanmu.." Katanya lagi. Kali ini berjalan menuju Jungkook.

Refleks, Jungkook berjalan mundur. Melihat itu Taehyung berhenti berjalan. Dahinya berkerut.

"Kenapa.. Kenapa kau kembali..?"

***








Next update?
Tunggu review dan komen udah banyak. Hehe.
See yaaa!

Find me on instagram!
Uname: rere__kim
Thanks a lot!

Best regards,
Rere Kim.

FAITH (KTH +JJK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang