VII

2.3K 330 50
                                    

Sejak semalam dimana ia tak sengaja bertemu Kim Taehyung, Jungkook semakin bingung. Ditambah deadline lagunya yang tinggal sehari lagi dan itu semakin membuatnya frustasi. Jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul 12 siang, waktunya makan siang dan demi apapun Jungkook sangat lapar. Pagi ini ia men-skip sarapannya dan hanya meneguk segelas cokelat hangat yang menjadi satu-satunya minuman yang bisa ia buat. Dan ia cukup bangga akan hal itu.

Karena itulah sang idol memutuskan untuk makan diluar. Lemari esnya kosong karena sudah satu minggu ia tidak men-stok kembali bahan masakannya. Dengan masker dan hoodie hitam kesukaannya yang tudungnya ia kenakan diatas kepala, Jungkook sebisa mungkin menghindar dari keramaian. Ia tak menginginkan keributan jikalau ada yang menyadari bahwa sosok berantakan itu adalah seorang idol ternama bernama Jeon Jungkook.

Ia sering melakukan hal semacam ini. Berpergian keluar dengan penyamaran konyol agar tak ada satu orang pun yang menyadari sosoknya. Rasanya menegangkan namun sangat menyenangkan, keluar sendirian di tengah khalayak umum tanpa seorang pun yang tahu bahwa dirinya terkenal. Terkadang Jungkook melakukannya karena ia merindukan waktu-waktunya sebagai orang biasa, bukan sebagai sosok idol yang dipuja diatas panggung dengan teriakan histeris.

Meski terkadang ia harus berurusan dengan delikan tajam Jimin diikuti dengan ceramah-ceramah panjangnya. Jimin akan selalu bilang bahwa keluar sendirian tanpa pendamping atau lebih tepatnya tanpa dirinya adalah hal terbodoh yang pernah Jungkook lakukan. Bagaimana jika Jungkook celaka? Bagaimana jika publik mengetahui itu dirinya dan menimbulkan keributan di tengah kota? Bagaimana jika--

Well, Jimin memang terkadang terlalu berlebihan dan Jungkook masih beruntung ia mencintai Jimin sebagai hyung terfavoritnya, kedua setelah Seokjin hyungnya.

"Fancy seeing you here."

Suara berat itu membuatnya menoleh. Sebuah mobil yang entah sejak kapan berada tepat disebelahnya, dengan sosok seorang pria tampan dengan sweater abu-abunya lengkap dengan beanie abu-abu juga, duduk di bangku pengemudi dibalik lamborghini merahnya yang mampu memperlihatkan betapa kayanya sang pemilik mobil tersebut. Rambut lavendernya menyeruak sedikit dari balik beanie dan Jungkook akui warna itu lebih berkesan daripada warna oranye di masa lalunya.

"T-Taehyung?"

"Annyeong, Jungkook."

Ada suatu getaran aneh yang terasa sedikit sakit di dalam dada Jungkook setiap kali suara berat itu memanggil nama aslinya, bukan nama panggilan pribadi mereka. Rasanya tak begitu sakit-oke, sakit, Jungkook mengakuinya-seperti tersetrum oleh tegangan listrik rendah.

Why the fuck is that?

"Keluar untuk makan siang?"

Tak seperti pertemuan pertama yang diwarnai air mata dan ketakutan, kali ini Jungkook mengangguk pelan, melemparkan senyum kecilnya.

"Kebetulan. Aku juga sedang lapar dan makan siang sendiri kurasa tidak menyenangkan." Taehyung tergelak, masih duduk dalam mobilnya.

"Jika kau sedang mencoba mengundangku untuk makan siang denganmu, aku ragu ini adalah cara terbaik yang pernah kau praktekkan." Jungkook tertawa.

Tunggu. Ini bukan mimpi, kan? Enam hari yang lalu ia menangis dan ketakutan menatap sosok itu, dan hanya dengan enam hari ia sudah mampu tertawa di hadapannya. Tidak. Lebih tepatnya tertawa bersamanya. Tidak salah lagi. Kim Taehyung adalah seorang penyihir dan Jungkook sudah terkena sihirnya.

Well, Jeon Jungkook. Kau sudah terkena belenggu sihirnya sejak lima tahun lalu. Kau hanya perlu mencoba mengakuinya.

Jungkook tertawa sinis pada dirinya. Kau benar, sialan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAITH (KTH +JJK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang