V

2.9K 478 27
                                    

Sejak Kim Taehyung kembali ke kehidupannya, Jungkook merasa tak bisa tenang. Seperti lima tahun lalu, pria tampan berambut aneh itu selalu mempunyai beragam cara untuk memporak-porandakan perasaannya. Ketika Jungkook sudah berhasil menata kembali hatinya dan mulai berpikir tentang masa depannya bersama kekasihnya sekarang, Chanwoo, Kim Taehyung datang dan menghancurkan sketsa masa depannya. Kim Taehyung... Pria dengan senyum yang masih sama seperti dulu, senyuman sehangat matahari.

"Argh, sial!"

Ini adalah kali ketiganya Jungkook meremas kertas liriknya dan melemparkannya ke sembarang arah. Sejak kemarin ia mulai menggarap lirik untuk outro-nya, dan sampai saat ini ia tak berhasil menulis satu kata pun, melainkan hanya coretan-coretan tak jelas yang entah bagaimana lama kelamaan menghasilkan sebuah sketsa wajah tampan pria berambut lavender itu. Jika saja hasil gambar itu bukan si pria sialan itu, Jungkook pasti sudah tersenyum bangga akan kejeniusannya dalam seni menggambar.

"Kim Taehyung brengsek!" Umpatnya kesal sambil mengacak rambutnya frustasi.

Kondisi Jungkook buruk saat ini. Sangat buruk. Bukan kondisi tubuhnya, melainkan kondisi hati dan perasaannya.

Apa-apaan Kim Taehyung itu? Seenaknya saja kembali dan meruntuhkan segala tembok besi yang dibangun Jungkook bertahun-tahun, dengan senyuman sehangat matahari pagi di musim panas, namun masih terasa dingin seperti angin di musim gugur. Brengsek! Apa-apaan dia? Berbicara seolah tak ada kejadian apapun lima tahun lalu, seolah ia tak menghilang selama lima tahun. Lancang sekali ia, dengan tindakan seolah berusaha kembali mendekat, namun kemudian malah berkata ingin pergi lagi.

Ia pikir Jungkook peduli?

Ha ha.

Sangat. Bodoh!

Jungkook tertawa keras seolah hampir gila. Entah kenapa ia merasa lelah. Merasa pusing. Sejak dulu Kim Taehyung tak berubah, tetap selalu mampu membuat pikirannya dipenuhi oleh si bajingan itu.

"Tidak, tidak. Ini hanya efek karena aku tidak makan semalam. Ah, ya! Benar! Pantas saja!" si pria cantik itu berbicara sendiri. Kakinya pun melangkah menuju dapur, membuka lemari esnya dan mengambil sekotak susu cokelat favoritnya.

Dituangkannya ke dalam mug couple-nya bersama Chanwoo. Senyumnya muncul ketika mengingat wajah tampan kekasihnya yang dirindukannya.

Handphone-nya berbunyi dan senyuman Jungkook semakin lebar tatkala nama sang kekasih muncul di layarnya. Apalagi ketika suara itu kembali terdengar di telinganya, Jungkook merasa ingin berlari memeluknya. Jika saja mereka tidak terpisah oleh jarak, tentu saja.

"Chanwoo-yah..."

"Good morning, baby." Suara itu begitu menyegarkan di telinganya. Jungkook tak bisa untuk tidak tertawa kecil.

Masa bodoh dengan Kim Taehyung yang berkata akan menjauh. Masa bodoh dengan segala tindakannya. Selama Chanwoo masih berada di sisinya, Jungkook tak akan semudah itu jatuh. Chanwoo akan selalu ada untuk merengkuhnya, menariknya, menahannya agar tidak jatuh lagi.

Ya, Jungkook sangat mencintai Chanwoo.

Melebihi Kim Taehyung?

Oh, shit. Jungkook tak mampu menjawab pertanyaan itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Yah, Kim Taehyung!"

"Uhm?"

"Geez..."

Namjoon menghela nafas beratnya. Sudah lima belas menit ia berada di ruangan bosnya yang tidak lain juga adalah sepupunya. Lima belas menit ia membicarakan laporan manajemen mereka, sang CEO malah tidak fokus dan malah melamun seolah tak mendengar satu kata pun yang keluar dari mulut Namjoon.

"Jungkook lagi?"

Pertanyaan itu begitu sederhana, namun terasa mampu mewakili semua unsur yang memberatkan sepupunya ini. Apalagi anggukan kepala dari Taehyung sudah mampu meyakinkan Namjoon tentang kenyataan bahwa sang pemilik nama itulah yang kembali menyulitkan sepupunya.

"Jimin bilang mungkin ia belum siap bertemu denganku lagi. Karena itu kuputuskan untuk menunggu. Kubilang aku akan menunggu hingga ia siap kembali dan selama itu aku tak akan mengganggunya." Jawab Taehyung. Matanya terlihat sedih. Namun juga terlihat lelah. Mungkin ia tidak tidur semalaman setelah memikirkan perkataannya. "Menurutmu aku sudah melakukan hal yang benar, hyung?"

Namjoon menepuk pelan pundak sepupunya itu sambil tersenyum. "Sudah kubilang aku percaya padamu. Aku yakin semua yang kau lakukan memang terbaik untukmu. Lagipula memang sepertinya hubungan kalian butuh waktu. Jungkook mungkin kaget dengan semua hal ini, dengan kau yang tiba-tiba kembali."

"Tapi aku punya alasan untuk pergi, hyung. Kau pun tahu aku tak pernah ingin meninggalkannya."

"Aku tahu." Balas Namjoon. Ia kembali melanjutkan. "Tapi Jungkook tidak."

"Apa maksudmu?" Taehyung memicingkan matanya. Dahinya berkerut menatap sepupunya bingung.

"Maksudku, Jungkook tak pernah tahu alasanmu pergi, bukan? Yang ia tahu adalah kau yang pergi di hari bahagianya dan menghilang selama lima tahun tanpa kabar, hanya itulah yang Jungkook ketahui."

Ah, Namjoon benar. Taehyung baru menyadarinya. Mau bagaimana lagi? Untuk dapat menggantikan posisi Ayahnya di bangku CEO, ia harus belajar giat. Tak ada waktu main-main. Lagipula ia punya alasan kuat kenapa ia harus menjadi CEO.

"Bagaimana aku akan menjelaskan? Ia tak pernah membiarkanku berbicara lebih padanya." Helaan nafas Taehyung dapat terdengar memenuhi seisi ruangan. Masalah ini benar-benar menguras semua energinya. "Lagipula aku terlanjur bilang tak akan mengganggunya. Aku pun tak melihatnya hari ini. Apa ia benar-benar menghindariku?"

Namjoon tertawa mendengarnya. "Jimin tak mengatakan padamu?"

"Tentang apa?"

"Tentang Jeon Jungkook yang meminta libur satu minggu untuk menyelesaikan lagu terakhir untuk albumnya."

"Jadi bukan untuk menghindariku?"

"Hm, mungkin saja itu salah satu caranya menghindarimu."

"Ahhh, hyuuuuung!"

Namjoon tertawa keras.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook sedang sibuk berkutat dengan melody barunya ketika intercom apartemennya berbunyi. Demi seluruh makhluk menyebalkan di dunia ini termasuk Kim Taehyung, jika yang berada di pintu rumahnya hanyalah Park Jimin, Jungkook bersumpah akan menendangnya dengan flying kick yang biasa ia tonton di game pertarungan.

Sayangnya niatnya untuk meluncurkan jurus itu gagal ketika yang ia temui di pintu depannya hanyalah seorang pengantar pizza.

Tunggu.

Jungkook tak ingat ia pernah menelepon untuk memesan pizza.

"Apa benar ini apartemen tuan Jeon Jungkook?"

"Uhm, ya? Saya Jeon Jungkook." Balas Jungkook, masih berusaha mengingat apakah ia memang memesan pizza.

"Pizza meat lovers with extra cheese pesanan anda. Silakan diterima."

"Tunggu. Apa kau tak salah? Aku tak ingat pernah memesan pizza hari ini." Bukannya Jungkook tak mau. Demi Tuhan, ia sangat lapar saat ini. Tapi ini bukan miliknya dan ia tak mungkin menerimanya begitu saja. Bagaimana jika ini adalah sabotase dan sudah ditaruh racun didalamnya? Ya Tuhan, Jungkook tak pernah berniat mati muda.

"Seseorang meminta saya mengirimkannya untuk anda, tuan. Baiklah, saya permisi. Terimakasih."

"Apa? Tunggu! Hei!"

Sayangnya sang pengantar pizza sudah menghilang ke dalam lift. Dan Jungkook hanya bisa menatap sekotak besar pizza yang ada di tangannya. Aneh. Pikirnya.

Baru saja ia menutup pintunya, suara bel depannya membuatnya terhenti. Kali ini seorang kurir dari restoran cepat saji terkenal spesialis ayam goreng berdiri di hadapannya dengan satu box besar yang Jungkook yakini isinya adalah ayam goreng.

"Satu box crispy fried chicken untuk tuan Jeon Jungkook."

"Aku tak memesannya..." Ya, Jungkook memang tak memesannya. Kenapa bisa datang?

"Oh, ini dikirimkan oleh seseorang untuk anda."

"Boleh kutahu siapa orang itu?"

"Maaf, tuan. Orang itu meminta kami untuk tidak mengatakannya pada anda. Permisi saya harus pergi sekarang. Terimakasih."

Jungkook lagi-lagi hanya menghela nafas pasrah dan berjalan menuju dapurnya. Dirinya menatap dua pesanan tadi dengan bingung. Siapa sang pengirim makanan ini?

Untuk ketiga kalinya, intercomnya kembali berbunyi dan ia bergegas membukanya. Jika kali ini adalah paket makanan lainnya, ia berani bersumpah akan menahan sang kurir untuk memaksanya agar mengatakan siapa gerangankah yang mengirimkan segala paket ini untuknya. Namun yang ia dapatkan bukan sesosok kurir. Tak ada orang yang berdiri di depan pintu rumahnya.

Jungkook menunduk dan mendapati sebuah rangkaian bunga mawar merah yang sangat wangi disana. Diambilnya dan diperhatikannya betul-betul barangkali ia menemukan petunjuk tentang pengirimnya. Jungkook berani jamin si pengirim adalah orang yang sama dengan yang mengirimkan pizza dan ayam goreng tadi. Ia pun menemukan sebuah kartu kecil disana, dan ia pun membacanya dengan seksama.


To: Jeon Kookie.

Jeon Kookie?

Kukirimkan pizza dan ayam goreng kesukaanmu untukmu. Aku tahu kau pasti lapar karena aku jamin kau belum makan sejak kau mulai mengerjakan lagumu.


Bagaimana orang ini tahu?


Jaga kesehatanmu. Kau selalu tak berubah. Tetap selalu fokus pada hal lain dan melupakan dirimu sendiri. Semangat untuk lagu outromu. Aku tahu kau pasti bisa. Aku selalu mendukungmu.

From: V.

P.S: kau masih suka mawar merah?


Tanpa sadar Jungkook tertawa kecil membaca pesan itu. V? Ia seperti pernah mendengar nama itu. Tapi entahlah. Mungkin saja tidak. Apa ini dari salah satu penggemarnya? Tapi bagaimana ia tahu semua sifat Jungkook? Siapa orang ini? Dan kenapa pesannya malah membuat perasaan Jungkook ringan dan terasa hangat?

Jungkook pun kembali mencium bunga itu dan tersenyum senang. Dibawanya masuk ke dalam untuk diletakkan di dalam vas bunganya dan diletakkan di meja kerjanya.

Dari jarak sekitar tujuh meter dari sana, seorang pria berambut lavender bersembunyi di balik tembok, yang sedari tadi mengintip Jungkook dengan perasaan berdebar. Senyumnya melega ketika senyuman manis muncul di wajah cantik Jungkook. Awalnya ia takut Jungkook malah akan membuang bunganya. Tapi melihatnya tersenyum, pria itu merasa senang.

"Berjuanglah, Kookie. Kau pasti bisa."

Dan pria itu berlalu memasuki lift untuk kembali bekerja. Tetap dengan senyuman bahagianya.

***





Cie dikirimin makanan sama bunga cieeee.
Aduh mas CEO mulai bergerak ya melancarkan aksinya.

Si tuan putri luluh ga yaaaa?

Next?
Kalo readernya sampe 2000an bisa?
Maybe.
Hahaha.
Byebyeeeee.

FAITH (KTH +JJK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang