Damian berhasil. Tapi juga tidak. Rencananya untuk mengabaikan sosok mungil itu dari pikirannya hanya berhasil sementara. Kini, Damian kembali dipusingkan oleh kehadiran Sara. Ada sesuatu dalam diri perempuan itu yang menjadikan Damian uring-uringan setiap sosok Sara hinggap di benaknya tanpa permisi. Damian seolah terlempar ke masa yang bahkan ia tidak mengingatnya dengan jelas.
Sudah sebulan berlalu, ia berhasil menahan diri untuk tidak menemui Sara. Ada yang aneh di sini, Damian seolah mengalami kekosongan. Perasaan asing yang ia rasa, hanya Sara obatnya.
Oh ayolah! Jangan menjadi tolol hanya karena perempuan! Seumur hidupnya, ia tidak peduli dengan statusnya yang masih melajang hingga kini. Dan sekarang, ia malah gelisah hanya karena Sara? Perempuan biasa yang bahkan baru beberapa kali bertemu dengannya.
Damian tidak bisa mengelak. Rasa inginnya untuk dekat dengan perempuan itu semakin hari semakin bertambah. Semakin panjang jarak yang tercipta, semakin melekat kuat sosok itu dalam benaknya.
Damian harus mencari tahu semua hal tentang Sara...
Pintu rumah makan sederhana itu terbuka. Masuklah Sara dengan kedua temannya. Damian tidak tahu siapa mereka, tapi sepertinya merupakan karyawan Damian juga.
Dari tempatnya yang berada di pojok ruangan, Damian bisa mengamati jelas sosok Sara yang tengah duduk di depan kedua temannya. Perempuan itu tak jarang mengulum senyum dengan pipi merona dan tertawa kecil. Sara dan kedua temannya tidak menyadari keberadaannya. Dan memang itulah yang Damian inginkan. Jangan sampai satu orang pun karyawannya menyadari keberadaannya di sini.
Damian yang selalu makan di tempat ternama, bisa-bisanya mau duduk di bangku plastik berwarna-warni seperti ini?! Mereka pasti akan menganga tidak percaya. Damian tidak pantas berada di sini. Gayanya terlalu elegan untuk menyuap nasi dengan jari-jari lentik itu. Penampilannya terlalu mewah untuk memegang sendok dan garpu warung.
Damian telah melepas jas dan dasinya. Ia tinggalkan semua itu di dalam mobilnya. Kini ia hanya mengenakan kemeja biru muda dengan lengan digulung hingga siku, dan celana panjang bahan berwarna hitam, senada dengan jas yang ia telantarkan sebelum memasuki warung ini.
Sara dan kedua temannya itu memang sering makan di sini. Menurut informasi dari kaki tangannya, Sara selalu makan di warung atau resto murah namun menyajikan makanan-makanan yang lezat.
Saat Damian bertanya pada Zero, kaki tangannya, apakah Sara adalah perempuan yang kurang mampu hingga perlu repot mencari tempat-tempat murah seperti ini? Namun, Zero hanya menggeleng. Lelaki itu juga belum tahu pasti. CV Sara begitu singkat, padat, dan jelas. Tapi yang sanggup membuat Damian terkejut saat membacanya adalah status Sara yang telah menikah.
Menikah. Apa Sara juga telah memiliki anak? Sepertinya tidak. Perempuan itu masih terlalu mungil untuk pernah mengandung dan memiliki perut besar, bahkan untuk melahirkan. Pesaingnya hanya satu, suami perempuan itu.
Banyak pertanyaan tak terjawab di benaknya. Apa suami perempuan itu pantas bersanding dengan Sara? Apa Sara bahagia dengan suaminya? Bagaimana sosok suaminya itu hingga Sara mau menikahinya?
Bukankah Damian sudah gila? Katakanlah dirinya iblis berlumur dosa. Tapi Damian benar-benar akan merebut Sara dari tangan lelaki mana pun, tak terkecuali suami dari perempuan itu sendiri. Ia pastikan, ia berjanji, Sara akan bahagia bersamanya. Damian sempurna. Damian punya segalanya. Segalanya bertekuk lutut di bawah lelaki itu. Kesempurnaan sudah menjadi nama tengah sang iblis. Apa yang perlu Sara cemaskan lagi ketika Damian sudah menjadi miliknya? Perempuan itu tinggal duduk manis dan melengkapi hidup Damian. Damian akan melakukan semuanya untuk Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Devil
General FictionSara, perempuan polos nan mungil yang begitu beruntung karena memiliki suami seperti Adrian. Lelaki tampan dan mapan yang begitu perhatian dan menyayangi Sara. Selalu ada cara untuk Adrian membuat Sara merasa dicintai setiap detiknya. Sara mencintai...