Aroma sedap dari dapur tercium hingga ke ruang keluarga. Di balik buku yang dibacanya, Adrian tersenyum. Ia meletakan kacamatanya di meja lantas menyimpan sumber bacaannya kembali pada tempatnya. Adrian berjalan ke arah dapur. Aroma yang membuat perutnya berbunyi kecil ini selalu mampu menghentikan apapun aktivitas yang tengah dilakukannya.
Lelaki itu tersenyum, menghampiri tubuh mungil yang tengah membelakanginya. Perempuan itu masih tidak menyadari keberadaan Adrian karena terlalu asyik menabur bumbu di atas panci sup ayamnya. Seraya bersenandung kecil, kepala itu bergoyang-goyang membuat Adrian terkekeh kecil.
Mendengar kekehan tersebut, membuat senandung kecil dari bibir perempuan itu terhenti. Baru saja ingin menoleh ke sumber suara di belakangnya, Adrian telah memeluk perempuan itu dari belakang. Begitu mungil dalam kuasa lengannya. Dikecupnya puncak kepala yang kini kembali asyik pada masakannya.
"Kenapa berhenti?" tanya Adrian, lirih.
"Mm?" perempuan itu hanya bergumam. Tidak yakin apa yang dimaksud Adrian.
"Kembali bernyanyi, Sara. Aku mau mendengarnya lagi..."
Perempuan bernama Sara itu terkikik kecil. "Meskipun suaraku seperti tikus kejepit?" guraunya.
Adrian tersenyum. Walaupun Sara tidak dapat melihatnya, namun perempuan itu tahu karena setelahnya Adrian mencium lekukan lehernya.
"Suaramu seperti burung Kenari. Semerdu itu yang aku dengar."
Gerakan mengaduk kuah sup yang Sara tengah lakukan, melambat. Kedua pipinya merona. Dalam hatinya, ia bersyukur saat ini tengah membelakangi Adrian. Meskipun mereka sudah tinggal di satu atap selama tiga bulan lebih, bukan berarti Sara tidak lagi memiliki alasan "malu" dipuji maupun digoda oleh suaminya sendiri. Berada di sisi Adrian, membuat jantungnya terkadang masih berulah seolah mereka baru dipertemukan.
Adrian, dengan segala kelebihan lelaki itu dan kekurangan yang bahkan Sara tidak peduli, selalu bisa membuat Sara merasa paling beruntung di dunia!
Menikah di usia muda sepertinya bukan suatu hal yang mudah. Namun, siapa yang akan menolak ketika lelaki mapan, tampan, dan nyaris sempurna tiba-tiba datang melamar dan mengatakan bahwa ia telah mencintai sejak lama?
Awalnya Sara berpikir, apakah ia dipermainkan? Pasalnya, oh demi Tuhan! Siapa Sara? Ashara Awla Havisa, perempuan biasa yang bahkan termasuk dalam kategori nggak-pantas-dijadikan-isteri atau belum. Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, ia harus berperan sebagai isteri. Muda untuknya karena ia bahkan baru resmi menjadi sarjana beberapa bulan sebelum ulang tahunnya yang ke 25 tahun. Di saat teman-temannya sudah wisuda lebih dulu, Sara masih harus bekerja mencari uang demi membiayai dirinya sendiri.
Sara pintar, namun tidak secerdas yang lain sehingga belum layak mendapat beasiswa di kampusnya saat itu. Belum lagi, jadwal kuliah yang padat membuatnya harus pulang larut malam karena langsung pergi bekerja setelah jam kuliah.
Sara tidak lahir dari keluarga kaya raya, bukan juga dari keluarga serba kekurangan. Namun, peristiwa yang merenggut nyawa kedua orang tuanya saat ia bahkan baru berkenalan dengan skripsi membuatnya tidak punya pilihan lain untuk mengambil cuti kuliah sementara dan mencari uang sendiri. Alhasil, ia begitu iri dengan teman-temannya yang telah menikah namun sempat merasakan indahnya bebas dari segala tuntutan dalam waktu yang cukup lama.
"Kamu melamun?" bisik Adrian membuat Sara meringis kecil.
"Kamu ngomong apa tadi? Maaf ya?" cicit Sara. Meskipun Adrian tidak marah, tidak pernah sekalipun marah bahkan membentak Sara, perempuan itu tetap takut untuk menyentil perasaan Adrian karena kecerobohan yang sering tak sengaja dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Devil
General FictionSara, perempuan polos nan mungil yang begitu beruntung karena memiliki suami seperti Adrian. Lelaki tampan dan mapan yang begitu perhatian dan menyayangi Sara. Selalu ada cara untuk Adrian membuat Sara merasa dicintai setiap detiknya. Sara mencintai...