ⓓⓤⓐ

8.4K 1K 242
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan kemarin, kami akan bertemu di taman jam 9.

Mark hyung sudah berada di sana ternyata. Aku langsung menghampirinya.

"Ah Jae. Nyampe juga lo akhirnya. Nih." Mark hyung menyerahkan sebuah kertas kecil kepadaku.

Aku menatap kertas itu heran. Kertas itu berisi alamat sebuah klinik.

"Lo bisa coba ke sana. Tenang aja, di sana aman, prosesnya cepet, masalah biaya biar gue yang urus," tutur Mark hyung.

"Ini... Tempat apa hyung?"

"Aborsi."

Aku langsung membeku. Bukan, bukan ini yang kuinginkan.

"T-tapi hyung-"

"Lo ga berniat buat ngelahirin itu kan Jae?" tanyanya sedikit membentak. Ia menunjuk perutku.

"Lo jangan egois Jae. Masa depan gue itu masih panjang. Tinggal selangkah lagi menuju Harvard. Dan jangan sampe apa yang di perut lo itu ngerusak masa depan gue!" Kali ini ia terlihat sangat marah.

"Hyung, aku ga tega bunuh bayi ini..." lirihku sambil menunduk. Tidak berani menatap wajahnya.

"Gini ya Jae. Apa yang ada di perut lo itu belom jadi janin, apalagi bayi. Itu masih berupa embrio. Dia belom punya roh, masih mati! Belom terlambat buat gugurin itu."

Aku menangis. Sakit sekali mendengar ucapan Mark hyung. Ia bahkan tidak menganggap anak ini makhluk hidup.

"Jangan sampe ada yang tau tentang masalah ini! Terutama orangtua gue," ujar Mark hyung sebelum pergi meninggalkanku.

Aku langsung terduduk lesu di tanah, tidak kuat menerima semua ini.

"Jaemin!"

Aku menoleh menuju sumber suara. Ternyata Jaehyun hyung.

"Lo gapapa Jae?" tanyanya khawatir.

Aku langsung memeluk Jaehyun hyung. Menangis dengan keras di bahunya.

Jaehyun hyung mengusap pelan punggungku, mencoba menenangkanku.

"Gue ngikutin lo Jae, gue takut lo kenapa-kenapa."

"Gue denger semuanya. Lo harus sabar Jae..."

Aku hanya mengangguk. Aku senang bisa memiliki Jaehyun hyung di kehidupanku. Dia memang kakak terbaik.

"Pulang dulu yuk. Mama pasti khawatir."

Aku kembali mengangguk. Kami pulang ke rumah Jaehyun hyung. Kakiku benar-benar lemas entah karena apa. Aku tidak pernah merasa seburuk ini.

***

"Apa? Berani-beraninya dia bilang kayak gitu! Ayo Jae, kita temuin orangtuanya. Biar mereka tau kalo anaknya bener-bener kurang ajar!" Tante Jung terlihat emosi mendengar ceritaku.

"J-jangan tante! Nanti dia makin benci sama anak ini..."

Tante Jung menghela nafas, kemudian menatapku lembut.

"Jae, biar bagaimana pun orangtuanya harus tau. Sekalian kita minta restu buat mempertahankan bayi kalian," ujar tante Jung.

"Kamu udah yakin mau menjaga dan merawat bayi itu kan?" tanya tante Jung.

Aku hanya mengangguk.

"Kalo gitu, ayo kita berangkat ke rumahnya."

"Aku ikut ma!" ujar Jaehyun hyung.

Kami bertiga berangkat menuju rumah Mark hyung. Di sana... Rasanya aku ingin menulikan pendengaranku.

Saat tante Jung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, orang tua Mark hyung malah marah-marah padaku. Mereka menuduhku yang tidak tidak.

Banyak yang kami bicarakan. Dan entah kenapa sampai ke masalah uang.

"Kami tidak butuh uang!" ujar tante Jung dengan tegas.

"Kami kemari ingin meminta restu untuk mempertahankan bayi dari Jaemin dan anak kalian. Kami permisi."

Tante Jung mengajak kami pulang. Sepertinya ia tidak kuat menahan emosinya.

"Biar aku yang nyetir ma," ujar Jaehyun hyung yang sepertinya tau suasana hati mamanya.

Di jalan kami bertiga hanya terdiam. Aku bahkan hanya diam saja saat berada di rumah Mark hyung tadi.

"Jae, kamu pasti bisa ngelewatin semua ini. Tante, om, dan Jaehyun akan bantu kamu. Kamu jangan sedih lagi ya?" Tante Jung membuka suara.

"Terima kasih tante..." Hanya itu yang bisa kuucapkan.

TBC

Baby ❥markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang