ⓓⓔⓛⓐⓟⓐⓝ

5.6K 838 121
                                    

Taeyong mengusap rambut Jaemin dengan lembut. Dirinya tengah menunggu Jaehyun yang sedang berbicara dengan dokter.

Tak lama kemudian ia mendengar pintu ruangan tersebut dibuka. Taeyong menolehkan kepalanya untuk memastikan siapa yang masuk.

"Jae? Gimana kata dokter?" tanya Taeyong khawatir.

"Dokter bilang perut Jaemin terbentur cukup kuat. Tapi bayinya baik-baik aja. Dia kuat, sama kayak ibunya," jelas Jaehyun sambil tersenyum tipis.

Taeyong akhirnya dapat bernafas lega.

"Dokter juga bilang kalo kehamilan di umur semuda Jaemin ini rawan banget. Dia harus bener-bener dijaga, jangan sampe dia stress atau tertekan. Itu bisa berpengaruh ke bayinya," lanjut Jaehyun.

Taeyong mengangguk paham. Matanya kembali menatap Jaemin yang masih tidur dengan damai.

"Jaemin... kamu hebat."

***

Mark menatap kosong langit-langit kamarnya. Ia benar-benar lelah setelah semua yang terjadi beberapa bulan terakhir.

Pikirannya dipenuhi oleh Jaemin, Jaemin, dan Jaemin. Hanya Jaemin.

Ingatannya berputar menuju hari disaat Jaemin memberitahukan kehamilannya.

Mark bingung sekaligus sangat marah mendengarnya. Marah karena Jaemin tidak mengatakan bahwa dirinya seorang carrier, dan bingung karena tidak tau harus berbuat apa. Dan saat itu juga terlintas satu kata di pikirannya. Aborsi.

Tapi Jaemin ternyata tidak mau melakukannya. Kemarahan Mark benar-benar berada di puncaknya.

Semua makian ia lontarkan kepada Jaemin, berharap anak itu akan membencinya dan berhenti meminta pertanggung jawaban darinya.

Sebenarnya Mark tidak tega melihat Jaemin menanggung semuanya sendirian. Bagaimanapun juga ia pernah menyayangi Jaemin. Tapi egonya sangat tinggi. Ego itu memenangkan dirinya.

Dan bagaimanapun juga orangtuanya akan tetap mendukungnya. Kedua orangtuanya tidak begitu menyukai Jaemin sejak dulu, selain itu Mark adalah satu-satunya harapan di keluarganya.

Bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat, sama saja memutuskan harapan orangtuanya, dan membuat nama baik keluarganya tercemar.

Mark tidak mau hal itu terjadi! Orangtuanya adalah prioritasnya. Ia akan tetap pergi ke Harvard. Dan setelah lulus, Mark akan tinggal menetap di Amerika untuk melanjutkan bisnis keluarganya.

Tapi, Mark juga punya hati. Ada kalanya ia ingin memeluk Jaemin, mencium perut buncitnya, memberi kebahagiaan bagi Jaemin dan... bayinya.

Sayangnya ego itu selalu menang. Walaupun hatinya tergerak, ia tetap tidak bisa melakukan apapun. Mark hanya bisa menuruti apa yang orangtuanya inginkan.

Ia berpacaran dengan gadis lain hanya untuk melupakan semua yang terjadi. Melupakan Jaemin dan apa yang ada di perut anak itu.

Tapi tetap saja gagal. Apalagi setelah melihat apa yang dilakukan gadis itu pada Jaemin sore tadi. Tentu saja ia tidak sengaja melihat kejadian itu.

Ingin sekali ia menolong Jaemin. Tapi mengingat semua yang telah terjadi dan semua yang telah dilakukannya, masih pantaskah dirinya?

Mark menghela nafas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Terlalu banyak pikiran akan memberikan dampak buruk bagi tubuhnya. Mark tidak mau terjadi sesuatu ketika mengikuti seleksi menuju Harvard.

'TOK TOK TOK'

"Sayang?"

Mark sedikit terkejut mendengarnya. Ia segera bangkit dan membukakan pintu kamarnya.

"Ada apa mom?"

"Makan malem udah siap. Kamu cepetan turun ya, daddy nungguin di bawah tuh."

Mark mengangguk, ia pun segera turun. Ia tersenyum melihat ayahnya yang jarang makan malam di rumah itu tengah menunggunya.

"Tumben daddy udah pulang," ujar Mark setelah duduk di salah satu kursi.

Tuan Lee tersenyum mendengar pertanyaan anak semata wayangnya. "Emang ga boleh gitu daddy pulang cepet?"

Tuan Lee memperhatikan wajah Mark. Ia menyadari ada yang berbeda dari anaknya. "Muka kamu kok pucet? Trus mata kamu itu kok agak bengkak? Kamu sakit?" tanyanya khawatir.

"E-eh engga kok. Cuma... lagi banyak pikiran aja," jawab Mark.

"Kamu mikirin Jaemin Jaemin itu lagi? Ck, udah lah kamu tenang aja. Paling juga dikasih uang dikit udah beres," celetuk nyonya Lee.

"Iya Mark, kamu fokus belajar aja. Masalah anak itu ga usah dipikirin," balas sang ayah.

"Ga semudah itu ngelupain semua ini..."

TBC

Baby ❥markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang