ⓣⓤⓙⓤⓗ

6.6K 890 107
                                    

Author

"Mau kemana jae?" tanya Jeno saat melihat Jaemin yang hendak keluar rumah.

"Ke toko buku, pengen nyari bacaan gitu," jawab Jaemin.

"Perlu gue temenin?" tawar Jeno sembari berjalan mendekati Jaemin.

Jeno menatap perut Jaemin sebentar. Perut perut buncitnya terlihat jelas walaupun Jaemin sudah mengenakan baju yang cukup besar. Jelas saja, umur kandungannya itu hampir menginjak bulan kelima.

Ada perasaan kecewa saat melihat Jaemin. Ia gagal melindungi Jaemin. Membuat orang yang disayanginya itu harus menanggung semuanya. Mark Lee memang sangat kurang ajar.

Jeno tersadar dari lamunannya mendengar jawaban dari Jaemin.

"Ga usah deh, kan kamu mau kerja kelompok. Aku bisa berangkat sendiri. Lagian tempatnya deket kok," jawab Jaemin sambil tersenyum manis.

Jeno balas tersenyum dan mengelus rambut Jaemin. Yah terlepas dari semua itu, Jeno akui bahwa Jaemin terlihat makin cantik saat sedang hamil.

"Yaudah, gue berangkat dulu ya."

Jaemin mengangguk, kemudian ikut berjalan keluar saat Jeno sudah pergi.

Jaemin terlihat sedikit kesusahan saat berjalan. Perutnya terasa sangat berat. Ia harus menahan perutnya saat berjalan. Sesekali mengelus perut itu dengan sayang saat bayinya menendang-nendang.

Jarak antara toko buku dengan rumahnya memang hanya 200 meter saja. Tapi dengan keadaan seperti ini, itu tidak mudah bagi Jaemin.

"Na Jaemin?"

Langkah Jaemin terhenti saat seorang gadis memanggilnya. Sepertinya Jaemin mengenali suara itu. Dengan cepat ia pun menoleh ke sumber suara.

Jaemin membeku saat mengatahui gadis itu -ah lebih tepatnya segerombolan gadis itu.

Mereka gadis dari sekolahnya.

"Wah wah, lo gendutan ya sekarang," ucap seorang gadis berambut panjang.

Jaemin jelas mengenali gadis itu. Han Eungi.

Jaemin menarik bajunya ke bawah untuk menutupi perut buncitnya.

"Ya gendutan lah gi, kan badannya dua," balas seorang gadis di samping Eungi.

"Anak om om mana tuh Jae? Ckckck lo banyak orderan ya."

Kelima gadis itu tertawa bersamaan mendengar ucapan Eungi.

Jaemin menunduk, tangannya mengepal erat, air mata sudah berada di pelupuk matanya.

"Pantesan ga pernah keliatan di sekolah. Lagi hamil ternyata," kali ini Sungyeon -teman sekelasnya angkat bicara.

Jaemin mencoba menulikan pendengarannya. Ia berusaha pergi saat itu juga. Tapi perut besarnya benar-benar menghambat pergerakannya.

"Weits, mau ke mana hm?" Eungi tiba-tiba menjambak Jaemin, membuatnya memekik tertahan.

Gadis itu segera menyeret Jaemin menuju gang sepi di dekat situ.

Eungi tiba-tiba mendorong tubuh Jaemin dengan kuat. Perutnya membentur tanah, membuat anak itu berteriak kesakitan.

Jaemin menangis merasakan sakit di perutnya. Tangannya mencengkram perutnya dengan erat, berharap rasa sakit itu hilang.

"Ini balesan buat orang yang udah ganggu hubungan gue sama Mark." Eungi bersiap menendang perut Jaemin.

"Woi!"

Seketika gadis-gadis itu berhenti. Mereka langsung berlari ketakutan saat melihat Jaehyun yang datang dengan penuh amarah. Jaehyun segera menghampiri Jaemin yang tergeletak tak sadarkan diri di tanah.

Dengan sigap Jaehyun langsung menggendong Jaemin. Membawa anak itu menuju mobilnya.

"Jaemin kenapa Jae?" tanya Taeyong panik saat melihat Jaehyun kembali dengan membawa tubuh Jaemin yang sedang pingsan.

"Gatau hyung, yang jelas dia dibully. Sekarang kita ke rumah sakit dulu aja. Hyung tolong telponin mama."

Taeyong mengangguk. Tanpa menunggu lama ia pun menghubungi Nyonya Jung.

Berkali-kali Taeyong menoleh ke kursi belakang. Menatap tubuh Jaemin yang memucat dengan sedih.

Sungguh, Jaemin terlalu muda untuk mengalami semua ini.

"Jae, bisa lebih cepet?"

TBC

Baby ❥markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang