ⓣⓘⓖⓐ

8.2K 983 114
                                    

Hari-hariku terasa semakin berat. Morning sick selalu menghampiriku. Aku selalu muntah-muntah setiap pagi. Tubuhku mudah lelah, dan yang pasti makin lama perutku terasa semakin berat. Padahal ini baru bulan pertama. Bagaimana ya rasanya jika sudah mencapai bulan ke sembilan?

"Jae, besok Jeno balik ke Korea," ujar Jaehyun hyung, menyadarkanku dari lamunan.

Biar kujelaskan sedikit, jadi Jeno itu adiknya Jaehyun hyung. Dia sekolah di Jepang. Dan... Jeno hyung sempat menyukaiku. Yah, tapi mau bagaimana lagi kalau ternyata aku lebih memilih Mark.

"Kok tiba-tiba hyung? Emang Jeno ga ada sekolah? Setauku di Jepang ga lagi liburan," tanyaku heran.

"Justru dia mau balik itu soalnya mau sekolah di sini aja," jawab Jaehyun hyung yang terfokus pada hpnya. Mungkin sedang ber-chating ria dengan Taeyong hyung, pacarnya.

"Aneh, padahal dulu dia sendiri yang ngotot pengen sekolah di jepang." Aku membalik halaman novel di tanganku.

"Gatau deh, kangen sama lo mungkin," goda Jaehyun hyung.

Aku mencubit gemas tangannya. Membuatnya merintih kesakitan.

"Ih apaan sih hyung. Tapi..." Aku terdiam sebentar.

Jaehyun hyung mengalihkan perhatiannya kepadaku. Sepertinya dia tau apa yang menggajal pikiranku. Dia mengelus pelan rambutku.

"Masalah itu biar gue yang kasih tau dia. Lo tau sendiri lah dia kalo marah kek gimana," ujarnya menenangkanku.

Aku hanya mengangguk pasrah. Aku merindukan Jeno, tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tau yang sebenarnya.

Aku menatap perutku yang entah kenapa sekarang terlihat lebih buncit.

Aku selalu berusaha untuk menganggap bayi ini adalah anugerah dar Tuhan. Tapi tetap saja, dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku sedikit menganggap jika bayi ini adalah awal dari semua masalah.

Mark hyung yang semakin jauh, Jeno yang sudah pasti setelah ini akan membenciku, rasa sakit yang selalu kurasakan, dan cepat atau lambat aku akan dikeluarkan dari sekolah.

Semua masalah itu datang bersamaan dengan kedatangan bayi ini di kehidupanku. Tapi aku tidak boleh menyalahkannya. Bayi ini hadir juga gara-gara kesalahanku. Karena kecerobohanku sendiri.

***

Mark hyung masih terus bergerak liar di atas tubuhku. Padahal dia sudah 2 kali orgasme. Mark hyung mengeluarkan banyak sekali sperma. Memenuhi perutku, membuatku sedikit mual setiap kali penisnya menusuk lubangku, membawa cairan itu makin masuk ke dalam.

Tubuhku terasa sangat lemas. Aku hanya bisa merintih merasakan nyeri di lubangku dan mual di perutku. Ini menyakitkan, sekaligus sangat nikmat. Tidak terhitung berapa kali aku orgasme.

Mark hyung menggeram saat aku tidak sengaja mengetatkan lubangku. Dengan gemas kedua tangannya mencubit keras putingku yang sudah memerah dan sangat bengkak, akibat terlalu sering dihisap sedari tadi.

"Ah fuck! Hole sialan!  Rasain nih!" Mark hyung menghentak kuat penisnya. Membuat benda tumpul itu masuk seluruhnya ke dalam tubuhku.

"Akhh hyunghhh," aku memekik tertahan saat dia kembali menyemprotkan benihnya, menambah rasa tidak nyaman di perutku.

***

Aku menggeleng kuat saat tak sengaja mengingat kejadian itu. Sesuatu yang menyenangkan sekaligus membawa masalah dalam hidupku.

Kalau waktu bisa diputar kembali, sungguh aku akan langsung menolak ajakan Mark hyung itu. Dan aku akan hidup tenang. Tapi nasi sudah menjadi bubur, aku hanya bisa meratapi nasib burukku sekarang.

Ada satu hal yang mengganjal pikiranku. Bagaimana jika suatu saat anak ini akan menanyakan keberadaan ayahnya?

Tidak mungkin aku menjawab 'orang yang kamu sebut ayah itu sedang menikmati hidupnya di Amerika'

Ya, sepertinya aku harus terus mencoba agar Mark hyung kembali ke pelukanku. Entah dengan cara apa. Walaupun kemungkinan besar dia akan tetap menolak untuk bertanggung jawab.

Tapi... tidak ada salahnya mencoba kan?

TBC

Baby ❥markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang