Dibalik diam biasanya terpendam rasa rindu dan kecewa
***
Teriakan terdengar menggema dari mana-mana membuat Valerie menghembuskan nafas pelan. Valerie sedang berada di lapangan indoor. Apalagi kalau bukan mengawasi Reno. Bahkan setelah kejadian yang hampir melukainya itu dia masih berani untuk memantul-mantulkan bola orange itu.
Para gadis meneriaki nama Reno berkali-kali saat Reno berhasil merebut bola dari lawannya. Valerie memutar matanya malas. Walau sebenarnya dia agak terhibur dengan permainan basket Reno. Lelaki itu benar-benar lincah membawa bola.
Valerie sedang duduk di salah satu kursi penonton yang agak jauh dari penonton lainnya. Tidak ada satu orangpun yang berada di sekitarnya. Karena memang tempat itu cukup jauh dari lapangan. Dan itu pasti akan membuat mereka tidak dapat melihat jelas pertandingan tersebut. Alasan Valerie mengambil kursi yang cukup jauh adalah agar Reno tidak berpikir bahwa ia adalah penguntit. Walau Valerie sadar tindakannya memang seperti penguntit.
Valerie memperbaiki letak kacamatanya lalu bersandar pada sandaran kursi. Matanya masih menatap lekat Reno.
"Hai!" Ucap seseorang tiba-tiba dari samping Valerie. Valerie menoleh dengan sebelah alis terangkat.
"Lo Valerie kan? Yang nyelamatin Reno kemarin?" Tanya pria disamping Valerie yang tak kalah tampan dari Reno. Valerie mengangguk.
Lelaki itu mengulurkan tangannya. "Kenalin gue Alka. Alkatariz Zakquin."
Valerie menjabat tangan Alka. "Valerie." Ucapnya malas. Matanya dialihkan kembali kepada seseorang yang masih sibuk men-dribble bola di bawah sana.
Alka memandang gadis disampingnya dengan seksama. Bulu mata lentik dibalik kacamatanya terlihat sangat pas dengan mata lebar berwarna coklat itu. Bibir mungil yang pink. Kulit wajah putih dan terlihat sangat halus. Menurut Alka, Valerie sempurna.
"Makasih." Ucap Alka tiba-tiba membuat Valerie menoleh dengan alis berkerut.
"Buat?" Tanya Valerie dengan nada datarnya. Alka tersenyum.
"Karena lo nyelamatin sahabat gue." Ucap Alka masih memandang Valerie dengan senyuman yang dapat membuat gadis manapun bertekuk lutut. Kecuali Valerie mungkin. "Gue tau Reno pasti belum bilang makasih. Makanya gue wakilin." Sambungnya.
Valerie mengerjapkan mata dua kali. Lalu tersenyum tipis. Sangat tipis. Senyum itu cukup membuat Alka tertegun untuk beberapa saat. "Gak pa-pa."
Valerie kembali memandang Reno. Valerie bersyukur Reno mendapatkan teman seperti Alka. Sebenarnya Valerie sudah mengenal Alka sebelum dia memperkenalkan dirinya. Namun, dia tak ingin terlihat mencurigakan. Dia bahkan tau alamat rumah Alka.
"Hey Val!? Kenapa ngelamun?" Tanya Alka membuat Valerie tersentak dan menggeleng.
"Yaudah gue ke bawah yah! Bye!" Ucap Alka sebelum berlari ke lapangan dan bergabung dengan Reno dan teman-temannya yang lain. Valerie tidak tahu bahwa Alka cepat-cepat pergi karena dia sudah tidak dapat mengatur detak jantungnya.
'Gue kenapa? Deg-degan banget dekat Valerie.' Batin Alka.
Valerie memandang Reno lekat-lekat. Reno yang merasa diperhatikan oleh seseorang sejak tadi mencari sumbernya. Tanpa sengaja Reno melihat Valerie duduk di salah satu kursi penonton dengan memandang intens kepadanya.
Reno menerka-nerka mengapa gadis itu memandangnya seperti itu. Valerie yang sadar telah ditangkap basah oleh Reno langsung melempar tatapannya kearah lain.
***
Belum ada ancaman berarti. Valerie belum pernah mendapat ancaman berarti dari orang yang ingin membunuh Reno. Minus ring jatuh itu. Valerie yakin ada unsur kesengajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Sie
Teen FictionGanti Judul: 《 Nerd? Bodyguard? Or Agent! 》 --> 《 Für Sie 》 Hanya cerita karangan penulis amatiran yang tak tahu banyak hal. . Valerie Nifan Andrew. Seorang agent harus berpura-pura menjadi nerd demi melindungi seorang laki-laki yang sedang diincar...