14

1.1K 75 1
                                    

...

Aku terbangun lebih siang dari biasanya. Selalu seperti ini sejak sebulan terakhir. Kuraih sebuah boneka yang begitu aku kenal. Boneka beruang yang selalu menjadi teman bermain Hani.

"Hey, Hani. Ayo bermain dengan eomma. Eomma tak akan sibuk lagi. Eomma akan bermain seharian bersamamu." kumainkan boneka beruang itu layaknya anak seumuran Hani.

Kadang, jika aku rindu dengan suasana dimana Hani merengek dan menarik-narik lengan bajuku, aku memainkan boneka beruang itu seperti yang Hani lakukan dulu. Aku sesekali tertawa, dan sesekali menangis.

Aku mulai bosan. Akupun beranjak dari tempatku dan menghampiri sebuah pintu yang begitu aku kenal. Melongokkan kepalaku ke dalam ruangan.

"Hey... bukankah ini hari Kamis." bisikku.

"Aku baru ingat. Aku harus membuatkan bekal untuk Hani. Aku akan membuat Kimbap untuknya. Dia pasti akan senang sekali." lagi-lagi aku bergumam seorang diri.

Akupun membuat Kimbap itu dengan semangat. Dan tak ada satu jam, Kimbap itu telah siap. Dengan cepat kumasukkan Kimbap itu kedalam rantang berbentuk hello kitty yang biasa Hani bawa. Lalu kumasukkan kedalam tas pink-nya.

Aku teringat sesuatu. Pagi ini, aku akan membuatkan kopi untuk suamiku. Kurasa, sudah lama sekali aku tak membuatkannya kopi. Mungkin terakhir kali seingatku sebelum aku hamil Hani. Dengan semangat aku membuat secangkir kopi dengan air mata yang terus merembes jatuh ke pipi.


Kimbap siap, kopi juga sudah siap. Tapi, dimana mereka?


Ah, mungkin di kamarnya sedang bersiap. Aku bergegas menuju ke lantai atas. Menaiki satu demi satu anak tangga penuh semangat.

Kubuka pintu. Kuputar bola mataku keseluruh sudut kamar. Namun aku tetap tak menemukan mereka.

Aku terdiam. Aku bahkan lupa kalau mereka telah tiada ···

Mereka telah pergi untuk selama-lamanya ···

Mereka tak akan mungkin kembali ···

Aku sendiri ...

Sekarang hanya tinggal aku sendiri ...

Aku sebatang kara...

Ya, aku sebatang kara...

Tak ada lagi rengekan Hani ...
Tak ada lagi tawa Hani ...
Tak ada lagi Hani yang selalu menarik-narik lengan bajuku....

Hani ...
Kembalilah...
Kumohon kembalilah padaku Hani ...

Eomma janji...
Eomma tak akan sibuk lagi...

Kumohon...
Kembalilah...

Eomma merindukanmu...






"Hey, ada apa denganku? Kenapa aku tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa mereka telah pergi. Ada apa denganku? Ada apa denganku?" kupukul-pukul kepalaku dengan gumpalan tanganku.

"Ah, kenapa aku bodoh sekali. Mungkin saja mereka sudah berangkat dan Hani melupakan tasnya. Aku harus mengantar bekalnya ke sekolah." dengan penuh semangat aku bergegas menuruni anak tangga.

Kusambar tas pink Hani di meja makan. Dengan telanjang kaki, aku terus berjalan dan berjalan. Menyusuri tiap jalanan kota Seoul.

Piyama yang melekat ditubuhku hampir tiga minggu, dan rambut yang tak kusisir sekalipun dalam waktu hampir tiga minggu, membuat semua orang menatapku dengan tatapan aneh.
Aku tak perduli. Aku terus berjalan dengan semangat.
Dengan tawa terkekeh dan sesekali menangis histeris.

Tak ada setengah jam, aku telah sampai di Taman kanak-kanak tempat Hani bersekolah.

"Hani...Hani... Kau dimana sayang? Aku membawakan bekal untukmu." aku terus mencari Hani ke seluruh ruangan di sekolah itu. Tapi, aku tetap tak menemukannya.

"Aku sungguh merindukan suami dan gadis kecilku. Seung Cheol, Hani... Kalian dimana? ayo kita liburan bersama...." dan sekali lagi aku berujar. Sekalipun ada sesak yang menyeruak.

...

Baby, come back to me || SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang