8. Menelfonku?

95 5 3
                                    

Siang yang panas bagi setiap penghuni bumi ini. Tepat setelah jam pelajaran usai, ahrin segera berjalan ke depan gerbang dan menunggu supirnya yang belum datang itu. Ia menelpon supirnya dengan kesal karena sang supir tidak kunjung menjawab teleponnya.

"Yeoboseo..." ujar ahrin begitu tersambung dengan supirnya.

"Ahjussi dimana?" Tanya ahrin langsung.

"Kembalilah pulang, aku akan melakukan sesuatu dengan temanku" ujarnya datar.

"Tidak, dan jangan pernah mengirimkan para bodyguard tidak sopan itu" ujar ahrin lagi menambahkan. Setelah itu dia memutuskan sambungannya begitu saja tanpa menunggu jawaban supirnya.

Ahrin baru saja akan berbalik kembali ke dalam sekolah sebelum ia melihat jaehyun berjalan menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya jaehyun.

"Bukankah kau sendiri yang bilang untuk memikirkan tugas menyebalkan itu? Sekarang apa yang akan kau lakukan?" Tanya ahrin.

"Iya, tapi aku harus kerja dulu, baru setelah itu memikirkan tugas itu" jawab jaehyun dengan wajah tak berdosa. Ahrin membulatkan matanya, bahkan dia sudah menyuruh supirnya pulang untuk lee jaehyun sialan ini pikirnya.

"Apa maksudmu? Kau sendiri yang bilang kalau pulang sekolah ini membuat tugas itu" tanya ahrin kesal.

"Iya tapi kan aku tidak bilang kalau harus tepat setelah pulang sekolah, jam kerjaku selesai jam 5 sore hari ini, jadi kau bisa menungguku jam segitu" ujar jaehyun masih dengan wajah tak berdosanya.

"Kau gila? Aku tidak akan mengurusi hal semacam itu denganmu lagi" ujar ahrin marah lalu pergi meninggalkan jaehyun yang masih berdiri dengan tampang cueknya.

Ahrin benar-benar kesal, kenapa juga dia harus mempercayai perkataan jaehyun dengan begitu mudahnya, ia sudah berulang kali menelpon supirnya tapi tidak aktif. Ini benar-benar hari sial baginya. Dia melangkah keluar sekolah dengan perasaan kesalnya dan semua orang sial baginya. Belum lagi cuaca hari ini yang sangat panas terik, ahrin tidak pernah pulang naik taksi karena supirnya selalu mengantar jemputnya kemana-mana. Ia tidak pernah berjalan di bawah sinar matahari seperti ini. Masa bodoh dengan semua itu, ahrin tetap melangkah dengan kesal menjauhi sekolah itu. Beberapa murid yang melihatnya heran karena tidak mungkin seorang jo ahrin pulang dengan berjalan kaki. Ahrin tidak memperdulikan semua itu karena dia begitu kesal dengan manusia bernama lee jaehyun itu.

Tanpa sadar ahrin sudah berjalan 50 meter dari belokan sekolahnya dan sekarang dia berada di jalan raya. Tidak biasa baginya melihat begitu banyak orang di luar dengan begitu bebasnya seperti ini, sendirian tanpa ada yang mengenalnya, dia melihat ke sekeliling banyak para pejalan kaki yang sedang berjalan. Sepertinya dia tahu seperti apa rasanya berjalan baru kali ini. Dan panas terik yang menyerang semua tubuhnya. Dia mengadahkan kepalanya dan menatap matahari yang bersinar dengan tangguhnya. Bisakah ia menjadi seperti matahari? Tak terkalahkan?.

Sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di samping ahrin. Ahrin menoleh ke arahnya, seingatnya mobil supirnya tidak seperti ini. Seorang pemuda turun dari situ menggunakan seragam sekolah yang sama dengannya. Kang junho.

"Ayo naik dan jangan menatap matahari seperti itu, kau tidak sekuat matahari" ujar junho.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya ahrin bingung.

"Ini jalanan umum, semua orang bisa berada di sini" jawab junho.

"Tapi kenapa kau berhenti di sini? Mau mengajakku kemana?" Tanya ahrin masih bingung.

"Melihat seorang jo ahrin berjalan kaki memang menarik perhatian banyak orang kan" ujar junho cool. Ahrin yang masih bingung hanya menatapnya dengan pandangan bertanya.

When Love Has ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang