[Joshua's POV]
Sudah tiga hari Alex menginap di asramaku, dan.. sudah tiga hari juga aku tidur satu ranjang dengannya. Aku sudah menolak dan mengatakan bahwa aku akan tidur disofa saja, tapi Alex tidak mengijinkanku dan menyuruhku untuk tidur bersamanya. Dan.. asal kau tahu, setiap bangun pagi aku selalu mendapatkan aku berada didekapannya. Hangat. Nyaman. Itulah yang aku rasakan tiga hari ini.
Aku sudah tiga hari pula izin sekolah. Jessy menanyaiku mengapa aku izin sangat lama, bahkan satu bangku tidak sekolah. Aku tidak menjaawab pertanyaannya, aku hanya menjawab karna ada urusan pribadi. Aku tidak berani mengatakan bahwa aku sangat khawatir kepada Alex sehingga aku harus izin sekolah.
Aku benar - benar merawat Alex sehingga ia bisa terlihat lebih sehat dari kemarin. Bahkan ia sekarang sedang menonton tv dengan santai sambil memakan kacang kulit yang biasa aku siapkan di meja.
"Mr. Tumber! Jika kau sudah berasa sehat, tolong segera lah enyah dari asramaku ini dan pergi ke asramamu!" teriakku dari dapur karna aku sedang memasak untuknya dan tentu untukku juga.
"Mr. Vanderwaal aku masih terasa sakit!" balasnya dengan teriakkan kerasnya, aku mendengar cekikikannya dari sana membuatku merasa kesal.
Aku segera membawa masakanku ke ruang tamu, aku tidak peduli jika masakanku tidak enak ia harus tetap memakannya sampai habis.
"Ini aku buatkan makan siang untukmu, habiskan ya!" perintahku
"Siap kapten!" ucapnya sambil melakukan sikap hormat membuatku ingin ketawa melihat tingkahnya.
"Wow! Ini sangat enak! Akan ku habiskan sampai tak tersisa!" ucapnya setelah memakan satu sendok masakanku. Aku sangat senang mendengar ia berkata seperti itu dan melihat wajahnya yang sangat tampan.
Apakah seenak itu kah masakanku. Apa aku nanti perlu membuka restoran saja? Haha.. Mungkin. Aku memulai memakan masakanku.
KRRKKK
Apa iniii?? Masakanku sangatlah asin, aku tidak begitu pandai membuat lunch food. Aku hanya bisa membuat dessert dan sebagainya. Oh God.
"Hei! Ini sangatlah asin!" ucapku sambil meminum air putih.
"Tidak! Jika kau yang memasaknya, makanan ini sangatlah enak" ucapnya sambil menyantap makanannya hingga abis membuatku sangat senang dan jantungku berdegub kencang.
"B-benarkah? K-kalau begitu aku akan membuatkanmu cookies yang dulu sempat diajari oleh ibuku.." ucapku sambil menunduk
"Benarkah?? Apa kau pintar memasak?" tanyanya antusias
"T-tidak.. Aku hanya bisa memasak dessert dan sebagainya" balasku
"Wow idaman sekali~"
**
TING TUNG TING TUNG
Setelah aku dan Alex bersantap makanan, bel asramaku berbunyi.
"Siapa ya?" gumamku.
Aku segera membukakakn pintu asramaku dan melihat Jessy berada di depan.
"Jjj-jessy?!" kagetku
"Why? Kenapa kau kaget Josh?" tanyanya seperti meneliti
Aku tidak percaya ia sangat berani masuk ke gedung asrama lelaki. Peraturan disini, tidak dibolehkan wanita masuk ke gedung asrama lelaki.
"K-kau mengapa.. mengapa dapat masuk ke gedung ini??!!" tanyaku
"Ya.. aku meminta izin kepada penjaga bahwa aku adalah kakakmu. Penjaganya sangatlah ingin tahu, hah untung saja aku sangat mengetahui keluargamu" jelasnya sambil memutar bola matanya.
Belum aku beri masuk, ia sudah melewatiku dan segera meeliti seluruh asramaku. Aku hanya memutar bola mataku dan segera mengikuti Jessy.
"Hey Josh, jelaskan!" tanyanya saat aku baru sampai di ruang tamu sambil menunjuk ke arah Alex
"J-jangan salah p-paham dulu Jess. Aku akan jelaskan" ucapku dan menjelaskan bagaimana Alex bisa berada di asramaku.
Aku menjelaskannya sangat detail tak ada satu moment terlewat
"Jadi, kau izin sekolah tiga hari karna urusun merawat Alex??" tanyanya, aku hanya membalas dengan anggukan kecil, "Hey Josh! Apa kau mengkhawatirnya?!!" lanjutnya dan ia bertanya saat situasi ini ada Alex.
"Ya, aku sangat mengkhawatirkannya Jess.." ucapku kecil sambil menunduk
"Wow.. Hey Alex kau dengar itu???" ucapnya kepada Alex yang masih duduk di sofa.
[Alex's POV]
Aku terkejut saat Jessy berada di tengah asrama Joshua. Bagaimana dia bisa masuk ke gedung ini, bukankah wanita dilarang masuk tanpa izin. Aku hanya melirik Jessy dan kembali menonton film yang aku sukai di tv.
Mereka sangat berisik dan Jessy sangatlah ingin tahu bagaimana aku bisa berada di asrama Joshua. Aku tidak memperdulikannya dan hanya menonton film kesukaanku. Ah?
"Hey Josh! Apa kau mengkhawatirkannya?"
"Ya, aku sangat mengkhawatirkannya Jess.."
Mataku langsung tertuju kepada lelaki sedikit pendek dariku yang baru saja berbicara satu kalimat yang membuatku ingin sekali memeluknya. Aku tersenyum mendengarkan kalimat itu, dan sepertinya aku memiliki kesempatan untuk mendekatinya.
"Arghh" sakitku bohong sambil memegang kepalaku
"Hey Lex, kau tidak apa -apa?" ucap Josh sepertinya panik
"Hey Lex, stop berpura - pura sakit di depan Joshua!" ucap Jessy sambil memutar kedua bola matanya
PLAK
Aku mendapatkan satu pukulan yang mendarat di kepalaku, tidak merasa sakit melainkan rasa senang yang aku rasakan karna pukulan itu dari Joshua, lelaki idamanku.
"Aw! Hey dude! It's hurt!" ucapku
"Idc! Kau tadi sudah membohongiku!" teriak kesalnya
"Hahaha.."
"Sudah sana balik ke asramamu! Asramaku bukanlah tempat penginapan bintang lima!"
"Siap kapten! Aku balik dulu ya bye" ucapku sambil menepuk pucuk kepala Joshua, dan berpamitan ke Jessy juga.
Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have No Choice
Teen FictionJoshua sudah setahun tinggal sendirian di asrama yang terletak di Washington. Ya, dia dipindahkan oleh kedua orangtuanya kesana agar mandiri. Asal kalian tahu, orangtua Joshua sangatlah kaya raya, jadi tak diragukan lagi kalau Joshua ini tinggal dia...