[Alex's POV]
Berendam di air panas dengan mendengar lantunan musik jazz sangatlah membuat diriku tenang. Bahkan sambil memikirkan wajah imut Joshua membuatku ingin memakannya. Aku memikirkan bagaimana agar dia menjadi milikku seutuhnya, bukan sebagai sahabat melainkan sebagai pasangannya.
TING TUNG TING TUNG
"Siapa yang datang selarut ini? Apa dia tidak punya tata krama bertamu!" rutukku di kamar mandi. Aku segera memakai handuk untuk menutupi juniorku dan beranjak keluar untuk membuka pintu asrama
Demi Neptunus, aku tidak akan marah hari ini karena orang yang bertamu selarut ini adalah seseorang yang aku cintai. Namun, aku harus berpura - pura sedang terganggu jika tidak aku akan ketahuan.
"Kau menggangguku mandi ada apa?" Tanyaku
"B-bolehkah a-aku menginap d-disini semalam saja?" tanyanya balik. Oh God, ada apa dengannya. Ini adalah kesempatan emas, bagaimana bisa aku malam ini tidur dengan lelaki yang ku cintai.
"Aku hanya tidak bisa tidur saat ini" lanjutnya.
"Baiklah, ayo masuk" ucapnya sambil memberiku jalan.
**
Aku kembali masuk ke kamar mandi untuk mengambil handphone ku dan juga memakai bokser. Aku tidak terbiasa tidur dengan baju, itu membuatku tidak nyaman. Sedangkan Joshua, ia aku ajak ke kamar untuk menungguku memakai pakaian, ia hanya menurut dan tidak banyak bicara.
"Apa kau lapar?" tanyaku setelah keluar dari kamar mandi
"A-ah? Y-ya.. Sedikit." ucapnya dengan wajah memerah
"Kau kenapa? Apa kau sakit? Wajahmu sangatlah merah" tanyaku
"T-tidak.."
"Baiklah, aku akan membuatkanmu makanan. Kau bisa menunggu di ruang tamu" jelasku yang dibalas dengan anggukkannya.
Pertama kali aku lakukan ketika masuk dapur adalah merebus air untuk memanaskan mie sphaggetti.Butuh waktu 8 menit untuk memanaskan air. Joshua datang untuk membantuku
"Apa kau perlu bantuan?" tanya Joshua
"Oh? Tidak perlu, aku bisa membuatnya sendiri" jelasku yang masih berkutik di rebusan air
"Hm, aku tidak enak. Aku ingin membantumu"
"Baiklah, kau tunggui rebusan mie ini, lalu tiriskan. Aku akan membuatkan sausnya" jelasku. Ia segera melakukan apa yang ku perintahkan. Aku tersenyum melihatnya menunggu rebusan mie, wajahnya sangat merah karena uapan air panas. Aku segera memotong tomat dan bahan yang lain untuk membuat saus. Butuh waktu 15 menit untuk membuat saus karena aku membuatnya dari awal.
"Josh, bisakah kau mengambilkan keju di lemari atas itu?" pintaku yang masih serius menuangkan sphagetti di piring.
"Okey" ucapnya, "Ini kejunya" ucapnya sambil menyodorkan keju dihadapanku
"Terimakasih"
"Alex, apa kau sangat menyukai keju?" tanyanya
"Ya, memang ada apa?"
"Tidak.. Aku melihat banyak keju di lemari atas" jelasnya
"Haha, Mama ku selalu menyetok keju setiap bulan di asramaku" ucapku, "Sudah jadi! Ayo kita makan!" lanjutku.
***
Aku dan Joshua makan dengan sunyi, tak ada yang berbicara saat makan. Aku melihat Joshua yang sangat lahap menyantap makanan yang kubuatkan. Aku tersenyum melihat tingkah lucunya saat makan. Kadang aku berpikir, aku harap ia tetap seperti ini jika ia tahu bahwa aku gay. Cukup memakan waktu 15 menit untuk selesai menyantap makan malam.
"Bagaimana dengan makanan buatanku?" tanyaku
"Sangat enak" ucapnya dengan wajah benar - benar membuatku ingin memakannya
"Haha, benarkah?" tanyaku, "Sepertinya enakan tubuhmu" lanjutku dengan suara agak kecil
"Apa kau bilang?" tanyanya
"Tidak"
Aku membereskan sisa - sisa makanan dan segera mencucinya, namun Joshua lagi - lagi membantuku.
"Apa sebesar itu kah kau tidak enak denganku? Kau seperti pembantu saja" ucapku dalam hati.
Aku membiarkan Joshua ikut membantuku, rugi juga kalau aku mencegahnya, dia akan menolak dan tetap ingin membantuku.
**
"So?" tanyaku membuka topik saat kita sudah berada di kamar
"Apanya?" tanyanya balik
"Kenapa kau bermalam disini?"
"Oh.. Itu..." ucapnya, "Itu..."
"Itu apanyaa? Jangan membuatku penasaran!" kesalku
"Itu karena aku takut sendirian!" jawabnya sambil menunduk malu
"Hah? Kau takut?"
"..."
"Kenapa?"
"..."
"Ada apa?"
"Aku takut sendirian karena hantu! Apakah sudah jelas?!! Tertawalah sekarang!" kesalnya. Aku memang ingin tertawa, tapi aku urungkan karena melihatnya saja ingin memakannya.
"Aku tidak akan tertawa, jika kau ketakutan beritahu aku. Aku akan berada disisimu selamanya" ucapku sambil mengelus pucuk kepalanya dengan lembut
Dia terkejut.
Joshua menaikan kepalanya untuk melihatku dengan mata berkaca - kaca.
"Kenapa?" tanyaku
"Terimakasih banyak Alex" ucapnya tulus dengan senyuman yang begitu manis
"Haha, tidak masalah. Jangan menangis, kau terlihat cengeng!" ledekku sambil mencubit hidungnya yang mancung.
"ALEXXXX!!!!!!!"
Tbc
Maaf ceritanya mulai kemana" hahaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have No Choice
Teen FictionJoshua sudah setahun tinggal sendirian di asrama yang terletak di Washington. Ya, dia dipindahkan oleh kedua orangtuanya kesana agar mandiri. Asal kalian tahu, orangtua Joshua sangatlah kaya raya, jadi tak diragukan lagi kalau Joshua ini tinggal dia...