[Joshua's POV]
Hari keduaku di sekolah mungkin bisa diartikan menjadi hari kedua sialku. Aku berjalan menuju gedung asrama putri untuk mencari Jessy. Aku berniat akan pergi ke sekolah bersamanya karena aku bosan untuk pergi ke sekolah sendirian. Cukup lama untuk menunggunya, aku tahu mengapa dan kau pun juga mengetahuinya. Perempuan berdandan cukup lama tak seperti lelaki.
"Hey Jess!" sapaku
"Hey Josh! Apa kau menungguku sangat lama?" tanyanya
"Yea, aku mengerti dirimu" ucapku sambil berjalan mendahului Jessy
"Andaikan kau staright baby" ucapnya. Ya, dia sudah mengetahui jika aku gay. Awalnya aku mengira ia akan shock dan pergi meninggalkanku, nyatanya ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Oh God.." gumamku saat Jeremy duduk disampingku, sudah dipastikan wajahku sangat merah saat ini. Jeremy adalah kakak kelas yang aku sukai, entah mulai kapan aku mulai menyukai manusia yang berbatang daripada berdada besar.
Aku hanya menunduk dan tidak ingin menatap wajahnya, bukannya tidak ingin melainkan aku hanya takut jika aku melihatnya wajahku akan memerah lagi. Jessy melihatku seakan penuh tanda tanya.
"Ada apa?" tanyaku, Jessy menarikku ke rooftop sekolah
"Apa kau..." ucapnya menggantungkan kata selanjutnya, "..menyukai Jeremy?" lanjutnya
"D-dari mana kau bisa bertanya seperti itu?!" tanyaku kaget, bagaimana dia bisa tahu. Apakah ini saatnya aku berkata jujur kepadanya, tapi aku sangat takut jika dia akan menjauhiku.
"Well, itu sangat terlihat jelas dari wajahmu yang memerah Josh!" ucapnya
"Ya, aku suka Jeremy! Kenapa!!?" kataku, "Jika kau jijik denganku, maka kau boleh menjauhiku dan tidak berteman lagi denganku!" lanjutku sambil menahan air mataku
"Ya, Jeremy sangatlah tampan. Semua menyukainya dari perempuan sampai laki - lakipun menyukainya" ucapnya sambil menatap langit yang tidak berawan, aku masih terdiam tidak berkata apapun.
"Dan Josh.. Aku tidak masalah jika dirimu gay. Aku menyayangimu sebagai teman. Apapun keputusanmu aku akan mendukungmu." lanjutnya
Oh God, terimakasih kau telah memberiku teman seperti Jessy. Walaupun dia tidak terlihat seperti murid cupu dan culun namun hatinya sangat hangat.
END
Aku dan Jessy berjalan menuju kelas yang berada di lantai 2, selama dijalan aku asyik berbincang dengan Jessy. Namun, seseorang menabrakku dari belakang.
"Hei!" teriakku, "Hei Mr! Tolong pakai matamu jika kau berjalan!" lanjutku
"What? Hey dude, manusia berjalan dengan kaki" balasnya santai dan segera meninggalkanku dan Jessy
"Setidaknya kau meminta maaf MANUSIA MENYEBALKAN!" teriakku kesal, ya orang tersebut adalah Alex. Entah mengapa aku selalu saja melihatnya.
"Hey Josh! Kau tidak boleh membencinya. Jika kau membencinya ia akan terus ada dikehidupanmu. Dan ya, mungkin dimasa depan kau tidak membencinya melainkan mencintainya" jelas Jessy
"Hey c'mon! Aku tidak akan mencintainya!" ucapku tegas.
"Haha.. Siapa tahu Josh"
**
Aku dan Jessy sudah sampai di kelas, entah mengapa aku sangat suka memakai pintu belakang kelas daripada pintu depan kelas walaupun pintu depan kelas sangat dekat dengan tempat dudukku.
Aku melihat Alex yang berkumpul bersama teman - teman namun, dia tidak berbicara melainkan sibuk membaca komiknya. Aku pikir dia sangat menyukai komik, aku kerap melihat itu di atas meja. Aku berjalan sendirian ke depan kelas karena tempat duduk Jessy ada di belakang.
"Aaw!" Kakiku tersandung oleh kakinya, Alex. "Hey Mr. Tumber! Bisakah kau tidak sembarangan menaruh kakimu itu?!" peringatku dengan senyum memaksa. Aku berusaha menahan amarahku, sekalian aku bisa belajar.
"What? Kau bilang aku sembarangan menaruh kakiku?! Bhak, coba lihat dude! Siapa yang jalan tidak melihat?! Aku memang daritadi menaruh kakiku disini" jelasnya
"Wow.. Dan kau sekarang berkata kalau aku lah sebenarnya yang salah??!!" tanyaku tak percaya
"Dude, aku tak bilang kalau kau bersalah. Jika kau menyadarinya itu sangat bagus, aku tak perlu memberitahumu" jelasnya sambil memakai earphonenya dan kembali membaca komik.
Wow. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati, dia benar - benar manusia menyebalkan. Oh God, aku merasa kasihan kepada orangtuanya karena telah mempunyai anak sepertinya.
[Alex's POV]
Lihatlah teman sebangkuku, sangatlah imut dan tampan saat serius mendengarkan guru menjelaskan. Hi, perkenalkan namaku Alex, kalian pasti sudah mengenaliku dengan kesok coolanku dan sikap pembulianku ke Joshua.
Apa kalian satu pemikiran dengan Josh? Bahwa aku adalah manusia menyebalkan yang dikatakan oleh Joshua saat aku menabraknya dari belakang? Jika tidak, baguslah. Karena aku membuat sikap seperti itu agar aku mempunyai kesempatan untuk berbicara kepadanya.
Aku sangat menyukai Joshua saat kita menjadi murid baru disekolahan ini. Aku selalu mematainya apa yang dia suka. Namun, saat aku mendengar dari balik pintu rooftop bahwa Josh menyukai Jeremy, kakak kelas. Hatiku rasanya pecah menjadi berkeping - keping, sangat sakit. Saat itulah aku berusaha untuk melupakannya dengan tidak mematainya, aku berpikir sekarang ia pasti sudah menjadi kekasih Jeremy.
Tetapi dia muncul dari depan asramaku, aku saat itu selesai mandi dan memang biasanya aku hanya memakai bokserku saja. Aku membuka pintu asramaku, dan melihatnya. Cukup lama melihat wajahnya yang imut dan bibirnya yang sepertinya manis sedang bertegur sapa kepadaku. Apakah aku tetangganya? Aku sangat bersyukur.
Hari pertamaku sekolah, aku berharap akan satu kelas bersamanya. Dan wow, aku benar - benar satu kelas bersamanya. Aku sangat beruntung, saat aku melihatnya duduk sendirian. Aku memutuskan untuk bersikap menyebalkan kepadanya, jika aku bersikap seakan - akan ia adalah orang yang aku suka, ia akan mencurigaiku dan menjauhiku.
Well, itu alasanku mengapa aku seperti ini. Dan thanks aku sangat senang bahwa aku mempunyai nama panggilan darinya.
HAI..
Mungkin Shaaan akan jarang update, tapi Shaaan usahakan update 2 hari sekali. Maklum minta tethering cuma buat update doang haha..
Tak lupa votement yaa..
LOVUUUU.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have No Choice
Fiksi RemajaJoshua sudah setahun tinggal sendirian di asrama yang terletak di Washington. Ya, dia dipindahkan oleh kedua orangtuanya kesana agar mandiri. Asal kalian tahu, orangtua Joshua sangatlah kaya raya, jadi tak diragukan lagi kalau Joshua ini tinggal dia...