Orientations Day (Part B)

7.3K 380 4
                                    

Waktunya isoma –istirahat, solat, makan. Seluruh kegiatan dihentikan selama setengah jam. Tania mengedarkan pandangannya mencari sahabatnya yang sejak pagi belum ia jumpai. "Nah itu anaknya," Gita berlari menghampiri dan membawa bekal di tangannya. Salah satu peraturan mos adalah membawa bekal dari rumah, tapi Tania? Dia tidak memperlihatkan bekalnya sama sekali.

"Mana bekal lo?" Tanya Gita ketika dia sudah di dekat Tania. Yang ditanya hanya menjawab dengan senyumaan, "gue bagi bekal lo ya beb?" sambil mengedipkan matanya pada Gita. "Kalau ada maunya lo panggil gue beb, beb," Tania tertawa kecil mendengar celotehan sahabatnya ini.

Gita mendengus, namun ia tetap membagi bekalnya pada Tania. Tania yakin bahwa Gita tidak akan tega melihat dirinya kelaparan. Tania memeluk Gita dan mengecup pipinya sekilas. Gita bergidik, benar-benar membuatnya merasa geli atas perlakuan Tania ini.

"The Best lo ah!" Tania berucap menampilkan sambit di bibirnya.

Mereka makan siang di tepi koridor sekolah, tiba-tiba saja seseorang menghampiri mereka yang sedang asik bersama. Dedhy tersenyum melihat Tania yang sedang makan sambil tertawa renyah bersama Gita.

"Lo jangan jauh-jauh dari gue, masih ada kejutan lainnya dari gue," bisiknya.

Tania meliriknya sinis, ia hanya berdengus mendengar ucapan Dedhy.

"Apa?!"

Tania bertanya dengan ketus. Dedhy hanya tersenyum puas melihat Tania kesal, lalu Dedhy meninggalkan mereka tanpa memperdulikan rasa kesal di hati Tania.

"KETUA OSIS SIALAN!!" pekik Tania gemas.

Gita yang melihat itu berpura-pura tidak peduli dengan keadaan yang saat ini terjadi. Gita hanya menikmati makan siangnya.

****

Selesai isoma, mereka berdua kembali ke kelompok masing-masing. Saat ini Tania masih tidak habis pikir dengan sikap Dedhy yang begitu seenaknya memperlakukan dirinya sembarangan, ingin rasanya Tania menendangnya saat ini juga ke langit dan berharap tidak bertemu dengannya lagi.

Kelompok tujuh, Chintya mengajak mereka berkeliling sekolah dan menunjukkan setiap ruangan disana. Mulai dari ruangan Kepala Sekolah, ruang Tata Usaha, ruang BK, Ruang Guru, Ruang Osis, Perpustakaan, Kantin, dan ruangan kelas lainnya.

Terlihat di sana Chintya sangat berantusias mengajak kelompok ini berkeliling. Terlihat jelas cewek itu bersikap seolah-olah menarik perhatian Bagas. Sedangkan Tania melirik Bagas dengan teliti, sikapnya yang begitu dingin dan wajahnya yang datar tanpa senyum di bibirnya membuat Tania malas melihatnya. Tapi semua cewek yang berada di kelompoknya ini tidak jauh berbeda dengan Chintya yang berlaku tidak wajar di depan Bagas sejak pertama kali mereka melihat Bagas.

Kelompok ini bisa di bilang kompak, mereka sudah seperti teman dekat. Mereka berbincang dan tertawa bersama saat ada yang menurut mereka lucu, dan itu tidak membuat Chintya marah tapi cewek itu malah ikut-ikutan ke dalam suasana yang tercipta di kelompok itu. Berbeda dengan Bagas dia masih tetap dengan gayanya yang kaku.

"Tan.." suara Dinda menyadarkan lamuanannya. Dinda teman yang baru dikenalnya setelah pembagian kelompok dan dia lah teman baru yang Tania kenal dan dekat dengannya. Tania menoleh pada Dinda. "Hm.. kenapa Din?"

Dinda menunjukkan seseorang yang sedang berjalan menghampirinya, Tania melirik orang tersebut dan mendengus gusar. "Tuh kak Dedhy. Ada apalagi?" Tania mengidikkan bahunya "mana gue tahu, malas gue lihat cowok sinting itu. Gue cabut dulu, Din." Tania mejauh dari tempatnya saat ini, dia berjalan dengan tergopoh-gopoh menghindar dari ketua osis itu.

Bruk!!

"Sorry, gue gak lihat jalan."

Tania melihat seseorang yang saat ini ia tabrak, dan dia adalah.. "Kak Bagas?" suara Tania gugup melihat cowok itu. Ini tabrakan terulang lagi dan saat ini sikap Bagas biasa aja tanpa tatapan tajam.

"Lo mau kemana? Lo masih harus ada di kelompok." Bagas berkata dengan suara beratnya. Bagas menatap seseorang dari punggung Tania, seseorang yang menghampiri mereka saat ini. Terlihat jelas Dedhy berjalan ke arah mereka dengan senyumnya yang lebar memperlihatkan lesung pipinya yang tercetak nyata disana.

"Ck. Tebar Pesona!!" Tania berdercak sebal menyadari ke datangan Dedhy.

Dedhy menarik tangan Tania dengan kasar, "Gue mau kasih hukuman kedua buat lo." Bagas menautkan kedua alisnya, "dia punya kesalahan apa sama lo?" tanya Bagas yang tidak terima atas sikap Dedhy, dan dia juga berhak melindungi adik asuhnya selama masa mos dari panitia-panitia yang tidak bersikap professional.

"Bukan urusan lo!" Ucap Dedhy.

Bagas ingin membalas namun Tania menahannya, "sorry kak biarin gue selesaikan urusan ini sama dia. Gue izin tidak masuk kelompok," Tania memohon, Bagas hanya mengguk sekilas dan meninggalkan mereka berdua.

Dedhy menatap jengah drama di depannya, lalu dia beralih pada cewek yang saat ini menjadi target selanjutnya. "Kalau lo menghindar dari gue berarti lo emang suka gue hukum." Tania hanya memutarkan bola matanya.

"Hukuman kedua?" Dedhy menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Tania, "lo temani gue makan siang sekarang, gue belum makan nih. Laper." cowok itu menarik tangan Tania dengan paksa. Tania ikut melangkah dan melirik Bagas sekilas yang sudah jauh dari mereka berdua.

Dedhy masih sibuk menyantap mie goreng yang di pesannya itu. Setelah dia berhasil menarik Tania ke kantin belakang sekolah meskipun dengan sedikit ancaman. Dedhy tidak memperdulikan diri Tania yang masih kesal dengan sikapnya. Dia tidak sedikit pun melirik cewek yang ada di depannya ini. Dia hanya fokus dengan makanannya saja.

Pandangan orang-orang di sekeliling mereka membuat Tania risih. Ada beberapa kelompok yang duduk di pojok kantin berbisik satu sama lain sambil menatap mereka berdua. Tania yakin itu pasti genk tukang gosip sekolah ini.

Kenyataannya ini baru hari pertama Tania sekolah di SMA cahaya dan masih dengan keadan mos pula, tidak salah juga banyak orang yang mencibir keberduan mereka. Itulah yang membuat Tania kesal.

"Dasar tukang Gosip !!" umpatnya.

"Kenapa lo suruh gue temani lo makan sih? Gue mau balik aja ke kelompok gue." Tania berkata ketus dengan orang yang ada di depannya ini, rasanya sangat aneh dengan sikap ketua osis itu. Dedhy masih saja tidak memperdulikan perkataan Tania, dia masih asik dengan makanannya itu.

"Udah ah, gue balik!"

Tania berdiri dan membalikkan tubuhnya segera meninggalkan Dedhy tapi langkahnya terhenti ketika tangan Dedhy terulur dan menariknya agar Tania tidak pergi. Tania menolehkan kembali pandangannya pada Dedhy.

"Hm.." dia berdehem dan menepiskan tangan cowok itu, rasanya sangat malas berhadapan dengan cowok freaky ini dan entah mengapa sikapnya membuat Tania sangat-sangat ilfeel.

"Duduk! Temeni gue!" bentaknya memerintah. Tania menghembuskan nafasnya gusar melihat ketua osis ini. "Apa susahnya sih lo nemeni gue makan di sini?" suara Dedhy melembut lalu Tania pun kembali duduk di depan Dedhy.

"Jadi ini hukuman gue? Nemeni lo makan?" Dedhy menganggukkan kepalanya terlihat senyum tipis di bibirnya, "mudahkan?" ujarnya dan menlanjutkan makannya sampai selesai. Tania menatap lekat cowok yang berada di depannya itu. Dia benar-benar bingung dengan Dedhy.

Tania mendumal dalam hati. Ingin rasanya ia melemparkan sendok yang ada di atas meja ini ke wajah cowok yang ada di hadapannya itu.

Setelah selesai makan Dedhy dengan mudahnya menyuruh Tania kembali ke kelompoknya, "Balik gih, gue sudah kenyang. Entar sore gue ada hukuman lagi buat lo." Dedhy tersenyum tipis melihat Tania yang masih sebal menatapnya.

"Lagi?" tanyanya.

Dedhy tidak memperdulikannya. Seperti boneka baginya, ia atur sana dan sini Tania hanya menurut saja. Salah satu kesenangannya dalam melaksanakan kegiatan seperti ini, ia bisa mengatur apa pun yang ia sukai.

'Ck. Hukuman kenapa seperti minum obat? sehari 3 kali? Yang benar saja.' Tania beranjak segera pergi meninggalkan di kantin.

[REVISI]

MEI, 28 2017

April, 23 2018

FOLLOW IG AUTHOR @dwbrs

TANIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang