4. Signature Conditional

7.5K 383 2
                                    

Mungkin aku mulai suka tapi tidak dengan caranya

-

dwbrs

Tania sampai di depan pintu ruangan dimana teman-teman kelompoknya berada, dengan perlahan dia memberaniakan diri mengetuk pintu tersebut.

Tok.. Tok.. Tok..

Semua orang yang berada di ruangan tersebut menoleh ke arah suara ketukan pintu tersebut, melihat kehadiran Tania di sana termasuk Bagas. Dia menatap Tania dengan wajah khasnya yang datar tanpa ekspresi.

Bagas mencari-cari seseorang yang bersama dengan Tania sebelumnya. Bagas tidak menemukan Dedhy disana. "Permisi kak. Boleh saya masuk?" tanya Tania yang masih mematung di depan pintu, "masuklah," jawab Bagas singkat.

Tania melirik kanan-kiri untuk mencari tempat duduk yang kosong. Di lihatnya ada kursi kosong tepat di samping teman barunya, Dinda. Ketika sudah berada disisi kursi kosong tersebut, tiba-tiba saja Chintya menatap Tania dengan tajam.

"Dari mana aja lo? Enak ya pergi tanpa izin dari gue," Chintya berkata ketus.

Tania menundukkan kepalanya, "maaf kak, tadi saya di hukum kak Dedhy." Chintya mengernyit, melirik Bagas yang tidak mempermasalahkan Tania yang terlambat. Bagas hanya menganggukkan kepalanya sekilas pada Chintya, menandakan dia tahu Tania bahwa sudah mendapatkan izin darinya.

"Duduk deh," tambah Chintya lagi.

Setelah mendapatkan izin, Tania menjatuhkan bokongnya di atas kursi kosong itu. Dinda yang berada di sampingnya meliriknya sekilas. "Kenapa lo? Di hukum kak Dedhy lagi?" Tania hanya menganggukan kepalanya sekali sebagai jawaban pertanyaan Dinda.

Kedua mata Tania tidak lepas dari gerak tubuh cowok itu yang terlihat begitu karismatik dengan sikap dinginya. Sikapnya yang tidak berlaku senioritas seperti yang lainnya, dia bersikap sewajarnya tanpa tebar pesona yang membuat Tania tahu mengapa banyak perempuan di sekolah ini mengaguminya.

Tubuh tinggi, berkulit coklat, memiliki bentuk badan yang proposioal −tidak gendut dan tidak kurus, matanya yang tajam seperti elang menatap semua lawan bicaranya, bibir tebalnya yang sangat sulit di lihat lengkungan sabit disana, hidungnya yang mancung, dan alisnya yang tebal. Physicaly, Bagas terlihat sempurna.

Tania terpesona dengannya, matanya enggan untuk berkedip, "cool man," dua kata itu meluncur dari mulut Tania. Dinda yang duduk di sampingnya saat ini menoleh ke arah Tania sambil tersenyum jahil, walau pun sangat pelan tapi Dinda masih bisa mendengarkan apa yang dikatakannya.

"Naksir lo sama kak Bagas?" Tania tersentak kaget dari lamunnya, Tania tidak sadar atas ucapannya yang terdengar oleh Dinda. "Apaan sih lo, gak ah," elak Tania, wajahnya memerah mendengar pertanyaan Dinda. Tania tidak mengakuinya karena Tania juga tidak sadar atas ucapan yang keluar dari mulutnya.

"Kalau gak naksir apa namanya sampe mata lo gak lepas dari dia? Hayoo, jangan bohong deh sama gue." Dinda tertawa kecil, kali ini Dinda berhasil menggoda Tania dengan terang-terangan dan seketika membuat Tania mendengus kesal dengan godaan Dinda.

"Ngambek? Yahh, bocah!" ejek Dinda lagi.

"Ssst, diam dong Din gue malas bercanda nih,"

Tania malas meladeni godaan Dinda, rasanya malu tertangkap basah memperhatikan seseorang. Ingin rasanya dia terjun bebas saat ini juga ke jurang.

"Oke gaes, sepertinya cukup sampai di sini dulu gue kasih materi ke kalian, kita akan kembali ke lapangan dan bergabung dengan kelompok lainnya," Bagas menutup pembicaraannya.

****

SELURUH PESERTA MOS HARAP BERKUMPUL DI LAPANGAN !

Suara teriakan seseorang dengan toa itu bergeming ke seluruh sudut sekolah. Tidak butuh waktu lama seluruh peserta mos sudah berkumpul berdasarkan kelompok mereka masing-masing.

TANIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang