Ernest melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Ernest sangat khawatir sampai jam segini Fredella belum pulang juga kerumah. Mana lagi handphone Fredella tidak aktif.
"Bang, Della kok belum pulang ya. Gimana kalau kita cari aja."ajak Ernest pada Darwin yang sedang asik bermain game.
Darwin menghentikan bermain game lalu melirik ke arah Ernest. "Della belum pulang? Kenapa lo baru ngomong sekarang."
"Ya gue pikir Della udah kabarin lo atau mamah gitu. Soalnya hp Della ga aktif gue udah telepon juga."
"Ah adik kecil kita itu selalu aja buat kita khawatir. Yaudah lo tanyain mamah gih."suruh Darwin.
"Emang mamah dimana?"tanya Ernest santai.
Darwin memutar mata malas mendengar pertanyaan adiknya ini. Seperti tidak tahu saja kelakuan Arsen yang sering mengurung Clorinda di kamar.
"Kamar. Paling juga lagi olahraga sama papah."jawab Darwin malas.
"Olahraga apaan bang jam segini?"tanya Ernest polos.
Darwin benar-benar seperti sedang di uji kesabarannya oleh Ernest. Mengapa ia bisa memiliki adik yang kadang lemot seperti ini.
"Olahraga ranjang. Dimana papah tuh naikin mamah dan aduhay asiknya."jawab Darwin tanpa rasa malu.
"Yaudah yuk bang kita olahraga ranjang juga, kata abang asik. Kan bagus buat kesehatan bang."ajak Ernest sangat bersemangat.
Darwin membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Yang benar saja adiknya ini mengajak untuk olahraga ranjang bersama.
Memangnya Darwin mau bermain pedang-pedangan apa jika olahraga ranjang bersama dengan Ernest. Memikirkan itu saja sudah membuat Darwin bergidik ngeri.
"Udah deh ! Mending lo tanya mamah, Della ngabarin ga mau pulang jam berapa. Kalau belum kabarin kita cari."ucap Darwin serius.
Ernest mendengus sebal. Ernest beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamar Clorinda dan Arsen yang berada tak jauh dari ruang tamu.
Sesampainya di depan kamar kedua orang tuanya. Ernest mengentuk pintu kamar kedua orang tuanya sedikit keras, tapi tak ada jawaban dan respon sama sekali.
Ernest mencoba menempelkan telinga, bahkan seluruh tubuhnya ke pintu untuk bisa mendengar apa yang sedang di lakukan oleh kedua orang tuanya.
Ernest mengerutkan dahinya, samar-samar ia mendengar suara-suara desahan yang ia yakini itu suara mamahnya.
"MAMAH, PAPAH ! ERNEST GAK TAU KALIAN LAGI NGAPAIN, CUMA ERNEST MAU TANYA DELLA KABARIN MAMAH GA KALAU PULANG NYA TELAT."teriak Ernest di depan pintu kamar kedua orang tuanya.
"BENTAR ERNEST ! PAPAH BELUM KELUAR NIH, KAMU 10 MENIT LAGI BALIK LAGI KESINI."teriak Arsen keras dari dalam kamar.
Ernest menghembuskan nafas berat, ia pun berbalik dan berjalan kembali menuju ruang tamu lalu duduk di sofa.
"Lo kenapa?"tanya Darwin bingung.
"Masa papah suruh gue 10 menit lagi balik lagi kesono. Katanya papah belum keluar, emangnya papah mau keluarin apaan sih sampe harus nunggu 10 menit."ucap Ernest bete.
Darwin tertawa keras setelah tahu mengapa Ernest cemberut seperti ini. "Masa gitu aja lo gak tau sih. Kita udah SMA tau, lo setidaknya ngerti hal dasar gituan. Masa harus gue ajarin sih."
Tiba-tiba seseorang menjewer telinga Darwin dari belakang membuat Darwin meringis kesakitan.
"Woy jangan main jewer dong, lo mau gue ha---"ucapan Darwin terputus saat melihat Natasha menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Madness Triplets [Completed]
Humor[Beberapa kali #1 in Humor] Sequel All About Feelings. Hanya menceritakan kisah anak kembar tiga. Mereka bertiga memiliki sifat yang berbeda namun mereka selalu kompak dalam mengerjai seseorang. Darwin yang dikenal si mesum, Sedangkan Ernest dia dik...