Jaring Muslihat

Ni-Two

Detective Conan adalah milik Aoyama Gosho. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiksi ini. Fanfiksi ini hanya sebagai hiburan dan berbagi kesenangan
.
Standar warning applied
AT, Mystery & Thriller, Rated: T - M (untuk adegan kekerasan)
.
A Detective Conan fanfiction by KichanKudo
.
Editor by
BlueberryPeanut
.
.
Unpredictable
.
.
.

Happy reading, Minna-san.

        TOUTO NATIONAL MUSEUM berdiri angkuh di antara bulir-bulir salju dan ratusan pasang mata. Bangunan bergaya campuran antara zaman Edo dan Asia Kuno ini menyimpan lukisan-lukisan mahal, barang-barang antik dan bersejarah, juga patung-patung setengah telanjang yang ditata layaknya barang dagangan. Museum ini juga mengoleksi, menyimpan, dan melindungi secara menyeluruh kekayaan budaya berupa benda seni dan peninggalan arkeologi di wilayah Asia, terutama Jepang. Koleksinya lebih dari 48.690 buah, yang di dalamnya termasuk 14 Pusaka Nasional Jepang dan 12 peninggalan budaya penting. Fasilitas museum meliputi lima gedung pameran: Galeri Utama (Galeri Jepang), Tōyōkan (Galeri Asia), Heiseikan (Arkeologi Jepang), Hyōkeikan (ruang pameran khusus), dan Galeri Barang Pusaka Hōryū-ji; Pusat Riset dan Informasi; perpustakaan, restoran dan area pameran outdoor, serta taman di mana pengunjung dapat menikmati keindahan pemandangan sekitar museum.

Bangunan Galeri Utama memiliki empat pilar penyangga ukuran besar di bagian depannya dan empat jendela panjang yang sampai menyentuh lantai, juga lampu-lampu kristal yang terlihat angker tergantung angkuh di langit-langit teras.

Para tamu undangan yang menghadiri acara peresmian museum dikumpulkan di halaman depan Galeri Utama. Tidak jauh dari pintu masuk berjejal lusinan kamera digital-pro yang ditopang tripod. Polisi berseragam lengkap dibagi menjadi beberapa regu, berdiri tegap menghalangi para pencari berita yang berebut mencari spot terbaik untuk bahan liputan yang akan dimuat dalam surat kabar maupun yang akan disiarkan secara live. Di antara pilar kedua dan ketiga, seutas tali berbalut bebungaan indah membentang lemah di tengah keramaian yang menyebalkan. Puluhan mik terangkat tinggi, berusaha mencapai sebuah bibir yang tertutup kumis putih—Jirokichi Suzuki berdiri dengan percaya diri.

"Tinggal sepuluh menit lagi!" Ayumi berseru gembira.

"Setelah Paman Jirokichi memotong talinya, kita langsung menyelinap!" Mitsuhiko mengepalkan satu tangannya semangat.

"Lalu kita menyusup ke ruang makan!" Genta berteriak tanpa rasa takut.

"YOOOOSSSSHH!" Ketiga bocah SD itu heboh sendiri.

"Kurasa kau tidak tertarik dengan santapan lezatnya, Tuan Detektif."

Secepat angin Conan mengalihkan atensi ke asal suara. Ai Haibara berdiri di sampingnya dengan kedua tangan terlipat ke depan seperti sedang memeluk dirinya sendiri. Kemeja hitam terlihat menyembul dari balik coat cokelat tua selutut yang bertudung bulu woll putih, berkancing tali silang-silang. Ankle-boot warna senada dan stocking hitam selutut menjadi pelengkap penampilan modis anak perempuan ala Ai Haibara.

Conan mendengus. "Tentu saja. Aku bukan tipe anak rakus yang menjilati sisa saus dari piring."

"Kecuali," sahut Ai skeptis, "kau berniat memperhatikan dengan teliti lukisan abad pertengahan yang menggambarkan seorang wanita tanpa busana sedang memanggul sekeranjang buah segar."

Conan melotot dengan wajah memerah menahan kesal sekaligus malu. "Leluconmu itu sama sekali tidak lucu, Haibara!"

Ai menyeringai tipis saat melihat wajah Conan semerah kepiting rebus. Pada saat-saat seperti inilah kesombongan atas nama besar Shinichi Kudo, detektif muda berotak cemerlang yang selalu berhasil memecahkan kasus-kasunya, akan luntur. Bocah yang setahun lebih muda darinya itu akan bertingkah seperti bocah sungguhan setiap kali disindir tentang wanita. Dan menyaksikan hal tersebut tepat di depan matanya adalah kesenangan tersendiri bagi seorang Ai Haibara. "Tentu saja, tidur di pangkuan kekasihmu pasti jauh lebih menyenangkan daripada melihat patung-patung wanita setengah telanjang."