1

1.1K 132 61
                                    

"Sejak itu. Ya, sejak lo pergi ninggalin gue. Langit di mata gue warnanya sama. Gak panas terik, gak gerimis, gak badai petir, gak pelangi. Mereka tetap sama. Abu-abu."

•••|•••
Annabella POV

Hilang. Hilang. Hilang. Hilang. Hilang. Sneakers biru gue hilang! Mati gue. Mati. Mati. Mati.

"ARRAAAAAAAAAAAA!!!"gue gak peduli suara gue nyampe ke Alfamart yang di simpang komplek.

Plakk!!!

"SCRALYN ANNABELLA! MAMA GAK PERNAH MASUKIN KAMU LES SUARA  BUAT TERIAK-TERIAK SAMPAI 8 OKTAF!!"

Bagus! Suara gue dibilang 8 oktaf, dan nyonya besar ini gak sadar suaranya yang 16 oktaf dikeluarin pas di telinga gue. Plus plus boneka pikachu gue yang dipake buat mukul kepala tersayang ini.

"Aduh! Sakit mamaaa!",gue bohong. Gak sakit.

"Kamu ngapain teriak-teriak, Ann?",nyonya besar ini seenaknya ngelempar pikachu kesayangan gue ke lantai.

Sialan.

Kalau bukan karna sneakers biru itu, gue gak bakal TERPAKSA ngeladenin ocehan nyonya besar ini.

"Sneakers biru aku ilang mamaa. Arra pasti yang make ke kampus dia tanpa permisi."

"Nanti malam kamu 'kan bisa ceramahin dia. Kamu bisa pake yang lain. Di rumah ini sneakers kamu gak cuma satu, Ann."

Gini lagi, gini lagi. Yang punya siapa? Yang make tanpa ijin siapa? Sneakers, sneakers gue. Punya, punya gue. Yang beli uang, uang gue. Dan yang salah, pasti gue.

Gue terpaksa make sneakers putih.

"Tau ah! Terserah!"

Gue pergi ninggalin mama yang masih ngeluarin kata-kata mutiaranya. Gue langsung masuk ke  mobil Honda Jazz biru gue dan melaju kenceng sanking keselnya.

Oh iya. Gue Scralyn Annabella Seymours. Anak pertama dari 2 bersaudara. Gue kembar. Nama kembaran gue Scralyn Arrabella Seymours. Gue sama kembaran gue beda 12 menit. Nyokap gue Mrs.Sellyna Seymours, seorang designer selama 10 tahun ini. Bokap? Udah meninggal. Kapan? Dua tahun lalu. Kenapa? Dibunuh. What? Dibunuh? Kok bisa? Ya gitulah, trauma gue ngingatnya.

Bisa dibilang sejak papa meninggal, uang dari perusahaannya terus ngalir kayak sungai ke rumah gue. Mama megang perusahaan sekarang. Yang nantinya bakal dilanjutin sama Arra. Kenapa adek gue? Kenapa gak gue? Karna gue gak mau. Kenapa gak mau? Karna gak mau.

Gue sama Arra kuliah di UNPAD, bedanya dia jurusan manajemen dan gue HI. Kami sama-sama duduk di semester 5.

Oke, kisah keluarga gue sampai di sini.
Gue memarkirkan honda jazz gue dengan sangat hati-hati. Kenapa? Karena umurnya baru 6 bulan, wkwk. Oke, garing.

Sambil ngingat-ngingat apa ada yang ketinggalan (dan ternyata enggak ada), gue ngambil heandseat dari tas dan make. Seperti biasa, gue selalu muter lagu Westlife - If Your Heart Not It In berulang-ulang. Jangan tanya kenapa, gue suuukaaaa banget liriknya.

"HOIII!!"

Gue kaget. Gue nge-mati-in lagu gue. Tasya. Sahabat gue.

"Apaan sih lo, ngagetin aja!",gue kembali berjalan diikuti cewek sableng ini.

"Idihh ngambek aja tau lo! Tumben lama. Ngapain aja lo?"

Tasya Hermansyah. Sahabat gue satu-satunya dari kecil. Dia udah gue anggap keluarga. Yah, walaupun otaknya agak miring.
Gue sama Tasya satu jurusan.

In The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang