Aku berlari menyusuri taman bunga yang sangat indah dengan tawa riang terpancar di wajahku.
"Sayang, Kemarilah."Aku menoleh ke sumber suara. Suara orang yang sangat ku sayang. Sejenak semburat senyum manis kutunjukkan padanya. Dia membalas senyuman ku dan mengisyaratkan untuk mendekat padanya.
"Ada apa papah?"
Papah mengeluarkan sebuah flower crown yang sangat cantik.
"Cantik sekali ayah. Ini untukku?" tanyaku seraya menatap benda yang diberikan oleh papah.
"Tentu saja sayang. Itu untukmu" tatapan hangatnya selalu membuatku nyaman berada bersamanya.
Aku tertawa senang. Tapi, sedetik kemudian keadaan menjadi kacau. Aku melihat bayangan keluarga ku hancur. Mama menangis seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Aku mendekati mamaku dengan perasaan takut "Mah.. Kenapa menangis? Papah dimana?" pertanyaan yang keluar dari mulut gadis kecil berusia 2 tahun lebih muda dari aku, adikku, Zahwa.
"Iya mah.. Papah dimana? Lalu kenapa mama menangis" aku dan adikku bingung karena saat itu kita adalah gadis polos dan lugu, yang belum bisa mengerti keadaan apa yang sedang mereka alami.
Mama mengusap air matanya. Mata itu berwarna merah dan bengkak akibat menangis. Ibu mengacak rambutku dan pura-pura tersenyum.
"Sayang. Kemasi barang-barang mu, kita akan pergi" ucapnya terdengar parau. Suara seraknya membuat hatiku perih.
"Kita.. Mau kemana mah? Kenapa papah gak ikut sama kita mah? Apa yang terjadi" tanyaku hampir menangis.
Adikku yang tidak mengerti apa-apa hanya memilih untuk diam dan tak berbicara sama sekali.
"Mamah akan memberi tau mu jika usiamu sudah beranjak dewasa"
"Tapi mah.."
'Braakk!!'
Aku terbangun dari tidurku. Dengan cepat aku menoleh ke sumber suara.
"Eh kakak.. Hehe, udh bang-" ucapnya terpotong setelah melihatku memandangnya dengan tatapan kesal.
Tapi, bukannya takut. Dia malah menunjukkan ekspresi lain.
"Kak? Kakak kenapa?"
"Aku kesal karena kamu mengagetkanku Zahwa!" protesku.
"Tidak kakak. Bukan itu, kakak menangis?" dia menunjukkan ekspresi bingung.
Aku menyentuh pipi ku.
'Basah?' aku terkejut karena aku menangis. 'Apa karena mimpi tadi?' batinku."Kak??"
"Aku baik-baik saja. Ha? Tadi kamu ngapain?" aku mengusap sisa air mata di wajahku.
Dia menunjukkan cengiran super lebar padaku. Aku mengangkat alis. Pasti ada maunya.
"Hehe.. Cuma mau minjem camera punya kakak. Hari ini aku ada pameran disekolah kak, boleh ya?" ketanya memohon.
Aku memutar bola mataku dengan malas "baiklah, tapi awas jika kamu menyalah gunakan untuk yang tidak perlu. Dan satu lagi, jangan rusak!" peringatku.
"Baik bos" sambil membawa camera dia berlari menuruni tangga.
Kutatap langit langit kamar sejenak, dan kembali berdiri untuk bersiap berangkat sekolah. 'Gue hampir lupa kalo sekarang gue berangkat bareng Melody' batinku.
Selesai bersiap aku turun dan menyambut mama ku dan adikku di meja makan. Aku menyambet 1 roti bakar dan langsung kulahap.
"Sayang gak mau sarapan dulu?" tanya mama ku.
"Tidak mah, aku sudah terlambat"
"Mau mama antar sayang?"
"Tidak mah, Melody sudah mengajakku berangkat dengannya"
"Baiklah sayang. Semangat ya" kata mama ku menyemangatiku. Itu adalah rutinitas yang selalu mama lakukan padaku.
Tak lama menunggu di depan rumah mobil BMW putih milik Melody, ups papa nya maksudku menghampiri ku.
"Yok." ajaknya.
Aku mengangguk dan masuk kedalam mobilnya.
***
"Lo mau cerita apa?" kataku seraya meletakkan tasku di bangku ku.
"Bentar" aku melihatnya sedang mencari sesuatu didalam tasnya.
"Nih, surat buat lo" aku menatap amplop putih itu dengan tanda tanya besar yang berada dikepalaku.
"Dari?"
"Baca aja."
Melody memberikan amplop putih itu kepada ku. Aku pun membacanya dan-- "HAH??!!" seruku terkejut. "A--APA INI?!!"
"Itu surat isinya pernyataan cinta seseorang" kata Melody dan sepertinya dia telah membaca isi surat itu.
"Tapi-"
"Gue tau kok kalo lo gak bakal terima, ya tolak aja kali. Ini juga bukan yang pertama kalinya kan?"
Yang dikatakan Melody benar, ini bukan pertama kalinya aku ditembak lewat surat, bahkan ada yang menembakku dengan cara yang unik. Ada yang menata lilin ditaman sekolah, sampai ada juga yang menyewa atap sekolah dengan boyband yang terkenal. Itu semua hal gila, dan aku menolaknya. Aku tidak pernah menginginkan hubungan semenjak hubungan ku yang pertama hancur lebur, yeah.. Hancur sehancur-hancurnya.
"Jadi gimana Zah. Terima atau-" Aku merobek surat tersebut.
"Huum.. Lo pasti udah tau gue bakal nolakkan?" tanyaku seraya tersenyum
"Ya ya ya"
Kemudian tak lama satu per satu murid masuk ke dalam kelas. Seperti biasa aku dan Melody hanya mengobrol dan menunggu bel masuk berbunyi.
***
Halo ^o^)/ author balik. Udah lama ya author ga post, maaf dah (~^v^)~. Setelah ini Author mungkin bakal membagi pov cerita menjadi 3 pov. Zahra pov, Reza pov, dan Author pov. Okeh sampai sini dulu ya~ pay pay.
Stay Tune. Jangan lupa vote dan komen ^^ sankyuu💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia
Roman pour AdolescentsZahra Almira, gadis SMA yang mengalami Arrhenpobia ( Phobia terhadap lelaki ) karena trauma masa lalunya. Setiap kali ia di dekati oleh laki-laki maka ia akan berteriak dan akhirnya pingsan. Aldino Azka Fhareza, ketua osis yang terkenal akan ketampa...