Dumb and Dumber's; 友人?
.
.
Please read my a/n below :"D
.
.
.
"Hosiki-hyung akan mengajakku berkencan, astaga aku bahagia sekali!"
Jungkook tersenyum tipis menatap sahabatnya yang sedang tersenyum lebar; kedua mata cokelat sahabatnya itu berbinar bahagia dan senyumnya terlihat sangat lebar. Ia menghela napas, berusaha menyembunyikan kerisauannya. "Kapan?"
Taehyung mengerjap. Pipinya bersemu tipis. "Minggu depan! Hosiki-hyung mengajakku menonton Nanta theater di Hongdae."
"Minggu depan? Hari sabtu?" Tanya Jungkook dengan kening yang berkerut. Ia hapal seluruh jadwal kawannya ini, termasuk kelas Biologi tambahan yang diadakan setiap sabtu sore.
"Iya." Taehyung menggerung tipis, raut bahagianya tampak memudar. "Tolong ya, Kook-ah? Sabtu sore aku ada jadwal praktikum dengan Seokjin-sunbae. Seokjin-sunbae mengenalmu dengan baik, ia pasti oke kalau kau yang mengatakan tentang aku yang berhalangan hadir."
Jungkook mendengus, lantas menggeleng. "Aku sudah membantumu pekan lalu saat kau berkata akan pergi kencan juga dengan Jung Hoseok. Tapi lihat?" Keningnya berkerut, nada bicaranya terdengar tidak suka. "Hoseok tidak datang dan bahkan tidak mengabarimu sama sekali."
Taehyung memberengut, ia menggamit lengan panjang kemeja yang tengah dikenakan sahabatnya. "Jungkook-ie, jebaaal? Hosiki-hyung bilang pasti datang, kok."
Jungkook mendengus. Duabelas tahun mengenal Kim Taehyung sudah cukup bagi Jungkook untuk mengenal baik pemuda di hadapannya ini, termasuk kebiasaannya saat memohon sesuatu; puppy eyes menyebalkan yang selalu berhasil membuatnya tak bisa menolak apapun yang diinginkan oleh pemuda ini.
"Hyung aku— "
"Begitu ya?" Sela Taehyung menggerung kecewa. Ia melepaskan kemeja Jungkook dari cengkramannya, menolak menatap sahabatnya dan memilih mengalihkan atensinya pada Gelato miliknya yang mulai mencair. "Kau sudah tidak mau membantuku lagi," bisiknya kecewa.
Jungkook mengenal dirinya lebih baik dari siapapun; Kim Taehyung adalah kelemahan terbesarnya, dan pemuda itu seolah selalu tahu di mana celanya. Raut tidak bahagia milik sahabatnya ini adalah hal terakhir yang ingin dilihatnya selama sembilanbelas tahun hidupnya. Maka Jungkook akan kalah lagi. Ia lalu hanya bisa menghela napas, mencengkram lembut lengan Taehyung yang terulur di atas meja, berbisik lirih, "Kau berjanji akan bahagia?"
Taehyung reflek mengangkat wajahnya, mengangguk cepat dengan kedua bola mata berkilat bahagia. "Tentu!"
"Kalau begitu, oke. Aku akan membantumu."
Jungkook hanya kembali tersenyum simpul saat sahabatnya itu melunjak bahagia di atas kursinya, memeluk sebelah lengannya. Menggumamkan rentetan kalimat; terima kasih dan aku sayang Jungkook-ie!.
Apapun. Asal Kim Taehyung berbahagia.
.
.
.
Jungkook mendesah kelelahan saat modul materi untuk praktikumnya besok sudah tersisa beberapa lembar terakhir. Ia melepaskan kacamata bacanya, memijat lembut hidungnya yang terasa kebas. Melirik keadaan perpustakaan yang tampak lenggang dan hening. Ia tidak salah memilih tempat duduk yang sedikit terpencil dan tertutup oleh rak-rak tinggi buku karena letak perpustakaan yang berada di lantai empat membuat kaca jendela besar di sampingnya menampilkan keadaan sore kota Seoul yang padat. Setidaknya tidak menampilkan pemandangan yang monoton baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dumb and Dumber 》 jjk+kth
Fanfic[BAHASA] All about KookV daily life (Jungkook as seme and Taehyung as uke), with different tittle and story. [I warn you before, It's BxB love stories.]