1. Sebuah Gedung

178 17 4
                                    

Apa kau tau rasanya tinggal di panti asuhan, tanpa tau siapa dirimu, dari mana asalmu, siapa orangtuamu, diurus oleh orang yang bukan siapa-siapamu, bahkan terkadang mereka memperlakukanmu dengan buruk. Sungguh amat sangat tidak menyenangkan.

Apalagi ketika dirimu harus berbagi rumah dengan anak-anak yang yah seperti ku ini -yatim piatu. Kebanyakan anak-anak tidak beruntung seperti aku ini seperti lautan. Dalam tidak terduga, arus bergerak tenang di permukaan tapi semakin kamu menyelam ke dalam maka semakin kencang arusnya yang belum tentu bisa kamu kendalikan.

Tidak semua anak-anak sepertiku ini benar-benar baik. Terkadang begitu imut dan menarik perhatian seumpama kucing jinak yang yang dibelai bulunya dengan nyaman. Padahal sebenarnya bisa saja diriku menggigit tanganmu saat itu juga dilain waktu. Ya, karena kami merasa iri denganmu yang memiliki segalanya dalam hal orangtua.

Orangtua yang menyayangimu, memberimu uang jajan, memberimu makan, menyekolahkanmu, bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhanmu, memarahimu, tetap memelukmu meski kamu salah. Pada dasarnya orangtua mu menyayangimu dengan cara mereka sendiri.

Ku katakan sungguh beruntungnya dirimu.

Bagaimana jika saat ini posisimu menjadi diriku yang malang. Uang saku pun aku tak pernah mendapatkan. Paling penting kami bisa bersekolah itu merupakan anugerah yang tak terukur nilainya. Itupun dari hasil pendapatan yang diberikan para donatur. Jadi, tidak semua dari kami mendapatkan pendidikan yang layak.

Memang kadang kami mendapat santunan. Tapi santunan itu tidak pasti kapan datangnya dan ngga mungkin santunan datang setiap hari.

Jadi pikirkan lagi betapa beruntungnya dirimu saat ini. Memiliki orangtuamu sendiri.

«««LTLP»»»

Wah!! Apa-apaan.. Sejak kapan ada perayaan halloween disini..

Wusssshhhh....!!!

Sekelebat bayangan hitam.

Sepertinya mereka mengikutiku. Lari Lourin. Cepatttt...

Lourin mengayunkan kakinya secepat mungkin. Ketika sosok hitam dibelakangnya terlalu menonjolkan keberadaannya.

Membunyikan sinyal bahaya dalam tubuhnya. Seketika seluruh inderanya terasa lebih peka. Ia masih berlari secepat mungkin. Nafasnya kian memburu. Sial.. Mereka mempercepat pergerakannya. Sepertinya benar mereka mengejarnya dan mereka memang mengejarnya. Siapa lagi? Hanya dirinya yang tengah berlari dijalan ini.

Oh ayolah sebentar lagi sampai.!!

Lourin telah melihatnya. Gedung bercat putih kusam yang menjadi tempat tinggalnya. Hanya tinggal lima meter lagi. Akhirnya ia menggapai pegangan pintu dan membukanya sambil berusaha mengatur nafasnya, segera ia menutup pintu itu kembali. Ia ketakutan, sangat.

"Apa yang telah kau lakukan anak aneh.? Kelihatannya orang-orang itu memburumu. Apa kau mencuri lagi hari ini?." seru sesosok suara sinis.

"Bukan urusanmu Diajeng. Berhenti memanggilku aneh dan aku bukan pencuri." jawab Lourin datar.

Gadis bernama Diajeng itu tersenyum sinis. Dia cantik, wajahnya seputih bulan rambutnya hitam panjang terurai. tapi sayangnya tutur kata dan perangainya tak pernah secantik dirinya.

"Oh ya, mungkin perlu ku adukan pada Ibu besar bahwa banyak orang yang mengejarmu diluar sana. Jadi, kau mau mengakui perbuatan kotormu itu anak aneh."

Lourin enggan mendengarkan celoteh tak penting Diajeng yang membuatnya muak. Gadis itu selalu membuat keributan dengannya, berujung dengan hukuman yang ditimpakan Ibu besar terhadapnya. Yah, baginya Diajeng hanyalah iblis penjilat berwajah rupawan.

THE PRINCESS : The Return of The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang