Part 8 : The Gress

78 7 1
                                    

"sttt.... diam..."

suara dari laki-laki yang menarik kami disalah satu rumah kosong.

Suara laki-laki yang tidak asing bagiku. Aku melihat wajahnya yang ditutupi jubah hitam serta lampu yang menyala remang-remang, yang membuatku sulit untuk mengenalinya.

"kalian Tunggu disana"
Perintah laki-laki itu sambil menunjuk tembok sudut rumah, agar tidak tertangkap dari pencahayaan sorotan senter.

"Cari Mereka!!!, pasti Mereka tidak jauh dari sini !!!"
Teriak Seseorang yang mengejar kami.

"jreettt....."
laki-laki itu mengoyakan sebagian jubah hitamnya.

"heyy... bocah tutupi pendarahan dikakinya"
Perintah laki-laki itu sembari melemparkan sepotongan kain jubahnya.

Akupun menutupi pendarahan Nisa menggunakan kain itu.
Panas dingin yang mungkin dirasakan Nisa serta diiringi dengan rintian kesakitan mengingat timah panas yang menancap tepat disalah satu kakinya.

Aku hanya bisa merenungi semua itu sambil melihat Nisa terluka. Semua itu salahku, gara-gara aku dia terluka, gara-gara mencapai ambisiku, aku sampai mengorbankan orang lain. Seharusnya aku melindunginya bukan malah membahayakaanya. Aku bukan laki-laki sejati melainkan bocah ingusan yang egois berharap semua mimpi itu bisa dicapai.

"Nova... jangan Takut gagal..."
suara yang terdengar ditelingaku yang tidak tau berasal dari mana.
Itu terdengar seperti imajinasiku, tapi itu terdengar sangat nyata ditelingaku.

"heyyy bocah berhenti ngelamun!!!"
Saut laki-laki.

"ohh iya kenapa ???"
aku sedikit melongok kebingungan.

"kenapa-kenapa... itu liat , mereka mulai mendekat"
mengisyaratkan seseorang akan mendekat dengan gerak bibirnya.

"jadi kita harus gimana ???
 aku bertanya ke laki-laki itu.

"kita main culik-culikan!!!"

"culik-culikan...??? maksudnya ??"

"udah liat aja nanti!!!"

Laki-laki itu mengintip dari jendela guna mengatur siasatnya.

"oke kau siap bocah" kata laki-laki itu.

"siap apasih??? rencananya aja aku gak tau..."

Tanpa disadari laki-laki itu sudah duluan keluar.

"ehhh kampret tunggu aku"

"lagian juga kau banyak bacotnya" keluh laki-laki itu.

"Stop!!!, kita tunggu disini"
perintah laki-laki itu.

kamipun berhenti ditempat gang kecil yang digunakan untuk membuang sampah.

Laki-laki itupun masuk kegang itu lalu, menyeret kotak sampah yang berbentuk bersegi panjang yang berlabel Non Organik kedepan gang.

"kau ngertikan maksudku sekarang" saut laki-laki itu dengan rencana liciknya.

"iya-iya aku mengerti sekarang"

Aku pun masuk kedalam kotak sampah yang lumayan besar, mungkin 6 orang dewasa bisa masuk kedalam kotak sampah itu.

"tunggu aba-aba dariku"

"oke"

"tekk... tekk..tekk..."
suara langka kaki seseorang yang terdengar semakin jelas, itu sudah cukup untuk menandakan kalau seseorang akan mendekat.

"sepertinya ada 2 orang yang akan mendekat"
ujar laki-laki itu.

"kita tangani dengan satu serangan dadakan, bagaimana pun juga kita harus hilangkan kesadaran mereka"
perintah laki-laki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life in The WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang