One

222 35 16
                                    

Malam itu, hujan lebat menyelimuti Manhattan. Aku menyesap teh hijauku yang masih hangat. Aku menatap ke luar lalu menatap ke Tyler, "Pemandangan yang indah, bukan?" tanyaku. Ia menggenggam tanganku lalu tersenyum, "Tetapi tak seindah yang ada di depanku sekarang."

Aku tersenyum lalu mengangkat diriku dari bangku restoran dan mengarahkan bibirku tepat di bibirnya. Aku menciumnya dan ia membalasnya dengan nafsu yang tak kalah denganku. Dia mengangkat tubuhku dan aku melingkarkan kakiku di pinggangnya. Dia menciumku dengan sangat terburu-buru hingga aku bisa merasakan nafasnya yang tersendat-sendat.

Aku memeluknya dengan erat, "Aku sangat mencintaimu, Tyler." Dia membalas pelukanku dengan erat, "Aku juga sangat mencintaimu, Lex" Dia melepaskan pelukannya lalu mencium keningku. Aku tersenyum, "Bisa kita pulang?" tanyaku. Dia mengangguk seraya melingkarkan tanganya di pinggangku dan memperkecil jarak kami. Dia menaruh sejumlah uang di atas meja yang kami tempati, lalu kami berjalan dengan pelan ke parkiran mobilnya.

Tyler membuka pintu mobilnya seraya mempersilahkanku masuk, "Silahkan masuk, my beautiful angel " Aku tersenyum dan langsung menciumnya. Dia menutup pintu mobilnya dan memutar posisinya dan mendorongku ke mobilnya. Aku menangkup pipinya dengan kedua tanganku, ia melingkarkan tangannya ke punggungku. Oh, aku sangat mencintai lelaki ini. Dia mencium leherku lalu aku pun masuk ke dalam mobil.

"Bye." ucapku sambil melambaikan tangan ke arahnya sebelum ia meninggalkan rumahku. Aku masuk ke dalam rumah dan berlari menuju kamarku. Aku melepaskan sepatuku dan mengganti pakaianku. Aku selalu teringat kencan kami malam ini. Kencan dimana kami merayakan 3 Years Anniversary. Tyler adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidupku. Kami sudah berkencan sejak kami masih berada di Middle School, dan sekarang kami berada di tahun ke-11. Aku masih ingat saat pertama kali kami kenalan. Saat itu, aku sedang menjalankan dare dimana dare-nya aku harus mendapatkan nomor ponsel Tyler. Pertama, aku menolaknya tetapi aku harus menjalankannya sehingga aku mencoba dan ternyata tak begitu sulit. Hanya dengan beberapa menit, ia memberikannya. Sejak saat itu, aku selalu mengirim pesan untuk dia dan kami menjadi sangat dekat saat itu. Lalu, dia mengajakku untuk menjadi pasangannya di Senior Prom dan tak kusangka dia mengajakku kencan sejak itu. Oh astaga, aku masih bisa mengingatnya dengan sangat jelas.

Aku mematikan lampu tidurku, menarik selimutku dan tidur.

*****

Aku berjalan menyusuri lorong untuk mencari Tyler. Tumben sekali dia tidak ada di depan lokerku. Biasanya dia selalu menungguku dengan bersandar di depan lokerku. Sangat aneh. Aku pun memutuskan untuk bertanya ke teman-teman satu timnya.

"Raphael!!!" panggilku dengan menepuk pundak lelaki yang sedang memunggungiku sekarang. Ia berbalik badan, "Lex!!" jawabnya. "Apa kau melihat Tyler?" tanyaku. Dia menggeleng cepat, "Tidak, aku tidak melihatnya dari tadi. Kenapa kau tak menghubunginya saja?" Aku menganggat bahuku, "Sudah kucoba, tetapi tak ada jawaban." Raphael merapikan rambutnya, "Aku juga tak tahu kalau begitu. Baiklah, Lex, aku harus ke kelas sekarang. Sampai jumpa." katanya lalu lekas berlari. Aku menghembuskan nafas dengan berat. Ia sangat tak membantu. Aku harus mencari Tyler. Sekarang juga. Sendirian.

Ini sudah jam makan siang tetapi aku belum juga melihat sosok Tyler. Dimana sebenarnya dia, tanyaku dalam hati. Aku tetap memikirkannya. Aku sangat khawatir. Dia jarang bahkan hampir tidak pernah bolos ke sekolah seperti ini. Kalaupun iya, dia pasti akan menghubungiku. Ada apa sebenarnya dengan dia. Ya Tuhan, lindungilah dimana pun dia berada.

*****

Aku menatap langit-langit kamarku, aku tak bisa berhenti memikirkan Tyler. Astaga! Aku baru ingat bahwa besok ulang tahunku. Bisa saja, Tyler sedang menyiapkan surprise untukku. Ya, dia pasti sedang menyiapkannya. Baiklah, aku tak perlu khawatir lagi.

Ini sudah jam 1 pagi. Aku memandangi ponselku sambil menunggu pesan dari Tyler. Biasanya, dia adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Tapi, kenapa dia belum mengirimku pesan. "Apa jangan-jangan ini adalah bagian dari rencananya?" tanyaku dalam hati. Ya, bisa jadi. Aku tetap meyakinkan diriku agar berhenti mengkhawatirkannya karena besok aku pasti akan bertemu dengannya. Pasti.

HALO!!! I'M SO SORRY FOR UN-PUBLISHING THE OTHER STORY BUT I PROMISE I WILL WORK ON THIS ONE VERY HARD. SO YEAH INI DIA PART 1 nya, PART 2 BAKAL NYUSUL VERY SOON.... DON'T FORGET TO VOTE AND LIKE ;) HEHE

IS IT LOVE IN YOUR EYES?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang